
Sultan Hasanuddin merupakan seorang tokoh sejarah yang terkenal di Sulawesi Selatan, Indonesia. Sultan Hasanuddin lahir pada tanggal 12 Januari 1631 di Kerajaan Gowa-Tallo, yang terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kota Makassar.
Sultan Hasanuddin adalah keturunan dari raja-raja Gowa yang kuat. Pada usia yang masih muda, beliau menunjukkan bakat kepemimpinan yang luar biasa dan keberanian dalam bertempur. Beliau terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Belanda yang ingin memperluas pengaruhnya di wilayah Sulawesi Selatan.
Sebagai putra mahkota, Sultan Hasanuddin kemungkinan menerima pendidikan yang lebih mendalam dibandingkan rakyat biasa pada masa itu. Pendidikan di Kerajaan Gowa pada masa itu biasanya meliputi pendidikan agama, keagamaan, seni, dan kemiliteran.
Para calon pemimpin kerajaan, termasuk putra mahkota, diberikan pendidikan khusus untuk mempersiapkan mereka dalam mengambil peran kepemimpinan di masa depan. Selain pendidikan formal, Sultan Hasanuddin juga dididik dalam hal kemiliteran dan kepemimpinan.
Sebagai seorang pangeran dan calon pemimpin, serta diajarkan strategi perang, taktik militer, dan keahlian dalam memimpin pasukan. Pendidikan Sultan Hasanuddin dalam hal kepemimpinan, agama, dan militer sangat penting dalam membentuk karakternya sebagai seorang pemimpin yang kuat dan strategis dalam menghadapi penjajah Belanda dan mempertahankan Kerajaan Gowa.
Salah satu pernikahan yang paling terkenal dari Sultan Hasanuddin adalah dengan seorang putri dari Kerajaan Bone yang bernama Tenri Tatta. Pernikahan tersebut dianggap sebagai upaya untuk mempererat hubungan antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone.
Dari pernikahan tersebut, Sultan Hasanuddin memiliki seorang putra yang bernama Sultan Muhammad Said. Puncak karir Sultan Hasanuddin terjadi pada abad ke-17 ketika Belanda melancarkan serangan besar-besaran untuk menguasai wilayah Gowa – Tallo.
Sultan Hasanuddin memimpin perlawanan sengit terhadap pasukan Belanda yang berusaha menguasai ibu kota Gowa, Kota Somba Opu. Pertempuran terbesar antara Sultan Hasanuddin dan Belanda terjadi pada tahun 1667 dan dikenal sebagai Pertempuran Tallo.
Meskipun pasukannya dalam posisi yang kurang menguntungkan, Sultan Hasanuddin berhasil memimpin perlawanan dengan gigih. Namun, pada akhirnya, Sultan Hasanuddin harus menerima kekalahan dan menandatangani Perjanjian Bungaya pada tahun 1667, yang mengakibatkan wilayah Gowa – Tallo berada di bawah kekuasaan Belanda.
Meskipun demikian, Sultan Hasanuddin tetap menjadi simbol perlawanan dan keberanian dalam sejarah Indonesia serta dikenang sebagai pahlawan yang berjuang melawan penjajahan Belanda dan mempertahankan kehormatan dan martabat kerajaan Gowa – Tallo.
Sultan Hasanuddin melanjutkan kepemimpinan di bawah kekuasaan Belanda, dan beliau berusaha untuk melindungi kepentingan rakyatnya serta mempromosikan perdamaian dan perkembangan ekonomi di wilayahnya.
Sultan Hasanuddin wafat pada tanggal 12 Juni 1670 di Benteng Somba Opu, Makassar. Meskipun telah berlalu beberapa abad sejak kematiannya, warisan dan pengabdiannya dalam perlawanan melawan penjajah Belanda masih dihormati dan diingat hingga saat sekarang.
Jasa-jasa Sultan Hasanudin untuk Indonesia
Sultan Hasanuddin, sebagai tokoh sejarah yang penting dalam wilayah Sulawesi Selatan, juga memiliki kontribusi yang relevan dalam konteks sejarah Indonesia secara keseluruhan. Berikut adalah jasa-jasa Sultan Hasanuddin yang berkaitan dengan Indonesia.
- Perlawanan Terhadap Penjajah Belanda
Sultan Hasanuddin memimpin perlawanan yang gigih terhadap penjajah Belanda selama Perang Gowa (1666-1669). Perlawanan tersebut menjadi bagian dari perjuangan nasional dalam melawan penjajah Belanda dan mempertahankan kemerdekaan wilayah Indonesia.
