Daftar isi
Sejarah yang amat panjang telah menjadikan Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. sejarah kebudayaannya pun tua sehingga terdapat banyak sekali kesenian-kesenian yang dimilikinya. Salah satunya adalah Tari Gending Sriwijaya yang lahir setelah Tari Tanggai.
Tari Gending Sriwijaya adalah tari tradisional dari Provinsi Sumatera Selatan. Tarian ini merupakan tari yang biasanya dipertunjukkan ketika acara penyambutan tamu. akan tetapi, hingga saat ini tari ini lebih banyak ditampilkan di berbagai acara seperti pernikahan, perhelatan budaya maupun acara pertemuan.
Makna Tari Gending Sriwijaya
Setiap gerakan yang ditampilkan pada Tari Gending Sriwijaya ini mempunyai makna tersendiri. Adapun beberapa makna dari gerakan Tari Gending Sriwijaya sebagai berikut:
- Gerakan sembah berdiri, bermakna bahwa masyarakat Sumatera Selatan terutama Palembang memiliki rasa ketaatan yang besar kepada Tuhan. Selain itu, gerakan ini juga bermakna sebagai sikap toleransi dengan disimbolkan oleh sembah berdiri.
- Gerakan jentikan ibu jari dan jari tengah, bermakna sebagai simbol kedisiplinan dan kerja keras yang dilakukan masyarakat Palembang.
- Sekapur sirih, bermakna sebagai simbol rendah hati masyarakat Palembang. Seiring dengan perkembangannya, terlihat dari batangnya yang menyimbolkan sikap loyalitas dan budi pekerti. Selain itu, kesabaran dan pantang menyerah untuk mencapai kesuksesan digambarkan melalui komponen gambir.
Secara kompleks, dapat disimpulkan bahwa Tari Gending Sriwijaya ini bermakna masyaakat Palembang yang mempunyai jiwa tawakkal, peduli, rendah hati, saling bekerjasama, mandiri, rukut serta saling bergotong royong.
Sejarah Tari Gending Sriwijaya
Berdasarkan informasi dari kemdikbud.go.id, awal kemunculan dari Tari Gending Sriwijaya ini bermula dari permintaan pemerintahan Jepang yang berada di Karesidenan Palembang kepada Hodowan atau Jawatan Penerangan Jepang untuk menciptakan sebuah lagu dan tari yang dikhususkan untuk menyambut para tamu yang datang ke Sumatera Selatan.
Pada akhir 1942, akhirnya permintaan tersebut mulai digagas namun sempat tertunda beberapa waktu akibat muncul berbagai persoalan politik baik itu di Jepang ataupun di Indonesia. Kemudian pada oktober 1943, gagasan tersebut ditindaklanjuti kembali. ketika itu, Letkol O.M Shida memerintahkan kepada Nuntjik A.R. yang merupakan seorang wakil Hodohan di mana dikenal juga sebagai seorang sastrawan dan wartawan.
Setelah itu, mereka mengajak Achmad Dahlan Mahibat yakni komponis putra asal Palembang yang terampil dalam bermain biola dari kelompok seni Bangsawan Bintang Berlian. Setelah penggarapan lagu selesai, kemudian dilanjutkan dengan penulisan syair lagu Gending Sriwijaya oleh Ahmad Dahlan Mahibat dan disempurnakan oleh Nungtjik A.R.
Lagu dan syair selesai diciptakan, kemudian tari untuk penyambutan tamu harus segera dibuat. Ketika itu ada seorang penari profesional yang dianggap ahli dalam bidang adat budaya Palembang yang bernama Miss Tina haji Gung bertugas mengurusi properti dan busana yang akan digunakan dalam pertunjukan Tari Gending Sriwijaya. Setelah itu, pada Mei 1945 Tari Gending Sriwijaya ini mulai dipentaskan di hadapan Kolonial Batsubara, Pemerintah Umum Jepang.
Pada Kamis, 2 Agustus 1945, akhirnya Tari Gending Sriwijaya ini diresmikan untuk dipentaskan dalam menyambut pejabat-pejabat Jepang dari Bukit Tinggi yang bernama Moh. Syafei dan Djamaludin Adi Nugroho. Tempat penampilan perdananya berada di halaman Masjid Agung Palembang.
Fungsi Tari Gending Sriwijaya
Adapun fungsi dari Tari Gending Sriwijaya sebagai berikut:
- Sebagai tari-tarian untuk menyambut para tamu agung atau raja.
- Sebagai sebuah kesenian seperti festival budaya.
- Sebagai upacara adat seperti acara pernikahan, perhelatan budaya dan sebagainya.
- Sebagai hiburan bagi para tamu yang hadir.
