Daftar isi
Sebelum lahirnya kerajaan Mataram Islam, dahulu kala, Mataram masih berbentuk kerajaan Hindu-Budha.
Kerajaan ini bertempat di Jawa, sama seperti kerajaan Pajajaran, kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit.
Pada tahun 752 M, berdirilah sebuah kerajaan Mataram kuno yang dipimpin Sanjaya dengan sebutan Wangsa Sanjaya.
Wangsa ini beraliran agama Hindu Shiwa dan tertulis pada prasasti Canggal.
Karena itulah nama kerajaan ini sering disebut sebagai Mataram Hindu.
Sanjaya mendapatkan kerajaan ini dari saudara ibunya yang bernama Sanna atau Sena. Sanna wafat dan akhirnya kepemimpinan dilanjutkan oleh Sanjaya.
Selanjutnya di tahun 770 M, wangsa tersebut berubah menjadi Wangsa Syailendra dengan aliran agama Budha dan pemimpinnya adalah Rakai Panangkaran.
Kerajaan ini bertempat di aliran sungai Bogowonto, Elo, Progo dan Bengawan Solo, Jawa Tengah.
Tahun 929-947 M, kerajaan ini berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan pemimpinnya Mpu Sindok dan berubah menjadi Wangsa Isana.
Ketika di Jawa Timur inilah, seringkali Mataram Kuno disebut dengan Kerajaan Medang Mataram.
Selama 293 tahun berdiri, sejak 752 M, di tahun 1045 M Mataram Kuno harus runtuh akibat penyerangan dari Sriwijaya.
1. Sanjaya (732-760 M)
Seringkali disebut dengan dinasti Sanjaya beraliran agama Hindu Shiwa.
Pada masa kepemimpinan Sanjaya, banyak sekali didirikan candi-candi Hindu di daerah Gunung Dieng.
Sanjaya memimpin Mataram Hindu dari tahun 732 hingga 760 Masehi.
Kepemimpinan tersebut ia peroleh dari saudara ibunya yang bernama Sanna.
2. Rakai Panangkaran (760-780 M)
Setelah Sanjaya wafat, kepemimpinan diteruskan oleh Rakai Panangkaran dari tahun 760 hingga 780 M.
Pada tahun ini, dinasti Sanjaya berubah aliran menjadi dinasti Syailendra.
Pada masa kepemimpinan Rakai Panangkaran, banyak didirikan candi-candi beraliran agama Budha.
3. Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai Panunggalan merupaka pemimpin Mataram Kuno dari tahun 780 hingga 800 Masehi.
Namanya disebut dalam Prasasti Mantyasih yang dibuat pada tahun 907 Masehi.
4. Rakai Warak (800-828 M)
Dalam Prasasti Mantyasih juga disebutkan adanya raja setelah Rakai Panunggalan yaitu Rakai Warak.
Rakai Warak memimpin Mataram Kuno dari tahun 800 hingga 820 Masehi.
5. Rakai Garung (828-847 M)
Tertulis dalam Prasasti Wanua Tengah III, Rakai Garung memimpin Mataram Kuno sekitar bulan Januari 828 M hingga Agustus 847 M.
Beliau merupakan anak dari seorang bangsawan dan sempat mengeluarkan sebuah Prasasti Pengging di tahun 819 M.
6. Rakai Pikatan (847-856 M)
Rakai Pikatan disebut juga sebagai Mpu Manuku dan memimpin Mataram Kuno tahun 847 hingga 856 M.
Beliau mendirikan candi utama yang berada di Candi Prambanan.
Tahun 856 M, beliau turun takhta dan digantikan oleh anaknya.
7. Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Rakai Kayuwangi disebut juga Dyah Lokapala. Beliau ada putra terakhir dari Rakai Pikatan.
Beliau memimpin kerajaan dari tahun 856 hingga 882 M.
8. Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Rakai Watuhumalang memimpin kerajaan tahun 882 hingga 899 Masehi.
