Sosiologi

8 Tokoh Sosiologi Hukum di Indonesia

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sosiologi hukum merupakan ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan masyarakat. Ada yang menganggap bahwa sosiologi merupakan turunan dari bidang sosiologi namun ada pula yang menganggap sosiologi hukum sebagai wilayah penelitian antara ilmu hukum dan sosiologi.

Sosiologi hukum biasanya digunakan untuk menerapkan hukum dan keadilan sebagai institusi fundamental dalam struktur masyarakat. Sosiologi hukum mencakup berbagai pendekatan guna mempelajari hukum yang ada di masyarakat secara empiris dan mengartikulasikan interaksi antara hukum, lembaga hukum dan lembaga non hukum serta faktor sosial.

Objek penelitian pada sosiologi hukum adalah sejarah pergerakan hukum dan keadilan maupun struktur yang ada. Banyak sekali tokoh terkenal yang serius menekuni bidang sosiologi hukum. Seperti Emile Durkheim dan Max Weber yang membuat tulisan berkaitan dengan hubungan antara hukum dan masyarakat dalam pandangan sosiologi.

Begitupun dengan di Indonesia, banyak tokoh yang fokus di bidang sosiologi hukum. Berikut ini sejumlah Tokoh sosiologi hukum di Indonesia.

1. Selo Soemardjan

Selo Soemardjan merupakan bapak sosiologi Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 23 Mei 1915 di Yogyakarta. Ia pernah menempuh pendidikan menengah atas di bidang birokrat pada masa pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal dengan nama Mosvia.

Kemudian setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya di bidang sosiologi di Universitas Cornell di Amerika Serikat. Ia mendapatkan beasiswa langsung dari pemerintah Amerika untuk belajar di universitas tersebut.

Karirnya di bidang sosiologi dimulai dengan menjadi seorang dosen di Universitas Indonesia. Kemudian ia mendapatkan gelar ilmuwan utama sosiologi dari pemerintah Indonesia pada tahun 1994.

Pengaruh sosiologi Amerika yang parsonian saat itu, dibawanya ke dalam hasil riset yang berjudul “Perubahan Status sosial di Yogyakarta.” Berkat adopsi dari teori parsonian dalam risetnya ia dapat membantu pemerintah dalam agenda pembangunan.

Perspektif fungsionalisme struktural dalam melihat perubahan sosial masih mendominasi sosiologi ketika disiplin ilmu ini masuk ke Indonesia. Selo soemardjan kemudian banyak melakukan riset mengenai perubahan sosial, integrasi sosial, dan sistem pemerintahan Indonesia.

2. Soerjono Soekamto

Soerjono Soekamto merupakan tokoh sosiologi hukum. Ia lahir pada tanggal 30 Januari 1942. Ia merupakan lulusan sarjana hukum. Kemudian dia melanjutkan pendidikan masternya di bidang sosiologi di Universitas California, Berkeley, Amerika. Kemudian ia melanjutkan pendudukan doktoralnya di Fakultas Hukum di Universitas Indonesia.

Karirnya dimulai menjadi seorang pengajar dan mendapatkan gelar guru besar sosiologi hukum di Universitas Indonesia pada tahun 1983. Salah satu kontribusinya bagi perkembangan sosiologi di Indonesia adalah mengenalkan sosiologi hukum sebagai sebuah sub disiplin sosiologi.

Ia pernah menulis sebuah buku yang berjudul “Sosiologi Suatu Pengantar.” Buku tersebut kemudian menjadi rujukan utama bagi mata kuliah pengantar sosiologi di universitas yang ada di Indonesia. Selain itu, ia pun kerap menulis berbagai masalah-masalah hukum dengan pendekatan sosiologis.

3. Arif Budiman

Arif Budiman adalah seorang sosiolog yang lahir pada tanggal 3 Januari 1941 di Jakarta. Ia merupakan kakak kandung dari Soe Hoek Gie dan seorang aktivis demonstran angkatan 66. Ia pernah menempuh pendidikan di College d’Europe, Belgia dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Selain itu, ia juga menempuh gelar doktornya di bidang sosiologi di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Gelar guru besarnya di bidang sosiologi didapat dari Universitas Melbourne, Australia, tempat mengajarnya dulu.

Arief merupakan sosok yang multitalenta sehingga karirnya tidak hanya sebatas pada bidang sosiologi. Ia juga aktif terlibat di bidang politik, jurnalistik dan seni. Ia menggambarkan dirinya sebagai orang kiri yang menolak adanya paradigma modernisasi dan pembangunanisme.

Di bidang sosiologi, ia terkenal dengan gagasannya mengenai teori ketergantungan. Studinya mengenai pengalaman negara Amerika Latin, Chile yang beralih dari demokrasi ke sosialisme berisi analisis khas intelektual kiri.

Di bidang politik, ia dikenal sebagai sosok yang kerap memberikan kritik kepada pemerintah. Salah satu yang gencar dikritiknya adalah mengenai praktik politik dari masa orde lama hingga setelah reformasi.

4. George Junus Aditjondro

George Junus Aditjondro merupakan seorang sosiolog Indonesia yang lahir pada tanggal 27 Mei 1946. Selain dikenal sebagai seorang sosiolog, ia juga terkenal sebagai seorang aktivis dan kritikus penguasa terutama masa orde baru.

Gelar masternya diperoleh di Universitas Cornell, Amerika Serikat pada tahun 1991. Dua tahun kemudian, ia mendapatkan gelar doktoralnya di universitas yang sama.

Sebelum menjadi seorang akademisi, karirnya dimulai dengan menjadi seorang jurnalis. Ia pernah menjadi jurnalis Tempo pada tahun 1970-an. Adapun kontribusinya pada sosiologi adalah penelitiannya mengenai perilaku korup para penguasa negara.