Gerakan Tari Gending Sriwijaya
Dalam Tari Gending Sriwijaya terdapat tiga macam gerak yang akan ditampilkan. Adapun tahapannya yaitu:
Gerakan awal
- Sembah, penari bergerak dengan tangan menangkup, kedua kaki berjinjit dan posisi badan merendah dan dagu menunduk.
- Jalan keset, penari menggeser kaki kanan ke depan.
- Kecubung, penari menyilangkan tangannya dan diayunkan sampai membentuk lingkaran.
- Elang terbang, posisi kedua tangan yang membentang diayunkan ke atas dan ke bawah sebanyak dua kali.
Gerakan inti
- Tutur sabda, penari menyilangkan tangannya dan diarahkan ke kanan kemudian ditarik ke depan.
- Tabur bunga, tangan kiri berada di depan dada sementara tangan kanan bergerak seperti menaburkan bunga.
- Borobudur, tangan dikebarkan ke belakang diikuti dengan ukel ke depan kemudian posisi saling tumpeng taling.
- Tafakur, jari-jari penari akan membentuk lambang Tri Murti.
- Siguntang mahameru, tangan diarahkan ke samping badan kemudian digerakkan ke atas kepala dengan tangan kiri berada di depan dada.
- Ulur benang, tangan menyilang dan diayunkan seperti mengulur benang.
Gerakan penutup
- Tolak bala, gerakan penolakan bala.
- Mendengar, tangan kanan ngiting di atas telinga kanan sedangkan tangan kiri di depan dada.
- Sembah penutup, tangan menyilang dan melakukan gerakan ulur benang. Kemudian tangan kanan bergerak kebar, ukel dan diikuti oleh gerakan sembah.
Pola Lantai Tari Gending Sriwijaya
Pada Tari Gending Sriwijaya pola lantai yang digunakan adalah kombinasi antara pola lantai lurus yang kemudian berkembang menjadi pola lantai garis V. Ketika penari masuk untuk pertunjukan akan membentuk sebuah formasi garis lurus. Selanjutnya para penari bergerak membentuk pola lantai huruf V.
Properti Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya memiliki properti yang terbilang cukup sederhana. Adapaun properti yang digunakan dalam tarian ini yaitu:
- Tepak yang berisi kapur, sirih dan pinang.
- Payung kebesaran yang berfungsi untuk memayungi penari utama ketika ingin menghantarkan tepat yang diberikan kepada para tamu yang sudah hadir.
- Tombak yang berfungsi untuk mengawal para penari selama mereka menampilkan seni Tari Gending Sriwijaya sebagai penjagaan.
Musik Iringan Tari Gending Sriwijaya
Musik yang mengiringi Tari Gending Sriwijaya merupakan musik yang keluar dari hasil perpaduan antara alat musik gamelan. Musik gending itu dilengkapi dengan vokal di mana pada umumnya menggambarkan sebuah kegembiraan dan ucapan syukur atas kesejahteraan. Meskipun demikian, akhir-akhir ini Tari Gending Sriwijaya tidak lagi memakai alat musik secara langsung melainkan menggunakan tape recorder/rekaman dari musik yang telah ada.
Selain musik, diiringi pula dengan lagu Gending Sriwijaya. Lagu ini bermakna tentang kerinduan seseorang pada zaman Kerajaan Sriwijaya yang dahulunya pernah menjadi pusat pemerintahan agama Buddha di dunia.
Busana dan Tata Rias Tari Gending Sriwijaya
Secara umum, busana yang dikenakan oleh penari Tari Gending Sriwijaya adalah busana Aesan Gede. Namun hal itu dapat disesuaikan dengan tari yang akan ditampilkan. Perlengkapan yang ada pada busana Tari Gending Sriwijaya berupa selendang mantra yang dilingkarkan pada pinggang dan gelang paksangkok yang terbuat dari bahan baku emas atau kuningan.
Keunikan Tari Gending Sriwijaya
Setiap tari tradisional di Indonesia tentunya mempunyai keunikannya tersendiri. Begitupun dengan Tari Gending Sriwijaya. Adapun keunikan pada Tari Gending Sriwijaya yaitu:
- Terdapat jentikan tangan menggunakan ibu jari dan jari tengah.
- Ciri utama yang terletak pada lagu pengiring di mana merupakan lagu “Gending Sriwijaya” khas Palembang, Sumatera Selatan, yang merupakan ciptaan dari A. Dahlan dan Nungtjik A.R.
- Memiliki tim yang kompak dengan pola lantai dan jumlah penari sebanyak 9 orang.
Tari Gending Sriwijaya adalah salah satu dari banyaknya kesenian yang ada di Palembang. Tarian ini memang sangat erat dengan Kerajaan Sriwijaya yang kala itu menjadikan Palembang sebagai pusat kerajaannya. Oleh karena itu, tidak heran jika Tari Gending Sriwijaya saat itu memang sangat disakralkan dan hanya ditampilkan untuk penyambutan tamu agung saja.