Teori Ketimpangan Sosial yang Perlu Diketahui

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan kota besar sekarang sudah hampir dipenuhi dengan gedung-gedung pencakar langit yang sangat megah. Hal itu membuat kita berpikir bahwa negara ini mulai maju seiring dengan perkembangannya.

Namun, seringkali kita lupa bahwa masih ada beberapa daerah yang kurang dari adanya penerangan yang mumpuni atau bahkan yang sama sekali belum terjamah jaringan internet.

Ketimpangan sosial terjadi ketika suatu daerah belum bisa untuk menerapkan secara rata fasilitas dan kebijakannya mengenai pengembangan dari daerah tersebut.

Apabila ketimpangan tersebut tidak segera diatasi tentunya akan menimbulkan permasalahan yang besar hingga perpecahan. Adapun beberapa teori mengenai ketimpangan sosial ini yang perlu untuk kita pahami.

Menurut perkembangannya teori ketimpangan sosial ini dibagi menjadi dua, ketimpangan sosial klasik dan ketimpangan sosial modern.

Teori Ketimpangan Sosial Klasik

  • Teori Struktural Fungsional

Teori struktural fungsional memandang bahwa sebuah ketimpangan sosial merupakan hal yang sangat lumrah terjadi dan tidak dapat dihindari. Bahkan teori ini mengatakan bahwa ketimpangan sosial memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

Dengan adanya ketimpangan sosial masyarakat bisa hidup saling melengkapi satu dengan yang lainnya, sehingga bisa mewujudkan hidup yang seimbang dan teratur. Teori struktural fungsional ini mengatakan bahwa ketimpangan sosial yang terjadi bisa menciptakan suatu sistem yang bernama meritokrasi.

Sistem yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap seseorang tergantung dengan kualitas dan keahlian yang dimilikinya.

Contoh dari pemaparan teori ini adalah adanya dokter dan petani. Untuk menjadi seorang dokter tentunya membutuhkan keahlian dan pendidikan yang terbilang tinggi, namun apabila semuanya menjadi dokter tidak akan ada yang menjadi petani dan kebutuhan masyarakat pun tidak akan terpenuhi.

Namun, satu hal yang perlu ditekankan dari teori struktural fungsional ini adalah tidak mempertimbangkan adanya konflik-konflik yang berkemungkinan muncul atas ketimpangan yang terjadi.

  • Teori Konflik

Teori konflik dari ketimpangan sosial ini lebih fokus pada sisi ekonominya. Teori konflik ini mengatakan bahwa sebuah ketimpangan sosial dapat terjadi ketika masyarakat ataupun lingkungan lebih memihak pada kelompok atau pihak pihak yang lebih kuat.

Hal tersebut tentunya akan mengakibatkan timbulnya kepemimpinan kapitalisme yang merugikan pihak dan rakyat kecil. Kelompok kuat ini bisa dengan bebas melakukan eksploitasi tentunya terhadap rakyat kecil dan mengambil keuntungan yang sebesar besarnya dengan mempekerjakannya.

Menurut teori ini, ketimpangan sosial memiliki 3 dimensi. Dimensi tersebut adalah status, kekayaan dan kekuasaan. Pada dimensi kelas ketimpangan sosial yang terjadi lebih fokus ke bagaimana usaha atau upaya yang dilakukan oleh seorang individu untuk bisa mencapai kekayaan dan kebutuhannya.

Sementara itu, dimensi status lebih cenderung bertitik tumpu pada status yang dimiliki oleh satu individu dengan individu lainnya yang seringkali menimbulkan ketimpangan sosial.

Sedangkan untuk teori kekuasaan memiliki penjelasan yang hampir sama dengan teori konflik yakni ketika kelompok atau pihak kuat lebih mendominasi dari yang lainnya.

Teori Ketimpangan Sosial Modern

  • Teori Dualisme Sosial

Teori dualisme sosial ini beranggapan bahwa terjadinya ketimpangan antara negara barat yang dikenal sebagai negara maju dan negara berkembang ini disebabkan karena adanya perbedaan dari sisi tujuan ekonominya.

  • Teori Dependensi

Teori dependensi atau yang dikenal sebagai teori ketergantungan ini lebih menjelaskan mengenai hubungan ketergantungan yang terjadi antara negara berkembang dengan negara negara maju.

Ketergantungan ini menjadi salah satu penyebab bagi negara negara berkembang atau negara bekas jajahan mengalami kemunduran. Hal tersebut dikarenakan banyak dari negara maju yang menutup peluang bagi negara-negara berkembang untuk bisa mengekspor hasil pertaniannya.

Padahal di lain sisi negara berkembang pun sangat sulit untuk bisa membeli barang-barang industri yang disediakan oleh negara maju. Kondisi tersebut memicu adanya kesenjangan yang jauh antara negara berkembang dan negara maju, negara maju semakin maju sedangkan negara berkembang terus tertinggal.

fbWhatsappTwitterLinkedIn