Daftar isi
Kelompok masyarakat yang kemudian kita kenal sebagai suku bangsa pada umumnya tinggal dalam sebuah hunian tradisional. Hunian tradisional tersebut lah yang kita kenal sebagai rumah adat atau rumah tradisional.
Biasanya mereka akan membangun rumah-rumah mereka dengan gaya yang khas berdasarkan pada keyakinan, kepercayaan, lingkungan dan adat istiadat setempat.
Seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang heterogen dari Sabang sampai Merauke. Sepanjang itu lah banyak berdiri rumah-rumah tradisional yang unik. Pada kesempatan kali ini kita akan berfokus pada pembahasan mengenai rumah adat Honai yang dimiliki oleh masyarakat di Papua.
1. Perempuan Tidak Boleh Masuk
Rumah Honai adalah rumah adat milik suku terbesar di Papua yakni suku Dani yang mendiami lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya.
Namun tidak semua masyarakat Dani tinggal di rumah ini sebab Honai dibangun khusus untuk kaum laki-laki saja. Sedangkan kaum wanita memiliki rumah khusu sendiri yang disebut dengan rumah Ebeai atau disebut juga dengan nama Ebei.
Laki-laki yang diperbolehkan untuk tinggal di sini adalah mereka yang sudah dewasa. Rumah Honai juga memiliki nama lain yang rumah Honai yang artinya “rumah” dalam bahasa lokal dan terkadang disebut juga sebagai rumah Onai Pilamo.
2. Asal Usul Rumah Honai
Masyarakat Suku Dani tidak serta merta membangun rumah. Sebelum mengenal rumah mereka hidup dan tinggal di bawah pohon rindang dan besar untuk berteduh dan menghindari hawa dingin. Namun karena cuaca yang tidak menentu mereka merasa memerlukan sebuah tempat yang lebih kokoh dan kuat.
Suku Dani mendapatkan inspirasi dari burung yang membangun sarang mereka. Mereka kemudian mengumpulkan bahan material alami untuk membuat rumah mereka. Setelah terkumpul, kelompok suku Dani ini akan membangun rumahnya secara gotong royong.
3. Rumah Honai Tidak Memiliki Sekat
Pada umumnya rumah akan memiliki sekat-sekat yang membagi bangunan menjadi beberapa ruangan. Tetapi rumah Honai dibiarkan menyatu tanpa ada sekat dengan tiga bagian rumah. Ketiga bagian tersebut adalah ruang tamu, ruang tidur, dan dapur.
Walaupun terlihat mini namun sebenarnya Honai terdiri dari dua lantai. Masing-masing lantai dihubungkan dengan menggunakan tangga kayu. Pada lantai bawah difungsikan sebagai ruang tamu dan berkumpul. Sedangkan lantai atas difungsikan sebagai tempat tidur pemilik rumah.
4. Memiliki Banyak Keunikan
Setiap rumah adat akan memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Ciri khas yang dapat kita temukan pada rumah milik suku Dani ini adalah bentuknya yang mirip seperti jamur yakni kecil, melingkar setengah bola dan atap yang membulat dan sedikit mengerucut.
Rumah Honai memang pada umumnya berukuran mini dan sempit . Ukurannya berkisar antara luas 5 meter persegi dan tinggi 2,5 meter. Rumah Honai memang dibangun dengan ukuran yang kecil dan sempit agar penghuninya tetap merasa hangat.
Ciri khas lainnya ada pada bahan yang digunakan untuk mendirikan rumah Honai. Suku Dani memanfaat bahan alami seperti papan kayu, rotan dan dedaunan. Papan kayu digunakan untuk bagian dindingnya. Papan kayu yang disebut sebagai papan cincang ini digunakan biasanya yang memiliki tekstur kasar dan dibentuk mengerucut bagian bawah untuk ditancapkan ke tanah.
Pada bagian atapnya terbuat dari jerami atau ilalang. Sementara itu di dalam rumah tepatnya di bagian tengah terdapat balok kayu yang fungsinya untuk menyangga rumah. Jika kamu menyadari bentuk rumah Honai hanya memiliki satu pintu dan tidak ada jendela sama sekali.
Hal itu dibuat untuk mencegah hawa dingin masuk. Karena lokasinya yang berada di hutan atau lembah, suhu sekitar rumah Honai pada saat malam hari bisa mencapai 10–15°C.
Karena suhu dingin tersebutlah terdapat ruangan yang menyimpan tungku agar suhu ruangan tetap hangat. Untuk setiap bagian-bagian rumah Honai tidak dihubungkan menggunakan paku melainkan rotan.
