Sejarah

Zaman Pra Aksara: Pengertian – Ciri dan Pembagiannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Beribu-ribu tahun yang lalu, sebelum adanya kerajaan Majapahit dan kerajaan-kerajaan lainnya, manusia pernah mengalami hidup tanpa mengenal tulisan.

Manusia-manusia ini disebut manusia purba di zaman pra Aksara.

Mereka bertahan hidup ketika itu meski tanpa ilmu mengenai kata-kata berupa menulis maupun berbicara.

Bagaimana kondisi mereka dan bagaimana mereka dapat bertahan hidup? Berikut ini merupakan pembahasan mengenai zaman pra Aksara tersebut.

Pengertian Zaman Pra Aksara

Zaman Praaksara merupakan masa-masa dimana kehidupan di bumi masih belum mengenal adanya tulisan.

Zaman ini disebut juga sebagai zaman Non-Eka atau Nirleka yang berarti tidak ada tulisan.

Zaman Prasejarah pada dasarnya digantikan oleh kata-kata Pra Aksara.

Karena sejatinya meski belum mengenal tulisan, di masa itu mereka sudah memiliki sejarah kehidupan di bumi.

Tidak diketahui kapan terjadinya Zaman Pra Aksara.

Namun peneliti menemukan bahwa di zaman tersebut terdapat 2 masa.

Satu masa dimana kehidupan binatang raksasa berkurang dan tergantikan oleh binatang normal seperti masa kini.

Lalu masa dimana kehidupan manusia zaman purba mulai muncul.

Ciri-ciri Zaman Pra Aksara

Adapun ciri-ciri zaman Pra Aksara antara lain sebagai berikut:

  • Tidak tau dan tidak mengenal tulisan.

Karena tidak mengenal tulisan inilah, di zaman ini disebut dengan zaman Pra Aksara.

Animisme merupakan kepercayaan akan adanya roh jahat dan roh baik. Roh-roh ini diyakini terdapat pada benda-benda seperti pohon, danau, laut, dan benda lainnya.

Sedangkan dinamisme hampir sama seperti animisme, namun benda-benda tersebut diyakini dapat memberikan keberuntungan bagi masyarakat zaman Pra Aksara.

Oleh karenanya, mereka sering memberikan sajen dan menyimpan benda-benda seperti ajimat, keris, dll.

Sedangkan totenisme merupakan aliran kepercayaan yang menganggap binatang tertentu itu suci dan memberikan kekuatan magis.

  • Memiliki pola pikir sederhana.

Manusia di zaman Pra Aksara berbeda dengan saat ini, pun mereka tidak mampu berbicara seutuhnya karena belum mengenal tulisan.

Sehingga apabila ingin menciptakan sesuatu atau mengerjakan sesuatu, akan berpikir secara sederhana.

Adanya pengelompokan antar manusia purba satu dengan yang lainnya.

Hal ini dilakukan agar mereka dapat saling melindungi diri di zaman itu dan saling bekerja sama untuk dapat hidup.

  • Lingkungan tinggalnya sangat dekat dengan mata air.

Karena air memang penghidupan utama sehingga tidak heran apabila seringkali peneliti menemukan bekas-bekas kehidupan manusia dulu di dekat sungai, danau, gunung, dll.

Kondisi Zaman Pra Aksara

Di zaman Pra Aksara, meski manusia purba tidak mengenal tulisan namun mereka bertahan hidup dengan caranya sendiri.

Ada 2 kelompok yang membagi manusia purba di zaman Pra Aksara.

Kelompok tersebut merupakan sekumpulan manusia yang tinggal berpindah-pindah tempat di alam bebas dan satu lagi adalah sekumpulan manusia yang tinggal menetap di pinggir sungai.

Manusia yang tinggal di pinggir sungai mengganggap air dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dari mandi, memasak, minum dan lain sebagainya.

Dalam perjalanan bertahan hidup manusia purba di zaman Pra Aksara, ada beberapa fase yang dilalui.

Fase pertama adalah cara mereka bertahan hidup dengan mengumpulkan makanan dari alam bebas.