Diduga, Rakai Watuhumalang sebelumnya merupakan raja bawahan yang menggantikan Rakai Kayuwangi
Rakai Kayuwangi wafat akibat pembunuhan yang dilakukan oleh kakak Rakai Kayuwangi karena iri takhtanya diambil.
9. Rakai Watukura Dyah Balitung (898-915 M)
Dyah Balitung merupakan menantu dari Rakai Watuhumalang.
Ia memimpin Mataram Kuno tahun 898 hingga 915 M, namun dengan pusat kerajaan yang berpindah ke daerah Poh Pitu.
Ini karena pusat kerajaan Mataram sebelumnya telah rusak akibat perang saudara antara Rakai Kayuwangi dan kakaknya.
10. Mpu Daksa (915-919 M)
Mpu Daksa memimpin tahun 915-919 M. Beliau merebut takhta Dyah Balitung dengan melakukan pemberontakan dan bersekutu dengan kakak Rakai Kayuwangi.
Mpu Daksa masih memiliki hubungan ipar dengan Dyah Balitung.
Diceritakan bahwa beliau sakit hati karena Dyah Balitung naik takhta setelah perjuangannya melawan Rakai Gurunwangi, kakak Rakai Kayuwangi.
11. Rakai Layang Dyah Tulodong (919-928 M)
Tertulis pada Prasasti Lintakan yang dibuat tahun 919 M, menyebutkan bahwa Dyah Tuludong merupakan raja Mataram Kuno pada waktu itu.
Beliau memimpin kerajaan tahun 919 hingga 928 M.
12. Rakai Sumba Dyah Wawa (921-928 M)
Dyah Wawa disebutkan sebagai raja pada Prasasti Sangguran yang dibuat tahun 928 M.
Beliau awalnya merupakan Sang Pamgat Momahumah atau pegawai pengadilan.
Diduga beliau melakukan kudeta untuk merebut takhta dari Dyah Tuludong.
13. Mpu Sindok (929-947 M)
Mpu Sindok merupakan raja setelah Dyah Wawa yang memindahkan kerajaan ke Jawa Timur akibat letusan gunung Merapi yang dahsyat pada waktu itu.
Letusan ini dikaitkan dengan hukuman Tuhan karena perebutan takhta yang terus terjadi di kerajaan Mataram.
Mpu Sindok melanjutkan kepemimpinan dari tahun 929-947 M.
Beliau wafat pada tahun 947 dan dimakamkan di candi Isanabhawana.
14. Sri Lokapala (947 M)
Sri Lokapala merupakan menantu dari Mpu Sindok yang memimpin tahun 947 M.
Beliau dan istrinya Sri Isyana Tunggadewi memimpin kerajaan Mataram Kuno dan sempat meninggalkan Prasasti Gedangan yang dibuat tahun 950.
15. Makuthawangsawardhana (sebelum 990 M)
Tidak ada penjelasan mengenai Makuthawangsawardhana, yang hanya disebutkan bahwa beliau raja berikutnya sebelum 990 M.
Diceritakan pula bahwa beliau anak dari pasangan Sri Lokapala dan Sri Isyana Tunggadewi.
16. Dharmawangsa Teguh (991-1045 M)
Dharmawangsa Teguh memimpin Mataram pada tahun 991-1045M. Hal ini disebutkan dalam berita Tiongkok tahun 992 M.
Pada masa pemerintahannya, beliau dan pasukannya menyerang Sriwijaya dan berhasil menguasai Palembang tahun 992 M.
Pada Prasasti Pucangan diceritakan bahwa Dharmawangsa tewas karena adanya serangan pasukan Wurawari dari Lwaram dengan bantuan laskar Sriwijaya.
Karena hal ini, berakhirlah kepemimpinan di Kuno.
Kerajaan Mataram Kuno berjaya ketika masa kepemimpinan raja Sanjaya dan raja Rakai Panangkaran.