- Pertahanan Terhadap Penyebaran Kolonialisme
Melalui upayanya dalam memperkuat pertahanan Kerajaan Gowa, Sultan Hasanuddin turut berperan dalam menahan dan menghadang penyebaran kolonialisme Belanda ke wilayah Sulawesi Selatan. Perlawanan tersebut memiliki arti penting dalam mempertahankan kedaulatan dan keberlanjutan budaya Indonesia.
- Perkembangan Perdagangan
Sultan Hasanuddin mendorong perkembangan perdagangan di wilayah Kerajaan Gowa. Upayanya dalam memperkuat jalur perdagangan dan hubungan dagang dengan negara-negara lain berdampak positif bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
- Pelestarian Budaya dan Tradisi Loka
Sultan Hasanuddin memberikan perhatian besar terhadap pelestarian budaya dan tradisi lokal di wilayahnya. Dalam mempromosikan dan melestarikan seni, sastra, dan tradisi lokal, beliau berperan dalam mempertahankan identitas budaya Indonesia yang kaya dan beragam.
- Inspirasi untuk Perlawanan Lainnya
Perlawanan dan semangat perjuangan Sultan Hasanuddin melawan penjajah Belanda menjadi inspirasi bagi perlawanan-perlawanan lainnya di wilayah Indonesia. Kisah kepahlawanannya memberikan teladan dan semangat bagi para pejuang kemerdekaan dalam memperjuangkan kemerdekaan nasional.
- Kontribusi Terhadap Kekuatan Perang Gerilya
Sultan Hasanuddin menggunakan strategi perang gerilya dalam perlawanannya terhadap Belanda. Dalam menghadapi kekuatan kolonial, Sultan Hasanuddin menunjukkan pentingnya taaktik perang gerilya dalam perjuangan melawan penjajah, yang kemudian diadopsi oleh gerakan perlawanan lainnya di Indonesia.
- Penguatan Identitas Bangsa
Sultan Hasanuddin, sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional, turut berkontribusi dalam memperkuat identitas bangsa Indonesia. Kisah kepahlawanannya dan semangat perjuangannya memperkaya narasi sejarah Indonesia dan memperkuat kesadaran akan jati diri nasional.
Jasa-jasa Sultan Hasanuddin dalam perlawanan terhadap penjajah, pembangunan ekonomi, pelestarian budaya, dan inspirasinya bagi perlawanan lainnya berperan penting dalam sejarah Indonesia dan memperkuat semangat nasionalisme serta perjuangan menuju kemerdekaan.
Secara keseluruhan, Sultan Hasanuddin dianggap sebagai seorang pahlawan dan tokoh berpengaruh dalam sejarah Sulawesi Selatan. Perlawanannya melawan penjajahan Belanda dan semangat perjuangan yang ia tunjukkan tetap menjadi inspirasi dan membangkitkan rasa kebanggaan dalam melindungi identitas budaya dan keberanian dalam menghadapi tantangan.
Peninggalan Sultan Hasanuddin
Peninggalan Sultan Hasanuddin yang masih ada hingga saat ini mencakup berbagai struktur bangunan bersejarah, artefak, dan tradisi yang terkait dengan Kerajaan Gowa. Beberapa peninggalan yang masih dapat ditemukan antara lain sebagai berikut.
1. Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu adalah sebuah benteng sejarah yang terletak di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Benteng tersebut dibangun oleh Kerajaan Gowa pada abad ke-16 dan menjadi salah satu peninggalan bersejarah yang penting di wilayah tersebut.
Benteng Somba Opu awalnya dibangun sebagai benteng pertahanan untuk melindungi Kerajaan Gowa dari serangan musuh. Nama “Somba Opu” berasal dari bahasa Makassar yang berarti “tempat pemakaman raja” atau “tempat orang-orang terhormat”.
Benteng tersebut terletak di atas bukit yang menghadap ke Teluk Makassar, sehingga memberikan posisi strategis dalam pengawasan dan pertahanan wilayah tersebut. Dalam sejarah, Benteng Somba Opu menjadi saksi perlawanan dan pertempuran antara Kerajaan Gowa dan Belanda pada masa kolonial.
Benteng Somba Opu terdiri dari beberapa bagian, termasuk tembok pertahanan yang kuat, gerbang masuk, dan bangunan-bangunan pendukung lainnya di dalamnya. Meskipun telah mengalami berbagai renovasi dan pemugaran, bentuk dan struktur aslinya tetap terjaga.
Sampai saat ini, Benteng Somba Opu menjadi salah satu tujuan wisata sejarah yang populer di Makassar. Pengunjung dapat menjelajahi situs sejarah tersebut, mengagumi arsitektur yang indah, dan mempelajari lebih lanjut tentang sejarahnya melalui pameran dan informasi yang disediakan di tempat tersebut.
