Taman Nasional Aketajawe Lolobata – Surga Halmahera

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Taman Nasional Aketajawe Lolobata atau TNAL adalah sebuah kawasan konservasi di Pulau Halmahera, Maluku. Kawasan ini memiliki wilayah seluas 167.300 hektar dengan beragam keindahan alam akibat gabungan dua pulau yang bertabrakan berjuta tahun silam. Banyak kegiatan dan keindahan alam yang dapat anda nikmati di TNAL.

Sejarah TNAL

TNAL bermula pada tahun 1981 saat Rencana Konservasi Nasional Indonesia mengusulkan beberapa wilayah di Halmahera disatukan dalam kawasan Hutan Lindung meliputi Aketajawe, Lolobata, Saketa, dan Gunung Gamkonora.

Tahun 1993, Rencana Tindak Keanekaragaman Hayati Indonesia menetapkan area ini menjadi kawasan lindung terpadu di habitat darat, terutama pada wilayah Lolobata dengan luas 89.000 hektar.

Pada tahun 1995, kawasan Aketajawa, Lolobata, dan hutan-hutan di dalamnya diusulkan menjadi taman nasional. Empat tahun kemudian, sekitar 7.264.707 hektar hutan di Maluku juga dimasukkan dalam kawasan hutan lindung dengan beberapa tipe berbeda.

Pada bulan Oktober 2004, Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor sk 397/Menhut-II/2004 mengenai area hutan lindung, hutan produksi tetap, dan hutan produksi terbatas mengubah status TNAL menjadi seluas 167.300 hektar.

Wilayah TNAL kembali dipertegas dan dibagi dalam dua blok wilayah menurut Surat Keputusan Penetapan Blok Aketajawe No SK.1919/Menhut-VII/KUH/2014 dan Surat Keputusan Penetapan Blok Lolobata No. 350/Menhut-II/2010. Blok Aketajawe memiliki luas kurang lebih 77.100 hektar, sedangkan blok Lolobata memiliki luas wilayah sebesar 90.200 hektar.

Kondisi Alam TNAL

TNAL membentang di kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulaun. Ada beragam kondisi topografi yang dapat ditemukan di TNAL termasuk datar, bergelombang, sampai bergunung-gunung.

Iklim di kawasan TNAL dipengaruhi oleh musim dan iklim laut tropis. Musim hujan dapat anda temukan di TNAL pada bulan Oktober hingga Maret, sedangkan bulan April hingga September adalah musim kemarau.

Akibat kondisi Pulau Halmahera yang merupakan penyatuan dua pulau bertabrakan, kondisi batuan TNAL cukup beragam mulai dari batuan gamping, aluvium, hingga formasi batuan ultrabasa. Jenis tanah di TNAL kebanyakan adalah tropopepts, dengan tambahan jenis tanah rendolis di wilayah Lolobata dan jenis tanah halplothox di wilayah Aketajawe.

Terdapat pula 7 tipe ekosistem di TNAL, diantaranya adalah :

  • Ekosistem hutan mangrove
  • Ekosistem hutan pantai
  • Ekosistem hutan rawa dataran rendah
  • Ekosistem tebing sungai
  • Ekosistem hutan hujan dataran rendah
  • Ekosistem hutan hujan pegunungan
  • Ekosistem padang rumput sub-alpin

Flora dan Fauna TNAL

Ada banyak jenis flora dan fauna yang dapat anda temukan di TNAL, bahkan beberapa jenis diantaranya tergolong endemik dan langka.

