Kesenjangan Digital: Pengertian – Penyebab dan Dampak

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pandemi yang melanda dunia pada tiga tahun terakhir, membuat penggunaan teknologi meningkat di masyarakat. Namun, fenomena ini menjadi masalah baru bagi negara-negara berkembang, seperti tidak meratanya sektor perekonomian, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, hingga ketimpangan terhadap kemajuan teknologi.

Pengertian

Digital divide atau kesenjangan digital adalah penggunaan dan akses yang tidak merata terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK) modern, seperti internet, smartphone, tablet, dan laptop. Kesenjangan ini menciptakan ketidaksetaraan dan perpecahan akses ke informasi dan sumber daya.

Konseptualisasi kesenjangan digital dapat digambarkan dengan beberapa hal:

  • Siapa yang menjadi subjek penghubung. Seperti individu, organisasi, perusahaan, rumah sakit, sekolah, negara, dan lainnya.
  • Karakteristik atau atribut apa yang mampu menggambarkan pembagian tersebut. Misalnya, pendidikan, pendapatan, lokasi geografis, usia, alasan atau motivasi, dan sebagainya.
  • Esensi penggunaannya. Semisal apakah hanya sekadar akses, pengambilan, interaktivitas, intensif dan ekstensif dalam penggunaan, kontribusi inovatif, dan lain-lain.
  • Media apa yang menjadi perantara atau penghubung. Contohnya, telepon seluler, internet, TV Digital, broadband, dan lainnya.

Definisi kesenjangan digital juga banyak ditekankan pada konsep terkait inklusi digital, partisipasi digital, keterampilan digital, aksesibilitas digital, dan literasi media.

Sementara sifat dari kesenjangan digital diukur berdasarkan jumlah langganan dan perangkat digital yang ada. Semakin banyak perangkat yang tersedia, semakin sempit pula kesenjangan yang terjadi antar individu.

Sejarah Kesenjangan Digital

  • Awal Mula Kemunculan Digital Divide

Pada 1996, ketika perusahaan telekomunikasi bergabung dengan perusahaan internet, Federal Communication Commission (FCC) mengadopsi UU Layanan Telekomunikasi tahun 1996 untuk mempertimbangkan strategi pengaturan dan kebijakan perpajakan guna menutup kesenjangan digital di AS.

Fokus utama dari undang-undang tersebut adalah menentang peraturan perusahaan TIK, sehingga mereka diharuskan melayani individu dan masyarakat dengan baik dan sungguh-sungguh. Pada 1999, WTO menyelenggarakan pertemuan bertajuk “Solusi Finansial untuk Kesenjangan Digital” di Seattle, AS sebagai upaya meredakan kekuatan anti-globalisasi, bersama Craig Warren Smith dari Digital Divide Institute dan Bill Gates Sr., ketua Bill and Melinda Gates Foundation.

Upaya tersebut menjadi katalis penggerak global skala penuh untuk menutup fenomena kesenjangan digital, yang dengan cepat menyebar ke semua sektor ekonomi global. Pada 2000, Presiden Bill Clinton menyebutkan istilah digital divide dalam State of Union Address.

  • Selama Pandemi Covid-19

Pada awal pandemi covid-19, pemerintah di seluruh dunia mengeluarkan kebijakan pembatasan gerak dan ruang bagi masyarakatnya. Hal ini tentu saja mengganggu jalannya sistem pemerintahan, pendidikan, layanan publik, dan operasi bisnis. Hampir seluruh populasi dunia mencari metode alternatif untuk tetap bisa menjalani hidup mereka meski dalam keadaan terisolasi.

Hampir 90% kegiatan dilakukan secara daring. Ruang virtual menjadi alternatif pertama dan utama kala itu, seperti telemedicine, pembelajaran ruang kelas virtual, work from home, dan segala interaksi sosial berbasis teknologi lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya membutuhkan akses internet berkecepatan tinggi atau broadband serta perangkat teknologi digital.

Meski pun demikian, menurut The Pew Research Center, sebanyak 59% anak dari keluarga berpenghasilan rendah mengalami hambatan digital dalam menyelesaikan tugas. Kendala tersebut seperti kewajiban penggunaan ponsel atau komputer, dan penggunaan WiFi publik karena tidak adanya akses internet di rumah

Hambatan-hambatan ini memengaruhi lebih dari 30% siswa yang hidup di bawah ambang kemiskinan. Ketidaksiapan terhadap penggunaan teknologi juga terjadi pada 50% siswa dari kelas daring di seluruh dunia. Selain itu, digital divide juga terjadi pada lansia selama pandemi karena penyedia layanan kesehatan banyak yang beralih ke pengobatan jarak jauh, bahkan untuk perawatan kondisi kesahatan kronis dan akut.

Faktor Penyebab Kesenjangan Digital

Meski akses ke perangkat teknologi dan internet terus tumbuh dan berkembang, kesenjangan digital akan bertahan jika hal-hal berikut ini masih ada, di antaranya:

  • Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah investasi paling signifikan dalam mengatasi kesenjangan digital. Karena orang-orang dengan tingkat literasi yang rendah lebih cenderung memperlebar jarak dan ketimpangan pada kesenjangan digital.

