Tari Gandrung : Sejarah, Gerakan, dan Ciri Khasnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Salah satu kesenian khas dunia yang dipercaya memiliki usia ratusan bahkan ribuan tahun adalah seni tari. Seni tari sendiri memiliki berbagai makna dan tujuan sesuai dengan perkembangan masyarakat setempat yang menciptakan tari itu sendiri.

Setiap tarian pastinya akan dengan jelas menggambarkan perkembangan kebudayaan suatu masyarakat daerah. Keunikan serta kepiawain penari dalam membawakan tariannya akan menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi para penikmat seni tari.

tari gandrung

Tari yang telah lahir beribu tahun lamanya di Indonesia tidak lepas dari adanya kepercayaan aninisme dan dinamisme nenek moyang. Salah satu kesenian tradisional yang lahir dari ujung timur Pulau Jawa tepatnya didaerah Banyuwangi adalah Tari Gandrung.

Tari Gandrung sendiri dipercaya telah memiliki usia yang sangat tua bahkan ratusan tahun lalu telah ada. Tari ini merupakan salah satu tari yang menjadi kebudayaan dari suku asli Banyuwangi yang dikenal dengan nama Suku Osing.

Tari Gandrung sendiri memiliki makna sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Tari ini biasanya dibawakan oleh penari laki-laki dan perempuan, dimana penari tersebut memiliki sebutannya masing-masing.

Penari perempuan disebut dengan nama Penari Gandrung. Sedangkan, penair laki-lakinya disebut dengan nama Pemaju atau Paju. Sekalipun demikian, asalnya Tari Gandrung dibawakan oleh seorang penari laki-laki yang dikenal dengan sebutan penari Masrun.

Sejarah Tari Gandrung

Sejarah Gandrung konon katanya sudah mulai dikenal sejak peristiwa pembabatan Hutan Tirtagindo atau Tirta Arum yang digunakan sebagai lokasi ibu kota Blambangan. Hutan itu sengaja dibabat untuk menggantikan lokasi ibu kota sebelumnya di Ulu Pangpang.

Pemindahan ibu kota kabupaten ini sendiri diprakarsai oleh Bupati pertama Banyuwangi yang bernama Mas Alit. Mas Alit sendiri dinobatkan sebagai Bupati pada 2 Februari 1774. Berdasarkan dari cerita masyarakat Banyuwangi sendiri penari pertama dari Tari Gandrung adalah seorang laki-laki yang bernama Masran.

Masran sendiri dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai penari yang berkeliling dari desa ke desa untuk menari bersama dengan pemain musik yang memainkan kendang dan terbang. Pada saat itu Masran biasanya dikenal dengan imbalan berupa beras yang diberikan oleh masyarakay yang menikmati tariannya setelah melakukan pementasan.

Baiknya lagi Masran tidak memakan beras hasil jerih payahnya sendiri, melainkan dibagikan kepada masyarakat yang kurang mampu dan kesulitan secara ekonomi. Seiring dengan perkembangan jaman, Tari Gandrung saat ini akan lebih banyak dijumpai dengan pembawa tarinya adalah seorang perempuan.

Konon berdasarkan cerita masyarakat daerah Banyuwangi perubahan penari ini berkaitan dengan kisah seorang gadis kecil bernama Semi. Semi seorang gadis yang berusia sekitar sepuluh tahunan pada tahun 1895 mengidap suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Kemudian, ibunya bernama Mak Midhah pun bernazar jika anaknya sembuh akan dijadikannya seorang Seblang atau penari. Tidak lama kemudian Semi sembuh dari sakitnya dan Mak Midhah memenuhi nazarnya menjadikan Semi sebagai penari.

Sejak itulah Semi menjadi pelopor Tari Gandrung wanita. Jejak Semi diikuti oleh adik-adiknya dengan menggunakan nama panggung Gandrung. Pada mulanya penari gandrung perempuan hanya boleh dimainkan oleh penari yang masih memiliki garis keturunan penari gandrung sebelumnya.

Namun, semenjak tahun 1970-an banyak perempuan yang memiliki minat serta bakat untuk mengembangan Tari Gandrung. Disinilah Tari Gandrung memiliki kebebasan untuk dapat dimainkan oleh penari tanpa harus memiliki garis keturunan penari gandrung sebelumnya.

Hingga saat ini, Tari Gandrung memiliki tingkat kepopuleran tersendiri di bumi Banyuwangi hingga mendapat sebutan sebagai Bumi Gandrung.

Gerakan Tari Gandrung

Tari Gandrung memiliki gerakan tari tradisional yang unik yaitu perpaduan antara tari tradisional tanah Jawa dan Bali. Hal ini tentunya tidak lepas dari posisi Banyuwangi sendiri yaitu ujung timur Pulau Jawa dan berdekatan dengan Pulau Bali.