Banyak candi yang mereka bangun dan banyak pula prasasti yang mereka tinggalkan.
Mereka berdua juga ahli dalam berperang dan memperluas wilayah dengan menaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.
Mataram Kuno semakin berjaya ketika dipindahkannya pusat kerajaan dari Jawa Tegah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok.
Hal ini bermula karena kerajaan porak poranda akibat gunung Merapi yang meletus kala itu.
Meski terjadi pemindahan, namun letaknya strategis berada di aliran Sungai Brantas sehingga dilewati oleh banyak pedagang.
Apalagi saat itu dibangunlah sebuah waduk Hujung Galuh yang membuat aktivitas perdagangan semakin tinggi.
Selain itu dalam bidang pertanian, tanah di Jawa Timur juga sangat subur dan dekat dengan jalur perdagangan rempah Maluku menuju Selat Malaka.
Semenjak terpilihnya Rakai Kayuwangi sebagai raja, sudah ada bibit kecemburuan dari kakaknya yang bernama Rakai Gurunwangi.
Hal inilah yang memicu terjadinya perang saudara.
Apalagi ketika Gurunwangi berhasil dikalahkan oleh Dyah Tuludong demi menyelamatkan kerajaan dan beliau diangkat menjadi raja ke -11.
Semakin besarlah perang perebutan kekuasaan terjadi, hingga menimbulkan bencana alam Gunung Merapi meletus yang membuat kerajaan hancur.
Kerajaan pada akhirnya dipindahkan ke Jawa Timur dan baik-baik saja.
Hingga pada akhirnya raja terakhir Mataram Kuno yakni Dharmawangsa Teguh harus tewas di tangan pasukan Wurawari dan laskar Sriwijaya.
Ini karena sakit hati Wurawari karena lamaran terhadap putri Dharmawangsa ditolak dan adanya ambisi menguasai pemerintahan Mataram Kuno.
Dengan tewasnya raja Dharmawangsa, berakhir pula lah masa kerajaan Mataram Kuno di tahun 1045 M.
Candi Borobudur terletak di Magelang dan sempat menjadi 7 dari keajaiban dunia.
Candi ini dibangun pada masa kerajaan Mataram Kuno pada tahun 800-an.
Prasasti ini ditemukan di kecamatan Kalasan, Yogyakarta dan dibuat pada tahun 778 oleh Mataram Kuno.
Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pranagari.
Prasasti ini ditemukan di Prambanan, Yogyakarta dan berisi mengenai kekalahan Balaputradewa yang berperang dengan saudaranya, Pramodawardhani.
Pramodawardhani merupakan istri dari Rakai Pikatan, raja Mataram Kuno ke 6.
Prasasti ini dibuat tahun 970 M pada dinasti Sanjaya.
Prasasti Mantyasih ditemukan di kampung Mateseh, Magelang, Jawa Tengah dan berisi tentang silsilah raja Mataram Kuno.
Candi Prambanan dibangun oleh Rakai Pikatan pada tahun 850 M.
Beliau membangun candi utama dan candi-candi sekitarnya diteruskan oleh raja-raja berikutnya.
Candi ini terletak tidak jauh dari Borobudur dan Candi Sewu, yakni di kecamatan Prambanan, Yogyakarta.
Berbeda dengan Prambanan yang cenderung beraliran Hindu, Candi Sewu merupakan candi Budha kedua terbesar setelah Borobudur.
Candi ini berada dii kecamatan Prambanan, Yogyakarta dan dibuat pada abad 8 Masehi pada Wangsa Sailendra atau kepemimpinan Rakai Panangkaran.
Candi ini merupakan salah satu candi Budha peninggalan Mataram Kuno.
Dibuat pada tahun 824 ketika Wangsa Sailendra atau pemerintahan Rakai Panunggalan, candi ini bertempat di Magelang, Jawa Tengah.