Sejarah Hari Dokter Nasional – Manfaat Memperingati Hingga Cara Memperingatinya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Profesi dokter merupakan salah satu profesi yang memiliki peran utama dalam menjaga dan mencapai taraf kesehatan masyarakat yang layak. Di Indonesia, mereka yang berprofesi sebagai dokter bernaung di bawah sebuah organisasi yang disebuh dengan Ikatan Dokter Indonesia atau IDI.

IDI merupakan organisasi yang berdiri pada tanggal 24 Oktober 1950 silam. Hari jadi IDI ini pada perkembangannya diperingati pula sebagai Hari Dokter Nasional hingga saat ini.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah sejarah lengkap lahirnya IDI dan Hari Dokter Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 Oktober.

Sejarah Hari Dokter Nasional

Sebagaimana disebutkan pada pengantar diatas bahwasanya peringatan Hari Dokter Nasional dilakukan bertepatan dengan hari jadi Ikatan Dokter Indonesia (IDI).  Untuk itu, bisa dikatakan bahwa sejarah terbentuknya Hari Dokter Nasional tidaklah lepas dari sejarah terbentuknya IDI itu sendiri.

Sebelumnya, perlu diketahui bahwasanya  dokter-dokter di tanah air telah mencatatkan diri sebagai para pejuang kemanusiaan. Tercatat banyak nama-nama besar, seperti dr. Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangoenkoesomo, dan nama-nama dokter lainnya, yang dalam sejarahnya bukan hanya mengobati penyakit namun juga turut  memerangi penjajahan.

Momentum profesi dokter di tanah air sebenarnya telah ada sejak 1849. Yakni sejak dikeluarkannya keputusan Gubernemen No. 22  tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia (Nederlandsch Indie) pada tanggal 2 Januari 1849. Sebagaimana dilansir dalam situs web Kemenkes, didirikannya sekolah pendidikan dokter pada saat itu dilatarbelakangi oleh adanya wabah malaria yang tidak bisa diatasi oleh pemerintah Hindia Belanda.

Pada awalnya, ada  12 orang siswa sekolah pendidikan dokter yang dinyatakan lulus dengan gelar Dokter Djawa, setelah mereka berhasil menempuh pendidikan selama dua tahun. Meskipun memiliki gelar dokter, namun para lulusan tersebut  hanya dipekerjakan sebagai ‘mantri cacar’.

Bertahun-tahun kemudian, setelah melalui perjalanan yang panjang, pada tahun 1898 didirikan sekolah pendidikan dokter yang sesungguhnya dengan nama STOVIA. Dari sekolah inilah lahir dokter-dokter yang juga dikenal sebagai pejuang dan pahlawan nasional, seperti  dr. Sutomo, yang merupakan pendiri organisasi Boedi Oetomo dan menandai kebangkitan nasional di negeri ini. Ada pula dr. Cipto Mangunkusumo, yang bersama-sama dengan Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat mendirikan organisasi Indische Partij.

Pada tahun 1911, muncul organisasi profesi kedokteran pertama di Indonesia yang bernama Vereniging van Indische Artsen. Pada tahun 1926, organisasi ini berubah nama menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VGI). Kemudian, pada masa pendudukan Jepang, organisasi VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai. Setelah masa kemerdekaan, muncul beberapa organisasi yang menaungi profesi dokter di Indonesia.

Pada 30 Juli 1950, atas usulan dari Dr. Seni Sastromidjojo, DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) & PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia), diadakan sebuah pertemuan yang menghasilkan “Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI)” dengan ketuanya Dr. Bahder Djohan.

Selanjutnya, pada tanggal 22-25 September 1950,  dilaksanakan Muktamar yang digelar di Deca Park untuk membentuk organisasi profesi kedokteran secara nasional. Dalam muktamar tersebut, disepakati untuk dibentuk Ikatan Dokter Indonesia atau IDI dan dipilih pula Ketua Umum IDI yang pertama, yakni Dr. Sarwono Prawirohardjo.

Selanjutnya, untuk meresmikan berdirinya IDI dilaksanakanlah Muktamar IDI di Ujung Pandang, Sulawesi, pada tanggal 22 hingga 27 Oktober 1994. Dalam muktamar tersebut disepakati tentang penetapan Hari Dokter Nasional pada tanggal 24 Oktober.

Tanggal 24 Oktober sendiri dipilih karena pada tanggal 24 Oktober 1950 lah Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendapatkan legalitas hukumnya secara resmi di depan notaris.

Manfaat Memperingati Hari Dokter Nasional

Peringatan Hari Dokter Nasional tentunya bukan sesuatu yang berlebihan mengingat peran dokter yang sangat besar sejak era penjajahan hingga saat ini. Peran dokter juga akan selalu dibutuhkan kapanpun dan dimanapun.

Adapun manfaat yang bisa dirasakan dalam peringatan Hari Dokter Nasional ini diantaranya adalah:

  • Sebagai pengingat bagi kita semua tentang besarnya peran profesi dokter ini bagi perkembangan bangsa dan negara Indonesia, sejak era kolonialisme, kemerdekaan, dan hingga saat ini.
  • Sebagai bentuk apresiasi atas jasa para dokter dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat dan ketahanan kesehatan bangsa.
  • Untuk mengenang jasa para pejuang kesehatan, terutama mereka yang berprofesi sebagai dokter,  yang telah gugur dalam menjalankan tugasnya.

Cara Memperingati Hari Dokter Nasional

Selanjutnya, untuk memperingati Hari Dokter Nasional ini ada banyak cara yang bisa dilakukan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Mengadakan berbagai acara sosial terkait dengan atau bertemakan kesehatan dan kedokteran. Misalnya pengobatan gratis, senam bersama, konsultasi kesehatan gratis, seminar kesehatan dan kedokteran, dan sebagainya.
  • Membuat poster, infografis, videografis, dan bentuk publikasi lainnya yang berisikan informasi kesehatan dan semisalnya untuk dibagikan kepada masyarakat luas, baik secara langsung maupun disebarkan melalui media sosial.
  • Membuat ucapan Hari Dokter Nasional, misalnya dengan twibon, dan membagikannya di media sosial sehingga masyarakat luas akan mengetahui tentang peringatan Hari Dokter Nasional tersebut.
  • Mengadakan acara keilmuan, seperti seminar, lokakarya, diskusi ilmiah, atau selainnya yang membahas masalah-masalah terkait profesi kedokteran dan juga tantangan dunia medis kedepannya.

Dokter, sebagaimana kita ketahui bersama, adalah profesi yang mulia. Mereka adahal garda terdepan dalam masalah ketahanan kesehatan sebuah negara.

Diantara bukti nyata hal ini adalah ketika terjadi pandemi Covid-19, dimana dokter adalah salah satu profesi nakes yang banyak mengorbankan waktu dan tenaganya untuk mengatasi pandemi yang terjadi. Bahkan banyak juga para dokter yang akhirnya menjadi korban tertular hingga meninggal karena tuntutan profesinya untuk berinteraksi dengan para pasien covid.

fbWhatsappTwitterLinkedIn