Sementara orang-orang dengan tingkat pendidikan tinggi dianggap memiliki tingkat literasi dan kemampuan 10 kali lebih baik dalam memanfaatkan potensi penuh teknologi dan internet dalam kehidupan sehari-hari mereka, dibandingkan dengan individu dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atau lebih rendah.

  • Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan memainkan peran penting dalam memperbesar kesenjangan digital. Menurut laporan Pew Research Center tahun 2021, orang AS yang berpenghasilan $100.000/tahun atau lebih kemungkinan memiliki kesempatan 20 kali lebih besar untuk memiliki beberapa perangkat digital dan layanan internet di rumah, dibandingkan dengan orang yang berpenghasilan kurang dari $30.000/tahun.

Masih dalam penelitian yang sama, sebanyak 13% rumah tangga dengan pendapatan rendah tidak memiliki akses internet atau perangkat digital di rumah mereka dibandingkan dengan 1% rumah tangga lainnya yang memiliki pendapatan tinggi. Hal ini karena rumah tangga berpenghasilan rendah lebih banyak mengalokasikan penghasilan mereka untuk kebutuhan pokok dibandingkan perangkat teknologi.

  • Keterampilan & Literasi Digital

Kesenjangan digital juga merupakan bagian dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana memanfaatkan alat informasi dan komunikasi begitu mereka berada dalam suatu komunitas.

Dengan demikian, dibutuhkan seorang profesional yang memiliki kemampuan dalam menjembatani kesenjangan dengan menyediakan referensi dan layanan informasi guna mengedukasi individu dalam pemanfaatan teknologi, terlepas dari status ekonomi mereka.

Sebagai contoh, di negara-negara maju, para siswa memiliki akses langsung terhadap perangkat teknologi dan informasi di sekolah sehingga mereka memiliki keterampilan digital yang diperlukan. Sedangkan di negara-negara berkembang, kurangnya akses fisik ke teknologi memperlebar jurang.

  • Lokasi Geografis

Negara-negara maju dengan tingkat perekonomian yang baik cenderung memiliki akses ke berbagai macam teknologi dan koneksi broadband berkecepatan tinggi, dibandingkan dengan negara-negara yang kurang berkembang secara ekonomi di mana mereka tidak memiliki teknologi dan infrastruktur yang diperlukan guna mengatur koneksi internet berkecepatan tinggi.

Selain itu, pembatasan geografis dalam negeri juga memperlebar kesenjangan digital dari setiap wilayahnya. Daerah perkotaan, meski pun tidak semuanya, cenderung memiliki akses internet atau serat optik daripada daerah-daerah di pedesaan atau pegunungan.

  • Usia

Rata-rata tertinggi pengguna perangkat digital lebih banyak didominasi oleh mereka yang berusia 50-an. Sementara mereka yang berusia 60 tahun ke atas terlalu banyak mengalami hambatan yang menyebabkan kurangnya akses mereka ke teknologi.

Faktor-faktor yang menjadi keterlambatan mereka menggunakan media digital antara lain khawatir akan keamanan, motivasi diri, penurunan memori atau orientasi spasial, biaya, dan kurangnya dukungan.

Bagi mereka yang lebih tua, alasan ras, kecacatan, jenis kelamin, dan orientasi seksual adalah berbagai alasan penghambat utama mereka.

  • Motivasi dan Minat

Terdapat sebagian individu atau kelompok tertentu dari populasi global yang memiliki pendapatan cukup tinggi, pendidikan, dan literasi digital namun tidak memiliki ketertarikan untuk belajar tentang penggunaan perangkat digital maupun teknologi informasi dan komunikasi.

Beberapa dari mereka melihat itu sebagai sebuah kemewahan. Sementara sebagian lain menganggapnya sebagai suatu hal yang terlalu rumit untuk dipahami. Salah satu faktor yang memengaruhi seseorang menganggap demikian adalah karena melihat teknologi bukan hal penting dan tidak terlalu dibutuhkan dalam kehidupan mereka.

Dampak dari Kesenjangan Digital

Kesenjangan digital akan menciptakan kesenjangan-kesenjangan lain di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Meliputi kesenjangan ekonomi, pendidikan, dan demografis.

  • Kesenjangan Ekonomi

Adanya layanan telekomunikasi, secara tidak langsung akan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat atau tempat di seluruh dunia.

Penggunaan internet secara luas juga memungkinkan negara lebih produktif secara ekonomi. Transaksi tanpa kertas merupakan salah satu pendekatan paling mudah dan nyaman dalam menciptakan pemberdayaan ekonomi.

Sebagai contoh, negara-negara di Eropa seperti Swiss, Inggris, dan Swedia yang memiliki koneksi digital antar komunitas yang mudah dan cepat, memungkinkan populasi mereka memperoleh kemudahan ekonomi atau pendapatan jauh lebih besar melalui bisnis digital.

