Daftar isi
Prestasi merupakan sesuatu hal yang ingin dicapai oleh siapapun. Prestasi tersebut ada yang berguna untuk diri sendiri, bagi lingkungan, bangsa, atau bahkan sampai tingkat dunia. Prestasi tersebut bisa diraih oleh siapapun dengan kondisi apapun tanpa pandang bulu sekalipun orang itu merupakan penyandang disabilitas.
Disabilitas sendiri merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana orang tersebut mengalami keterbatasan baik fisik, mental, intelektual, serta sensorik yang dapat menghambatnya beraktivitas dan bersosialisasi dalam jangka waktu yang lama. Namun ternyata di dunia ini terdapat beberapa tokoh yang memiliki prestasi luar biasa meski memiliki keterbatasan seperti berikut ini.
Nama Thomas Alva Edison tentunya sudah tak asing lagi bagi masyarakat dunia. Ilmuwan yang memiliki lebih dari seribu hak paten ini telah menciptakan berbagai alat yang bahkan mengubah dunia. Ia adalah penemu dari telegram otomatis, lampu pijar, cap lamp, kinetoskop, kamera film dan masih banyak lagi.
Siapa sangka penemu sekaligus pengusaha asal Milan, Ohio ini merupakan penyandang disabilitas. Edison memiliki masalah dalam pendengarannya sejak usianya 12 tahun. Ia tidak menjelaskan secara detail bagaimana ia kehilangan pendengerannya.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa Edison mengalami hal tersebut karena kecelakan dalam eksperimen bersama dengan ayahnya yakni Charless. Namun sebelum kecelakaan tersebut, Charless juga sudah menderita gangguan pendengaran sehingga disabilitas yang dialami Edison mungkin saja merupakan warisan dari ayahnya.
Tak hanya itu Edison juga ternyata merupakan disleksia yakni gangguan dalam proses belajar. Oleh sebab itu dirinya hanya pergi ke sekolah selama beberapa bulan saja di sekolah dasar karena guru-guru menganggapnya anak yang lamban. Sejak saat itu ibunya terus mengajari Edison hingga menjadi penemu paling sukses.
Jika seseorang bertanya “siapa orang dengan paling cerdas di dunia?” mungkin kamu akan menjawab Albert Einstein. Hal itu tidak mengherankan karena Einstein hingga saat ini masih menjadi role model dalam tingkat kejeniusan seseorang. Ilmuwan kelahiran 18 Maret 1879 ini adalah peraih nobel fisika dan dijuluki sebagai Bapak Relativitas setelah menemukan Teori Relativitas.
Faktanya Albert Einstein kecil jauh dari kata jenius bahkan dianggap bodoh. Dirinya tidak bisa berbicara sampai dengan usia 7 tahun dan selalu kesulitan dalam memecahkan masalah matematika dan bidang akademis lainnya. Hal ini semata-mata dikarenakan ia adalah penyandang disleksia.
Lalu bagaimana Einstein merubah dirinya sebagai seorang yang jenisa? Ternyata hal itu berkat kemampuan dirinya dalam memecahkan soal-soal akademisnya. Ketika ia tidak bisa menyelesaikan soal tersebut ia akan duduk dan melakukan hal yang disukai yaitu bermain biola atau piano. Setelah diteliti ternyata kegiatan tersebut dapat merangsang perkembangan sel-sel otak.
Stephen Hawking merupakan sosok astrofisikawan, kosmologi, pengarang sekaligus Direktur Penelitian Centre for Theoretical Cosmology di Universitas Cambridge. Segudang prestasi-prestasinya tersebut ia raih dalam keadaan dirinya menyandang Amyotrophic Lateral Sclerosis atau ALS sehingga membatasi ruang geraknya. Penyakitnya ini ia dapatkan ketika usianya menginjak 21 tahun.