Gerakan dari Tari Gandrung secara garis besar dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu gerakan jejer, maju dan seblang subuh. Berikut adalah penjelasan dari tiga gerakan utama dari Tari Gandrung:

1. Jejer

jejer

Jejer merupakan gerakan pembuka pada Tari Gandrung. Saat melakukan gerakan ini biasanya penari akan melakukan gerakan berjajar atau disebur dengan jejer dengan menyanyikan lagu dan menari secara solo. Gerakan jejer sendiri tidak berlangsung begitu lama karena hanya gerakan pembuka dari Tari Gandrung.

Mulanya gerakan jejer ini tidak ada, namun semenjak tahun 1974 gerakan jejer menjadi gerakan utama pembuka Tari Gandrung. Gerakan jejer diciptakan oleh seniman Banyuwangi yang bernama Sumitro Hadi.

Dengan adanya gerakan jejer maka lengkap sudah unsur tari yang seharusnya ada pada Tari Gandrung. Setelah melakukan gerakan jejer, selanjutnya penari akan masuk ke geraka kedua yaitu maju.

2. Maju

maju

Gerakan maju adalah gerakan inti dari Tari Gandrung. Pada saat melakukan gerakan ini, penari akan memberikan selendangnya kepada para tamu. Hanya tamu-tamu tertentu saja yang diberikan selendang. Biasanya tamu pentinglah yang mendapat kesempatan untuk diberikan selendang.

Jumlah tamu yang diberikan selendang biasanya berjumlah empat orang dan biasanya membentuk bujur sangkar dengan posisi penari berada di tengah. Penari kemudian akan mendekati para tamu yang terpilih dengan gerakan yang menggoda, dna menjadi esensi tersendiri dari tarian ini yaitu menggambarkan hawa nafsu.

Pada tahap ini juga penari biasanya akan meminta penonton untuk memilih lagu yang akan dibawakan. Durasi penari membawakan gerakan kedua ini juga paling panjang. Dimana gerakan kedua ini berlangsung mulai sepanjang malam hingga menjelang subuh.

Saat melakukan gerakan maju penari biasanya juga akan menggerak-gerakkan selendannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak lupa selalu diikuti dengan melenggak-lenggokkan badan guna memikat para tamu.

Gerakan maju juga dikenal dengan nama lain sebagai gerakan ngibing. Sesaat sebelum subuh penari akan memasuki gerakan terakhir yaitu Seblang Subuh.

3. Seblang Subuh

seblang subuh

Gerakan terkahir yang dibawakan oleh penari Tari Gandrung adalah Seblang Subuh. Saat melakukan gerakan ini penari akan melakukan dengan pelan-pelan dan penuh penghayatan. Selain itu, penari juga akan melantunkan lagu-lagu sedih.

Dalam gerakan ini juga tersirat kesan mistis karena masih terhubung dengan ritual Seblang. Seblang sendiri adalah ritual penyucian diri bagi masyarakat suku Osing atau Banyuwangi.

Ciri Khas Tari Gandrung

Ciri khas dari Tari Gandrung sangat terlihat dari :

  • Busana

Busana penari dan musik pengiring yang mengiringi jalannya pementasan. Busana yang dikenakan oleh para penari Gandrung sangat berbeda dengan busana para penari tanah Jawa laiinya. Busana ini lebih kental diwarnai nuansa warna Bali, mengingat memang Banyuwangi adalah daratan Pulau Jawa yang terletak diujung timur dan berbatasan dengan Selat Bali serta Pulau Bali.

Busana atasannya berupa baju beludru berwarna hitam yang dihiasi dengan ornamen berwarna emas dan manik-manik. Pada bagian leher ada ilat-ilatan yang menutup dada dengan dihias satu buah kelat bahu serta pinggang menggunakan ikat.

Bagian kepala dari penari biasanya akan dihiasi sebuah mahkota yang disebut omprok dan terbuat dari kulit kerbau serta ditambah ornamen tokoh Antasena. Dulunya ornamen tokoh Antasena ini tidak melekat pada mahkota, melainkan terlepas seperti sayap burung.

Namun, saat tahun 1960-an ornamen Antasena mulai dilekatkan para omprok dan terus terjadi demikian hingga sekarang.

  • Tata rias

Tata rias yang dimiliki para penari Tari Gandrung juga dapat dikatakan sebagai ciri khasnya. Para penari Tari Gandrung akan memiliki tata rias secantik mungkin. Jenis riasan ini berguna untuk mempercantik diri, sehingga setelah dirias wajah penari akan tampak lebih cantik dan memukau penontonnya.

  • Alat musik

Sedangkan, alat musik yang biasanya mengiringi pertunjukkan Tari Gandrung adalah gong, kluncing, biola, kendang, dan kethuk. Hingga saat ini Tari Gandrung masih memiliki daya pikat tersendiri baik untuk turis kalangan lokal maupun interlokal.

Kekhasan serta gerak yang tercipta membuat kagum bahwa tarian yang berumur ratusan tahun ini masih terus berkembang tanpa terkikis perkembangan jaman.

fbWhatsappTwitterLinkedIn