Beberapa jenis flora yang dapat anda jumpai di kawasan TNAL adalah :

  • Damar (Agathis sp.)
  • Kayu bugis (Koordersiodendron pinnatum)
  • Matoa (Pometia pinnata)
  • Bintangur (Calophyllum inophyllum)
  • Merbau (Intsia bijuga)
  • Nyatoh (Palaquin obstusifolium)
  • Kenari (Canarium vulgare)
  • Benuang (Octomeles sumatrana)
  • Woka (Livistona rutodifolia)

Terdapat 28 jenis mamalia di kawasan TNAL, termasuk beberapa jenis hewan endemik, yaitu:

  • Rusa jenis Cervus timorensis (endemik Maluku)
  • Babi hutan jenis Sus Scrofa (endemik Maluku)
  • Kuskus jenis Phalanger sp. (endemik Halmahera)

Ada juga 211 jenis aves dengan 24 spesies endemik Maluku dan 4 spesies endemik Halmahera, diantaranya adalah :

  • Elang bondol (Haliastur indus)
  • Kakatua jambul putih (Cacatua alba)
  • Rangkong papua (Rhyticeros plicatus)
  • Burung gosong kelam (Megapodius freycinet)
  • Bidadari Halmahera (Semioptera wallacel)
  • Kepudang Sungu Halmahera (Coracania parvula)
  • Cekakak murung (Todiaramphus diops)
  • Kepudang Halmahera (Oriolus phaechromus)
  • Mandar gendang (Habroptila walacii)

Ada 38 jenis reptil yang dapat anda temukan di TNAL, termasuk:

  • Biawak air (Hydrosaurus warneri)
  • Biawak darat (Varanus sp.)
  • Katak mulut sempit (Callulops dubia dan Caphiaxalus montanus)

Untuk jenis serangga, ada sekitar 3 spesies capung, 20 spesies moluska, dan 2 spesies belalang. Beberapa jenis serangga yang dapat ditemukan yaitu :

  • Kupu-kupu raja (Papillio heringi)
  • Belalang (Cranaekukenthall spp.)
  • Keong darat (Palaeochelicina zoae)
  • Capung (Selysioneura thalia dan Synthemis spp.)

Kegiatan dan Destinasi Wisata TNAL

Beberapa jenis kegiatan dan destinasi wisata yang dapat anda lakukan di TNAL adalah :

  • Air Terjun Havo

Air Terjun Havo merupakan sebuah destinasi wisata yang dapat anda temukan di Desa Koli pada kelompok hutan Aketajawe. Pesona air terjun dan udara semilir di sekitarnya membuat setiap pengunjung yang datang kesini enggan untuk meninggalkan lokasi. Namun, trek dan medan menuju area air terjun ini cukup curam dan berat.

  • Sarang Burung Bidadari

Burung bidadari merupakan daya tarik tersendiri dari segi fauna TNAL. Burung ini memiliki sarang khusus di kawasan hutan pada puncak pohon yang tinggi. Untuk dapat menemukannya, anda harus datang sebelum pukul 7 pagi saat burung bidadaari keluar mencari makan.

  • Gua Melisa

Gua Melisa merupakan sebuah gua temuan wisatawan Australia dengan ukuran yang cukup kecil dan tidak terlalu dalam.

Ada beberapa gua lain disekitar Gua Melisa yang dapat pengunjung singgahi. Namun, ada banyak pepohonan gatal di sekitar gua sehingga pengunjung harus berhati-hati.

Pengelola TNAL

Balai Taman Nasional yang mengelola TNAL berada di Jalan Empat Putuh Sofifi Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Bila ada pengunjung yang ingin masuk ke wilayah ini, maka harus ada izin kegiatan yang dilaporkan ke balai besar tersebut.

Akses Menuju TNAL

Untuk dapat masuk ke TNAL, anda dapat melalui jalur Aketajawe ataupun Lolobata. Jalur Aketajawe dapat ditempuh dari Ternate menuju Bastiong dengan speed boat selama 3 jam dan jalur darat ke Gita selama 3 jam. Sedangkan untuk jalur Lolobata, anda harus berangkat dari Ternate ke Sidangoli dengan speed boad selama 1 jam, jalur darat ke Daru selama 2 jam, dan kapal laut ke Poli/Subaim selama 1,5 jam.

fbWhatsappTwitterLinkedIn