Daftar isi
Konflik atau pertentangan merupakan suatu peristiwa yang hampir selalu terjadi dalam ranah sosial masyarakat, seolah-olah sudah menjadi makanan sehari-hari. Konflik bisa berlaku kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa konflik sosial merupakan suatu proses sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara menentang pihak lawan yang terkadang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Konflik memiliki berbagai faktor penyebab, di antaranya yaitu adanya perbedaan kepentingan, kebudayaan, status sosial, dan dapat pula terjadi karena perubahan sosial.
Setiap fenomena sosial pasti membawa dampak yang berbeda-beda bagi setiap pihak yang mengalaminya. Begitu pula dengan konflik sosial yang memiliki dampak baik positif maupun negatif. Meskipun konflik sosial merupakan suatu hal yang cenderung dihindari oleh masyarakat, akan tetapi konflik sosial juga memiliki berbagai dampak positif yang berguna bagi setiap anggota masyarakat.
Beberapa dampak positif konflik sosial yaitu dapat meningkatkan rasa solidaritas antaranggota kelompok, menciptakan norma-norma baru, dan mendorong kesadaran pihak yang berkonflik untuk melakukan kompromi.
Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat berbagai macam atau bentuk konflik sosial. Berikut adalah penjelasan dan contohnya.
1. Konflik Konstruktif
Konflik konstruktif merupakan konflik yang disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat atau sudut pandang mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
Dalam prosesnya, pihak-pihak yang berkonflik bersama-sama mencari solusi yang tepat agar permasalahan cepat terselesaikan.
Bentuk konflik ini dapat menghasilkan perubahan dan kesepakatan baru yang lebih baik bagi kedua belah pihak sehingga dapat saling menguntungkan.
Contoh Konflik Konstruktif
- Perbedaan pendapat antarpengurus OSIS mengenai penyelenggaraan acara pentas seni di sekolah.
- Persaingan untuk mendapatkan perhatian konsumen yang terjadi di antara dua perusahaan atau lebih. Hal ini dapat mendorong perusahaan untuk berinovasi dan menciptakan produk yang berkualitas bagi konsumen.
- Persaingan antara ekstrakurikuler Teater dengan Musik yang terjadi di suatu sekolah. Persaingan tersebut dapat memotivasi kedua pihak agar bisa menghasilkan karya dan prestasi lebih banyak lagi.
2. Konflik Destruktif
Konflik destruktif merupakan konflik yang disebabkan oleh adanya perasaan dengki, iri, benci, dan dendam kepada individu atau kelompok lain.
Konflik destruktif dapat membawa kerugian bagi orang lain maupun diri sendiri. Hal tersebut bisa terjadi karena bentuk konflik ini menimbulkan bentrokan fisik yang dapat menimbulkan korban jiwa dan hilangnya harta benda.
Contoh Konflik Destruktif
- Konflik antarsupporter klub sepak bola yang diwarnai dengan aksi anarkis sehingga menyebabkan kerusakan dan korban.
- Konflik antara Rusia dengan Ukraina yang mendorong Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada tanggal 24 Februari 2022.
- Tragedi Trisakti pada tahun 1998 yang menyebabkan tiga mahasiswa Universitas Trisakti tewas akibat ditembak oleh aparat.
3. Konfklik Vertikal
Konflik vertikal merupakan konflik yang terjadi karena adanya rasa tidak puas dan kecewa terhadap individu atau kelompok lain yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi ataupun rendah.
Dengan kata lain, konflik vertikal adalah konflik yang melibatkan pihak dengan status sosial atau kedudukan yang tidak setara.
Contoh Konflik Vertikal
- Konflik antara pemilik perusahaan dengan pekerja yang menuntut kenaikan upah.
- Konflik antara kepala sekolah dengan guru karena tidak ada transparansi terkait keuangan sekolah.
- Konflik antara warga yang tinggal di pemukiman kumuh dengan satuan polisi pamong praja (Satpol PP).
4. Konflik Horizontal
Berikut adalah faktor-faktor penyebab konflik horizontal yang dikemukakan oleh Ranjabar.
- Adanya rasa cemburu yang berasal dari ketimpangan ekonomi antara kaum pendatang dengan penduduk lokal.
- Adanya sikap saling mengakui atau mengklaim terhadap sumber daya yang semakin terbatas.
- Adanya sikap emosional kesukuan yang disebabkan oleh ikatan norma tradisional.
- Mudah dipengaruhi oleh provokator yang menyebabkan kerusuhan.
- Munculnya paham radikalisme dan ekstrimisme antarpemeluk agama.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, dapat dikatakan bahwa konflik horizontal terjadi di antara pihak-pihak yang mempunyai kedudukan yang setara atau seimbang dalam masyarakat. Bentuk konflik ini berkaitan dengan masalah primordialisme dan isu SARA.
Contoh Konflik Horizontal
- Konflik Sampit yang terjadi pada tahun 2001 yang melibatkan suku Dayak dengan suku Madura.
- Konflik Sampang yang terjadi antara dua kelompok aliran agama Islam yakni Sunni dan Syiah.
- Konflik antara pelajar SMA dengan SMK.
- Konflik yang terjadi di antara petani jagung dengan petani cabai.
5. Konflik Laten
Konflik laten merupakan konflik yang tersembunyi, tertutup, atau tidak nampak secara langsung dalam kehidupan masyarakat.
Hal tersebut dikarenakan jenis konflik ini hanya diketahui dan dirasakan oleh pihak yang berkonflik saja. Sehingga dapat dikatakan bahwa konflik laten adalah konflik yang terjadi antarindividu.
Contoh Konflik Laten
- Konflik rumah tangga antara suami dan istri karena gaji suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
- Konflik dengan teman kantor karena hutang yang belum dibayar.
- Konflik dengan teman sebaya yang disebabkan oleh salah satu pihak melakukan perundungan (bullying).
6. Konflik Manifes
Konflik manifes dapat diartikan sebagai konflik terbuka yang diketahui oleh masyarakat. Bentuk konflik ini juga dapat memengaruhi kondisi kehidupan masyarakat secara luas.
Terkadang konflik ini juga disertai dengan tindak kekerasan yang dapat menimbulkan korban jiwa dan rusaknya fasilitas umum.
Contoh Konflik Manifes
- Konflik antara Palestina dengan Israel yang tidak kunjung usai hingga saat ini.
- Aksi demonstrasi mahasiswa yang berujung bentrok dengan aparat.
- Konflik Wadas yang timbul karena masyarakat Wadas melonak rencana pertambangan batuan andesit yang dilakukan oleh pemerintah.