Sementara di negara-negara miskin kurangnya anggaran untuk menjembatani kesenjangan digital menambah keterpurukan dan keterbelakangan mereka baik secara ekonomi maupun aspek-aspek lain di negara mereka.

  • Kesenjangan Pendidikan

Kesenjangan digital di suatu negara akan memengaruhi kemampuan anak-anak dalam belajar dan berkembang, terutama sekolah-sekolah di distrik yang berpenghasilan rendah. Tanpa adanya akses internet, siswa tidak akan mampu menumbuhkan keterampilan teknologi guna memahami ekonomi dinamis saat ini.

  • Kesenjangan Demografis

Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 telah banyak mengubah tatanan hidup manusia dan dunia. Tidak hanya mengubah cara manusia menjalani hidup, namun juga mengubah cara manusia di seluruh dunia menggunakan teknologi. Keterbatasan akses dan ruang selama pandemi mendorong sebagian besar orang di seluruh dunia berinteraksi satu sama lain secara virtual.

Namun demikian, sebagian lainnya sulit untuk menerima perubahan ini, karena kemungkinan tidak siap untuk mengelola perubahan. Di sini terlihat bahwa kesenjangan digital adalah salah satu cara krisis dapat berdampak secara proporsional pada kelompok tersebut (kelompok yang sulit menerima).

Kesenjangan digital juga telah berkontribusi dalam segregasi individu dalam masyarakat, termasuk etnis, ras, dan jenis kelamin. Teknologi menciptakan keberpihakan baru antara individu dengan akses ke internet, serta mereka yang tidak memiliki akses tersebut. Mereka yang memeiliki keterbatasan akses akan terus mengalami ketertinggalan yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan diri mereka.

Hubungan antara Kesenjangan Digital & Kesenjangan Pendidikan

Dalam bukunya yang berjudul Komputer dan Masyarakat, I Putu Agus Eka Pratama, ST. nMT menyatakan bahwa knowledge divide atau kesenjangan pengetahuan adalah bentuk kesenjangan dalam memperoleh berbagai pengetahuan.

Kesenjangan ini terjadi antara mereka yang dapat dengan mudah memperoleh akses informasi, mengelola informasi, memperoleh manfaat dari informasi tersebut, serta kemudahan dalam membagikan informasi tersebut, dengan mereka yang mengalami kondisi berlawanan dengan orang pertama.

Terdapat 6 faktor penyebab terjadinya knowledge divide, di antaranya:

  • Kebiasaan dan pola pikir masyarakat
  • Peraturan atau kebijakan pemerintah setempat
  • Tingkat kesejahteraan dan biaya hidup masyarakat
  • Minat masyarakat terhadap baca tulis dan berbagi pengetahuan rendah
  • Akses internet yang tidak merata
  • Infrastruktur dan pembangunan yang tidak merata

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa, digital divide berkaitan erat dengan knowledge divide. Namun, sebelum itu fenomena digital divide terlebih dahulu menyebabkan timbulnya digital inequality, yaitu kondisi di mana individu atau masyarakat mengalami gagap teknologi sehingga tidak mampu menggunakan TIK dengan baik dalam kesehariannya.

Dari kondisi inilah timbul fenomena knowledge divide. Knowledge divide merupakan akibat dari serangkaian fenomena kesenjangan digital (digital divide) yang dibarengi dengan digital inequality. Sehingga, apabila dilakukan upaya penanganan dan penghapusan terhadap digital divide, maka permasalahan mengenai digital inequality dan knowledge divide juga turut terhapuskan.

Upaya Penanganan Kesenjangan Digital

Berbagai upaya akan terus dilakukan guna mengurangi atau bahkan menghilangkan fenomena kesenjangan digital di suatu masyarakat, dengan menerapkan beberapa cara sebagai berikut:

  • Membangun dan melakukan pengembangan pada perpustakaan. Seperti pembuatan perpustakaan online dan membentuk sebuah keanggotaan perpustakaan, di mana masyarakat bisa membaca buku secara online.
  • Sosialisasi baca tulis dan Digitalisasi ke masyarakat pedesaan dan pelosok yang sekiranya belum memiliki akses internet. Dilakukan dengan membiasakan mereka membaca berita-berita terkini melalui website/internet/email.
  • Internet.org oleh Facebook, merupakan proyek dari Facebook untuk mengakses materi, baik pendidikan, kesehatan, informasi lokal, dan peluang kerja, di internet secara gratis.
  • Satu Laptop Satu Anak, diperkenalkan di Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada 2005. bertujuan untuk mendanai setiap siswa sekolah negeri kelas 1-6, yaitu laptop dengan operasi OS berbasis Linux.
  • Perbaikan dan Penambahan Infrastruktur oleh Pemerintah di pedesaan, pelosok dan daerah perbatasan. Infrastruktur tersebut haruslah lengkap, mudah, terjangkau, dan memadai, sehingga kesenjangan digital bisa terhapuskan.
fbWhatsappTwitterLinkedIn