Salah satu yang menjadi sasaran kritik pedasnya adalah politik masa orde baru dan presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena saat itu dianggap korup. Saat masa presiden Soeharto, ia pernah dicekal dan memilih keluar dari Indonesia.

Ia kemudian melanjutkan karirnya di Universitas Newcastle, Australia sebagai seorang pengajar sosiologi. Saat kembali ke Indonesia, ia pernah mengajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Adapun salah satu buku yang ditulisnya dan paling kontroversial adalah Membongkar Gurita Cikeas: Dibalik Skandal Bank Century. Di mana buku ini diterbitkan saat masa pemerintahan SBY. Meskipun buku ini sudah diterbitkan namun di pasaran banyak yang hilang.

5. Manasse Malo

Manasse Malo adalah seorang sosiolog dan politikus yang lahir pada tanggal 2 Mei 1941 di Waingapu, Nusa Tenggara Timur. Ia pernah mengenyam pendidikan sarjana di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.

Sedangkan gelar master dan doktoral di bidang sosiologi didapatkan dari Universitas Wincoson, Amerika Serikat. Karirnya dimulai menjadi seorang sosiolog di Universitas Indonesia. Pada tahun 1999, ia pernah menjabat sebagai anggota DPR RI.

Namanya sudah tidak asing lagi di kalangan aktivis politik. Sebab, ia sudah menjadi aktivis sejak mahasiswa bahkan menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia. Adapun kontribusinya di bidang sosiologi adalah mengenai kebijakan desentralisasi di Indonesia.

Sejak orde baru, ia banyak diundang menjadi pembicara dengan tema politik desentralisasi. Setelah reformasi, kesempatan itu menjadi momentum bagi Manasse untuk mempraktikkan gagasannya tidak hanya di bidang akademik saja melainkan saat menjadi anggota parlemen.

6. Nasikun

Nasikun merupakan seorang politikus yang masa setelah reformasi. Manasse Sumba merupakan wilayah yang diperjuangkannya untuk menjadi provinsi baru. Ia lahir pada tanggal 28 Oktober 1941 di Cilacap. Ia adalah seorang guru besar sosiologi di Universitas Gajah Mada.

Ia mendapat gelar doktoralnya di Michigan State University, Amerika Serikat. Karirnya di bidang sosiologi dimulai menjadi seorang staff pengajar di Jurusan Sosiologi Universitas Gajah Mada pada tahun 1967. Selain itu, ia juga aktif terlibat pada berbagai organisasi yang berkomitmen pada pengembangan ilmu-ilmu sosial di Indonesia.

Ia pernah menjadi bagian dari anggota Himpunan Ilmuwan dan Peminat Ilmu-ilmu Sosial dan Ikatan Sosiologi Indonesia. Banyak sekali karya yang telah dihasilkannya salahnya yang berjudul Sistem Sosial Indonesia. Ia mengkaji struktur serta sistem sosial di Indonesia dengan pendekatan fungsionalisme dan konflik.

Dari hasil analisisnya tersebut ia berhasil mengungkap proses integrasi dan disintegrasi masyarakat Indonesia modern yang majemuk. Ia mengatakan bahwa setelah reformasi, kapitalis dan Neo liberalisme diikuti oleh fundalisme etnik dan agama akan menjadi tantangan bagi solidaritas bangsa Indonesia yang majemuk. Maka dari itu, ia dikenal sebagai tokoh sosiologi Indonesia mengenai integrasi sosial pada masyarakat majemuk.

7. Mochtar Naim

Mochtar Naim adalah tokoh sosiolog dan antropologi yang lahir pada tanggal 25 Desember 1932 di Jambi. Selain itu, ia juga dikenali sebagai seorang ahli kebudayaan Minangkabau. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di tiga universitas sekaligus yakni Universitas Gajah Mada, Universitas Islam Indonesia dan PTAIN.

Sementara itu, gelar masternya didapatkan dari Universitas McGill, Kanada dan gelar doktoralnya didapatkan dari Universitas Singapura. Karirnya dimulai menjadi seorang staf pengajar d Universitas Andalas kemudian Universitas Hasanudin, Makasar.

Salah satu penelitian yang membuat namanya terkenal adalah mengenai pola migrasi masyarakat Minangkabau. Dari sinilah namanya mulai dikenal sebagai sosiolog dan ahli kebudayaan Minang yang mumpuni.

Pada penelitiannya itu yang meneliti kebiasaan orang-orang Minang yang merantau dan menelurkan teori kebudayaan yang dinamakan dengan Minang-kiau, kebiasaan merantau orang Minang untuk berdagang. Pola merantau ini memiliki kemiripan dengan pola merantau orang China. Ia mengkategorikan budaya Minangkabau sebagai budaya yang memiliki ciri sentrifugal.

8. Mely Giok Tan

Mely Giok Tan adalah sosiolog generasi awal yang lahir pada tanggal 11 Juni 1930. Selain menjadi seorang sosiolog ia dikenal sebagai sinilog, ahli masalah China. Ia mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Sementara itu, gelar masternya didapatkan di Universitas Cornell, Amerika Serikat. Pada tahun 1968, ia mendapatkan gelar doktoralnya di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat.Pada tahun 1975-1979, ia pernah menjabat sebagai sekretaris umum Himpunan Indonesia untuk pengembangan ilmu-ilmu sosial.

Sebagai seorang ahli masalah China, ia juga banyak melakukan kajian mengenai komunitas cina di berbagai negara termasuk Indonesia. Selain itu, ia juga banyak melakukan kritik pada media yang kerap mendiskreditkan peran perempuan dalam masyarakat dan melihat perempuan sebagai objek seksual semata.