Kemalangannya tersebut tidak menghentikan semangatnya untuk terus berkarya. Ia mengembangkan teknologi sehingga dapat mengoperasikan komputernya dengan menggunakan kedipan mata dan gerakan pipinya. Dengan alat bantunya tersebut ia tetap dapat menulis bahkan berkomunikasi.
Ralph Braun ialah seorang tokoh yang mendirikan Braun Cooperation yakni sebuah perusahaan yang menyediakan mobil van khusus untuk para penyandang disabilitas terutama pengguna kursi roda. Oleh sebab itu lah dirinya dinobatkan sebagai “Father of the Mobility Movement”. Ia terlahir dengan kondisi yang normal namun ketika berusia 6 tahun dokter mendiagnosisnya terkena distrofi otot. Hal tersebut membuat otot-ototnya menjadi lemah dan sulit untuk digerakkan.
Karena keadaannya itu lah yang mengharuskannya putus kuliah di tahun pertama. Kendati demikian ia terus berusaha menciptakan alat bantu yang dapat memudahkannya bergerak.
Ia adalah seorang ilmuwan matematika dan ekonomi asal Virginia, Amerika Serikat. Pada saat usianya menginjak 29 tahun dokter mendiagnosisnya skizofrenia paranoid. Namun dari sakitnya ini ia justru melakukan eksperimen terhadap studi otak penderita skizofrenia.
Ia bahkan menerima penghargaan nobel bidang ekonomi pada tahun 1994 dan penghargaan Abel pada tahun 2015. Teori-teori yang ditemukan pun tidak hanya diaplikasikan pada bidang matematika dan ekonomi saja melainkan pada bidang komputer, biologi, akuntansi, hingga politik. Kisah Nash kemudian didokumentasikan dalam film yang berjudul “Beautiful Mind”.
Temple Grandin merupakan seorang tokoh ahli perilaku binatang yang lahir pada tahun 1947 di Boston. Grandin mengetahui bahwa dirinya merupakan seorang penderita autisme ketika usianya 3 tahun. Meskipun demikian ia justru tumbuh dengan penuh kecerdasan berkat dorongan dari orangtuanya. Alih-aluh memasukkannya ke sebuah institusi, orang tuanya memasukkannya ke dalam sekolah swasta.
Grandin pun dapat menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan baik. Ia bahkan menjadi konsultan peternakan. Ia memilih jalan untuk menjadi ahli perilaku binatang karena menyadari bahwa gejala autisme yakni takut akan sentuhan dan suara juga dialami oleh binatang.
Grandin memiliki beberapa buku yang berhasil diterbitkan diantaranya adalah Labeled Autistic (1986), Thinking in Pictures, and Other Reports from My Life with Autism (1995), The Autistic Brain: Thinking Across the Spectrum (2013), dan Calling All Minds: How to Think and Create Like an Inventor (2018).
Edwin Krebs merupakan ahli biokimia yang berhasil mendapatkan penghargaan nobel fisiologi pada tahun 1992. Sebelumnya, Krebs juga mendapatkan penghargaan Louisa Gross Horwitz pada tahun 1989 dan penghargaan Welch di bidang Kimia di tahun 1991.
Salah satu penemuannya yang paling fenomenal adalah teori tentang aktivitas seluler dalam tubuh manusia dan menjelaskan lebih luas mengenai hormon, rentang kehidupan sel, dan bahkan bagaimana tubuh bisa menolak organ yang ditransplantasikan.
Ilmuwan kelahiran 6 Juni 1918 Lansing, Iowa, Amerika Serikat ini ternyata memiliki gangguan pendengaran.
Leonardo da Vinci lebih dikenal sebagai seorang pelukis yang tersohor lewat karyanya dengan judul “Mona Lisa”. Sebenarnya pemilik nama asli Leonardo di ser Piero da Vinci ini juga merupakan seorang filsuf, ilmuwan, penemu, astronom, penulis dan juga arsitek.