Keunikan juga terdapat pada bagian pintu dimana penempatannya tidak bisa sembarangan. Pintu rumah honai harus menghadap ke arah matahari baik saat terbit maupun saat tenggelam. Hal ini dikarenakan agar mudah memantau lingkungan apabila terjadi bahaya seperti kebakaran.
5. Memiliki Banyak Fungsinya
Sebagaimana fungsi rumah, rumah adat Honai dibangun dengan tujuan sebagai tempat tinggal yang mampu memuat 5-10 orang. Namun masyarakat suku Dani tidak membatasi rumah Honai hanya untuk tempat tinggal saja melain beberapa fungsi lainnya.
Selain untuk tempat tinggal rumah Honai juga digunakan untuk menyimpan hasil pertanian dan juga sebagai lumbung padi. Ada pun fungsi lainnya yakni untuk menyimpan simbol-simbol adat dan senjata perang.
Rumah Honai juga digunakan sebagai sarana pendidikan atau pengajaran. Biasanya para sesepuh suku Dani akan mendidik anak keturunan mereka di dalam rumah ini. Ketika memberikan pendidikan maka baik laki-laki maupun perempuan boleh memasuki rumah Honai.
Pendidikan yang diberikan biasanya terkait urusan rumah tangga dan tradisi-tradisi mereka. Kegiatan lainnya selain pendidikan adalah menyusun strategi perang. Para kaum laki-laki suku Dani biasanya akan menyiapkan peperangan mereka di dalam rumah Honai.
Selain hasil pertanian, masyarakat suku Dani juga menyimpan hasil buruan di rumah ini. Bahkan jenazah yang sudah diawetkan terkadang disimpan di dalam rumah Honai.
Fungsi lainnya dari rumah Honai adalah sebagai kandang untuk binatang ternak seperti mereka. Karena rumah ini dikhususkan untuk laki-laki maka para perempuan suku Dani dilarang untuk masuk meskipun ia adalah istrinya. Berbeda dengan rumah Ebei, laki-laki diperbolehkan untuk masuk ke rumah mereka.
6. Syarat Akan Makna yang Mendalam
Setiap bagian dari rumah Honai mengandung filosofi atau makna tersendiri. Bagian atap yang terbuat dari jerami memiliki makna kuat, mandiri dan kritis namun tetap mudah menyesuaikan diri. Hal tersebut sesuai dengan sifat jerami yang terlihat lemah namun sebenarnya kuat dan tajam.
Jerami juga digunakan pada bagian lantai rumah Honai. Pada bagian ini digunakan untuk memberikan makna kesederhanaan. Hal ini juga memudahkan mereka untuk berpindah-pindah tempat mengingat suku Dani adalah masih menerapkan sistem nomaden.
Bagian rumah Honai lainnya adalah dinding kayu yang melingkar. Bentuk tersebut adalah simbol persatuan dan kesatuan untuk tetap melestarikan adat istiadat mereka serta nilai dan harga diri dan tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Di dalam rumah Honai juga tidak terdapat kursi sehingga setiap tamu akan duduk lesehan. Posisi duduk seperti ini dianggap akan memberikan kebersamaan yang lebih erat lagi.
7. Memiliki Keunggulan atau Kelebihan
Rumah honai unggul dalam beberapa hal diantaranya seperti berikut.
- Pondasi rumah Honai terbuat dari kayu sage yang menancap ke dalam tanah membuat rumah menjadi kokoh dan fleksibel. Sehingga aman ketika terjadi gempa.
- Papan yang digunakan untuk menyusun dinding rumah sehingga mampu menerima getaran gempa dengan baik. Kayu ini juga sangat bagus untuk menyerap suhu dingin dan panas.
- Kayu atau rotan yang digunakan untuk menghubungkan bagian rumah cukup kuat dan praktis.
8. Memiliki Kelemahan
Dibalik kelebihan yang dimiliki, rumah honai memiliki kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut.
- Rumah Honai memang mampu menahan gempa namun kurang mampu untuk menghindari longsor. Lokasinya yang berada di pegunungan rawan longsoran tanah yang perlahan mengikis pondasi rumah.
- Kayu memang mampu menyerap suhu baik panas maupun dingin namun karena perbedaan suhu inilah kayu akan semakin cepat menyusut.
- Kayu rotan atau tali yang digunakan untuk mengikat hanya akan kuat di awal saja. Semakin lama akan semakin melemah sehingga kaitan pun akan melemah juga