Lalu fase berikutnya, mereka mulai belajar bagaimana cara bercocok tanam untuk menghasilkan makanan.

Pada fase-fase tersebut, mereka juga belajar bagaimana menciptakan alat untuk membantu mereka bertahan hidup dari sifatnya yang kasar dan belum terasah hingga alat-alat yang sudah terasah dengan halus.

Jenis Manusia Purba di Zaman Pra Aksara

Berikut adalah beberapa jenis manusia purba di zaman Pra Aksara:

1. Meganthropus palaeojavanicus

Disebut sebagai manusia raksasa atau manusia terbesar pertama yang ada di Jawa dengan penemuan fosil pertamanya berupa rahang atas dan bawah yang berada di Sangiran.

Fisiknya memiliki wajah masif, tulang pipi tebal tanpa dagu dan tonjolan tulang di bagian kening, serta badan yang tegak dan raksasa.

2. Pithecanthropus

Disebut pithecantropus karena manusia purba ini memang seperti kera yang berjalan tegak.

Tingginya sekitar 165 hingga 180 cm dengan badan tegap, kening yang menonjol dan tebal serta memanjang sekitar pelipis, hidung yang lebar dan tanpa dagu.

Ada beberapa jenis Pithecanthropus diantaranya:

Jenis manusia purba kera yang berjalan tegak dan ditemukan di daerah Trinil tahun 1890 dengan ciri fisik tinggi 165-170 cm, volume otak 775 hingga 975 cc.

Bentuk wajah memiliki tonjolan kening dan pipi, tak berdagu dan hidung lebar.

  • Pithecanthropus soloensis

Jenis manusia kera ini berasal dari Ngandong dan Sangiran antara tahun 1931 hingga 1933.

Ciri-cirinya memiliki tinggi 165 – 180 cm dengan volume otak 1000 hingga 1300 cc.

Memiliki tonjolan kening dan mulut serta tanpa dagu. Apabila berjalan masih dengan bantuan tangan.

  • Pithecanthropus robustus

Jenis manusia kera yang berasal dari Sangiran tahun 1939 dan berupa anak-anak.

3. Homo sapiens

Homo sapiens merupakan manusia purba yang jenisnya seperti manusia dari fisik hingga sifat

Ada beberapa jenis Homo Sapiens diantaranya:

Jenis manusia purba yang ditemukan di desa Wajak, Tulungagung tahun 1890 dengan ciri fisik tinggi 130 hingga 210 cm dan volume otak 1000 hingga 2000 cc.

Wajah datar dengan tonjolan pipi dan memiliki dagu. Cara berjalannya pun sempurna, tidak seperti manusia kera.

Jenis manusia purba yang ditemukan di Ngandong, daerah Bengawan Solo tahun 1933 hingga 1934.

  • Homo sapiens austromelanesoid

Jenis manusia purba yang ditemukan di Aceh Timur, Sumatera Timur, Jawa, NTT, Liang Momer dan Liang Panas Flores dengnan ciri fisik tinggi mencapai 148 hingga 170 cm.

Volume otak ± 1000 – 2000 cc, wajah sedang dengan tonjolan rahang, hidung melebar dan jidat rata.

  • Homo sapiens mongoloid

Jenis manusia purba yang ditemukan di daerah Sulawesi Selatan dengan ciri fisik mungil, wajah datar dan melebar, adanya tonjolan gigi dan mulut, hidung melebar, tengkorak budar serta isi otak yang lebih besar.

Pembagian Zaman Pra Aksara

Berikut ini adalah beberapa masa yang ada pada zaman Pra Aksara diantaranya:

1. Zaman Palaeolithikum

Zaman ini terjadi sekitar 600.000 tahun lalu.

Disebut juga dengan zaman batu tua dengan beberapa ciri yaitu:

  • Alat-alat yang digunakan untuk bertahan hidup bersifat kasar dan tidak diasah.
  • Manusia pada zaman tersebut berpindah-pindah tempat.
  • Belum adanya cocok tanam dan makanan didapat langsung dari alam bebas.