2. Masjid Agung Sultan Hasanuddin

Masjid Agung Makassar, yang juga dikenal sebagai Masjid Raya Makassar, merupakan landmark penting dan pusat kegiatan keagamaan di kota tersebut. Masjid tersebut didedikasikan untuk menghormati Sultan Hasanuddin, penguasa terkenal dari Kerajaan Gowa-Tallo yang memimpin perlawanan terhadap Belanda pada abad ke-17.
Masjid Agung Makassar memiliki arsitektur yang indah dan menggabungkan gaya arsitektur Timur Tengah dengan sentuhan seni lokal Sulawesi. Dalam hal ukuran, masjid tersebut sangat besar dan dapat menampung ribuan jamaah dalam satu waktu.
Taman yang luas mengelilingi masjid dan menambah keindahan tempat tersebut. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Makassar juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat Makassar.
Di dalam kompleks masjid, terdapat ruang kelas, perpustakaan, dan ruang pertemuan yang digunakan untuk berbagai kegiatan keagamaan, pendidikan, dan sosial. Masjid Agung Makassar adalah salah satu destinasi wisata religius yang populer di Kota Makassar.
Masjid Agung Sultan Hasanuddin menarik pengunjung untuk mengagumi arsitektur megahnya, menikmati ketenangan dalam ibadah, serta merasakan kehangatan dan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
3. Waruga

Waruga adalah sejenis peti kubur yang digunakan oleh suku Minahasa, sebuah suku bangsa yang mendiami wilayah Sulawesi Utara, Indonesia. Waruga terbuat dari batu dan memiliki bentuk seperti peti mati dengan penutup batu yang disusun secara horizontal.
Waruga merupakan tradisi penguburan yang telah ada sejak zaman megalitikum di daerah tersebut. Waruga memiliki ciri khas berupa ukiran yang menghiasi penutupnya. Ukiran-ukiran tersebut sering kali menggambarkan simbol-simbol yang mewakili kehidupan, kepercayaan, dan budaya masyarakat Minahasa.
Waruga digunakan untuk menguburkan jenazah masyarakat Minahasa yang dianggap penting atau berstatus sosial tinggi, seperti pemimpin, tokoh adat, atau orang yang dihormati dalam masyarakat. Secara tradisional, waruga ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil atau dalam suatu kompleks pemakaman yang disebut sebagai “puyung”.
Waruga diletakkan di atas panggung batu atau tanah dan ditutup dengan penutup batu yang berukiran. Beberapa waruga memiliki tulisan atau inskripsi yang memberikan informasi tentang siapa yang dimakamkan di dalamnya, tahun kematian, dan informasi lainnya.
Waruga juga memiliki fungsi sebagai simbol keberadaan roh nenek moyang dan menjadi bagian penting dari warisan budaya dan sejarah masyarakat Minahasa. Sekarang, beberapa waruga dapat ditemukan di berbagai museum atau situs arkeologi di Sulawesi Utara, sementara beberapa lainnya masih digunakan dalam praktik pemakaman tradisional oleh masyarakat Minahasa.
4. Artefak Kerajaan Gowa

Artefak Kerajaan Gowa merujuk kepada berbagai benda-benda bersejarah dan budaya yang terkait dengan Kerajaan Gowa, sebuah kerajaan yang berdiri di wilayah Sulawesi Selatan, Indonesia. Kerajaan Gowa merupakan salah satu kerajaan terkemuka di Sulawesi Selatan.
Pada masa lalu dan memainkan peran penting dalam sejarah dan budaya daerah tersebut. Beberapa artefak bersejarah, seperti senjata tradisional, perhiasan, dan perlengkapan kehidupan sehari-hari, masih ada dan dipamerkan di beberapa museum di Sulawesi Selatan.
Artefak tersebut memberikan gambaran tentang kehidupan dan budaya Kerajaan Gowa pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin.
5. Tradisi dan Adat Istiadat

Tradisi dan adat istiadat yang berkaitan dengan Kerajaan Gowa, termasuk dalam perayaan acara pernikahan, upacara adat, dan tarian tradisional, masih dipraktikkan dan dilestarikan oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
Tradisi tersebut merupakan warisan hidup yang terus dipersembahkan sebagai bagian dari identitas budaya Sulawesi Selatan dan sebagai peninggalan dari masa Sultan Hasanuddin. Contohnya seperti Upacara adat paccasarangan, adat bersanding, adat seren taun, mappadendang dan sebagainya.
Peninggalan-peninggalan tersebut merupakan warisan berharga dari masa kejayaan Kerajaan Gowa di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin. Peninggalan tersebut tidak hanya menyimpan nilai sejarah yang penting, tetapi juga menjadi saksi kekayaan budaya dan identitas Sulawesi Selatan yang masih terjaga hingga sekarang.