Penemuan-penemuan dan pemikirannya menginspirasi banyak orang hingga beratus-ratus tahun lamanya. Namun dibalik kecerdasan yang davinci miliki ternyata ia adalah seorang pengidap disleksia. Keterbatasannya ini diketahui melalui desain atau sketsa davinci serta tulisan tangannya dikomposisikan secara terbalik.
Geerat J. Vermeij adalah seorang paleontologi berkebangsaan Belanda yang lahir pada 28 September 1946. Vermeij lahir dengan membawa gangguan pada matanya yakni glaukoma yang menyebabkan pandangannya kabur atau tidak jelas. Menginjak usia ke 3 tahun kondisi matanya semakin memburuk hingga dinyatakan buta total.
Keterbatasannya ini tidak menghalangi studi pria yang kerap dipanggil Gary ini. Ia mempelajari segalanya dengan menggunakan indera lainnya seperti sentuhan. Justru melalui sentuhan Vermeij ini banyak detail-detail artefak dan fosil yang tidak ditemukan oleh paleontologi pada umumnya. Ia pun memenangkan beberapa penghargaan seperti Daniel Giraud Elliot Medal (2000) dan Paleontological Society Medal (2006).
Nama aslinya adalah Richard Erskine Frere Leakey FRS adalah seorang paleoantropologi yang lahir di Kenya pada 19 Desember 1944. Ia sebenarnya terlahir normal tanpa kekurangan apapun secara fisik. Namun pada tahun 1993 ia mengalami sebuah kecelakaan pesawat yang dikemudikan oleh dirinya sendiri.
Akibat kecelakaan ini lah Leakey harus merelakan kedua kakinya untuk diamputasi. Selama masa pemulihannya tersebut Leakey menulis sebuah buku yang ia beri judul Wildlife Wars: My Fight to Save Africa’s Natural Treasures yang terbit tahun 2001. Sejak tahun 2002, Leakey pindah ke AS karena dirinya dipercaya untuk menjadi profesor Antropologi di Stony Brook University, New York. Ia juga mendirikan WildlifeDirect sebagai bentuk dukungan kepada para konservasionis.
Farida Bedwei lahir di Lagos, Nigeria pada tahun 1979 dan terkena cerebral palsy atau lumpuh otak sejak usianya baru menginjak satu tahun. Kondisi tersebut membuat Farida memiliki kelainan kongenital pada gerakan, otot, dan postur. Kondisinya ini tidak membuat ia patah semangat dalam belajar.
Berkat kegigihannya tersebut ia berhasil menjadi seorang insinyur paling berpengaruh di Afrika Selatan khususnya bidang teknologi keuangan. Ia mendirikan platform Cloud sehingga orang-orang yang tidak memiliki rekening bank tetap dapat menikmati inklusi keuangan. .
Memiliki nama lengkap Vincent Willem van Gogh adalah seorang pelukis pasca-impresionis Belanda yang paling tersohor. Namanya dikenal melalui ratusan karya seni yang luar biasa bahkan gaya dan alirannya tru memberikan pengaruh pada seni di dunia Barat. Ia lahir pada 30 Maret 1853 di Zundert dan wafat di Auvers-sur-Oise, Perancis pada 29 Juli 1890.
Vincent van Gogh ketika dewasa didiagnosa dokter mengidap depresi manik tepatnya pada tanggal 23 Desember 1888. Peristiwa yang paling melekat terkait dirinya adalah ketia van Gogh memotong sebagian atau mungkin seluruh telinganya. Oleh karena itulah van Gogh pergi ke Rumah Sakit Jiwa Saint-Rémy-de-Provence, Perancis.
Di waktu perawatannya tersebut van Gogh tetap menciptakan karya-karya lukisan setidaknya ada lebih dari 130 buah. Sayangnya van Gogh tidak sepenuhnya sembuh dan mengakhiri hidupnya dengan cara menembak dirinya.