2. Zaman Mesolithikum

Zaman ini terjadi sekitar 20.000 tahun lalu.

Disebut juga dengan zaman batu tengah dengan beberapa ciri yaitu:

  • Alat-alat yang digunakan untuk bertahan hidup masih belum diasah meski sudah mulai berbentuk.
  • Manusia pada zaman tersebut hidup menetap.
  • Sudah mulai belajar bercocok tanam dan mengolah makanannya sendiri.

3. Zaman Neolithikum

Zaman ini terjadi sekitar 2000 tahun Sebelum Masehi.

Disebut juga dengan zaman batu baru dengan beberapa ciri yaitu:

  • Alat-alat yang digunakan untuk bertahan hidup masih sudah mulai diasah halus, ditandai dengan ditemukannya peralatan tersebut di seluruh Indonesia.
  • Manusia pada zaman tersebut hidup menetap.
  • Sudah mulai belajar bercocok tanam dan mengolah makanannya sendiri.
  • Sudah mulai belajar membuat gerabah dan menenun.

4. Zaman Megalithikum

Beberapa cirinya sebagai berikut:

  • Ditemukan bangunan-bangunan dengan bahan berupa batu-batu besar.
  • Bangunan yang diciptakan hanya serampangan saja dengan menggabungkan bebatuan.
  • Menganut kepercayaan yang berhubungan dengan roh dari jasad orang yang meninggal.

Peninggalan Zaman Pra Aksara

Beberapa peninggalan zaman Pra Aksara diantaranya sebagai berikut:

  • Kapak Sumatera

Kapak ini terbuat dari batu yang diciptakan manusia purba jenis Australomelanesid dan ditemukan tahun 1925 di Gua Sodong dan Gua Marjan, Jawa Barat.

Kapak genggam yang digunakan untuk menumbuk dan memotong ini ditemukan di daerah Pacitan Jawa Timur ttahun 1935 oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald.

  • Menhir

Menhir merupakan batu besar khusus untuk pemujaan pada roh nenek moyang di zaman Pra Aksara yang ditemukan di beberapa tempat yaitu daerah Eropa, Timur Tengah, Afrika Barat, India, Korea, dan Indonesia.

  • Pipisan

Pipisan merupakan batu yang diciptakan untuk menghaluskan makanan dan cat merah pada zaman Pra Aksara yang ditemukan pertama kali di sepanjang pantai Sumatera Timur, antara Langsa, Aceh hingga daerah Medan.

Dolmen merupakan bebatuan yang disusun tanpa dihaluskan dan berbentuk seperti meja untuk meletakan sesajen pemujaan, yang mana ditemukan di sepanjang pesisir pantai daerah Eropa, Asia, dan Afrika.

Pengaruh Kehidupan Zaman Pra Aksara Terhadap Kehidupan Masa Kini

Kehidupan yang pernah terjadi di masa lampau pasti setidaknya memberikan dampak bagi kehidupan di masa datang.

Seperti halnya pengaruh zaman Pra Aksara terhadap kehidupan masa kini.

Berikut adalah beberapa pengaruhnya:

  • Banyak peninggalan di zaman purba yang masih digunakan oleh manusia hingga kini seperti kapak, cangkul, gerabah, dll.
  • Teknik menenun untuk membuat pakaian serta menciptakan seni kriya gerabah masih dilakukan hingga saat ini, bahkan dijadikan sebagai ciri khas suatu daerah.
  • Teknik penciptaan patung serta aksesoris dari logam masih dimanfaatkan oleh masyarakat hingga kini, bahkan untuk diperjual-belikan.
  • Adanya legenda, mitos, dll yang berkembang dari mulut ke mulut dikarenakan zaman dahulu yang masih belum mengenal tulisan.
  • Manusia di zaman sekarang sering berpindah tempat untuk mencukupi kebutuhan hidup dan juga menetap apabila kehidupan di tempat tersebut sudah cocok bagi mereka. Hal ini seperti yang dilakukan manusia di zaman pra Aksara.