Daftar isi
- 1. Masa Kepemimpinan Gorbachev
- 2. Desakan Masyarakat
- 3. Runtuhnya Tembok Berlin
- 4. Jatuhnya Komunisme di Jerman Timur
- 5. Glasnost atau Keterbukaan
- 6. Perjanjian Persenjataan Perang (START)
- 7. Perjanjian Pembatasan Persenjataan Strategis (SALT)
- 8. Krisis Uni Soviet
- 9. Runtuhnya Uni Soviet
- 10. Banyaknya Konflik di Berbagai Negara
Apa itu perang dingin? Perang dingin adalah konflik non bersenjata yang terjadi antara Uni Soviet dan Amerika Serikat Setelah Perang Dunia Berakhir. Perang ini meletus akibat rasa saling tidak percaya dan ketegangan yang terus terjadi di antara kedua negara adidaya tersebut.
Meski tidak secara langsung menggunakan senjata namun Perang Dingin membawa perubahan yang besar dalam berbagai bidang kehidupan.
Tak hanya di Uni Soviet dan Amerika Serikat saja melainkan di seluruh dunia. Perang Dingin akhirnya selesai pada 26 Desember 1991. Ada beberapa faktor penyebab yang akhirnya menghentikan peperangan ini diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Masa Kepemimpinan Gorbachev
Mikhail Gorbachev adalah pemimpin terakhir dari Uni Soviet yang menjabat sejak 15 Maret 1990 hingga 25 Desember 1991. Pada masa kepemimpinannya ia mengambil langkah untuk memotong estafet pemerintahan dengan paham komunisme Marxisme-Lenin.
Beliau bersedia membuka dialog positif untuk membuka bisnis dengan negara lain terutama antara negara timur dan negara barat.
Pada masa ini lah Uni Soviet melakukan reformasi atau perestroika karena pada saat itu kondisi ekonomi yang hampir tak terselamatkan. Peraturan baru pun diciptakan seperti bisnis koperasi, perdagangan luar negeri tanpa pembatas dan desentralisasi.
2. Desakan Masyarakat
Pada akhir dekade berdirinya Universitas Soviet masyarakat di negara-negara blok ini mulai memberanikan diri untuk menentang pemerintah yang sosialis.
Akibatnya kekuasaan dan kekuatan politik pemerintahan pun mulai terkikis. Bahkan Moskow sebagai ibukota tidak lagi menegakkan kebijakan negaranya. Dari desakan ini lah akhirnya gerakan reformasi muncul.
3. Runtuhnya Tembok Berlin
Tembok Berlin ialah tembok pembatas yang memisahkan Jerman menjadi Jerman Timur yang pro kepada blok timur dan Jerman Barat yang pro kepada blok barat. Tembok ini berhasil diruntuhkan pada 9 November 1989.
Dengan begitu maka terbukalah jalan bagi Jerman untuk reunifikasi yakni penyatuan kembali dua negara atau lebih menjadi satu negara induk.
Di tangan Kanselir Jerman Barat yaitu Helmut Kohl telah menyiapkan 10 poin reunifikasi tanpa diketahui oleh NATO. Meski begitu upaya ini mendapat pertentangan dari pihak tertentu terutama bagi yang masih berkaitan dengan tragedi Holocaust.
4. Jatuhnya Komunisme di Jerman Timur
Kekuasaan politik komunisme yang diterapkan oleh Jerman Timur berakhir pada tahun 1990. Tepatnya di bulan Maret Jerman Timur mengadakan pemilihan umum yang bebas. Dari hasil pemilu tersebut sebagian besar rakyat memilih untuk bebas dari komunisme.
Pada akhirnya kedua negara yakni Jerman Barat dan Jerman Timur akhirnya bersatu kembali dan segera meningkatkan hubungan kerja sama politik dan ekonomi mereka. Keduanya sepakat untuk menggunakan mata uang yang sama yakni Dutchschmark pada bulan Juli.
Perjanjian-perjanjian di antara keduanya tercantum dalam Perjanjian Unifikasi yang ditandatangani pada bulan Agustus dan resmi dijalankan pada tanggal 3 Oktober 1990.
5. Glasnost atau Keterbukaan
Uni Soviet merupakan negara komunis dengan pemerintahan yang tertutup bahkan terhadap masyarakatnya sendiri. Namun Mikhail Gorbachev membalikkan keadaan dengan mulai sistem glasnost yakni keterbukaan.
Mikhail beranggapan bahwa rakyat Uni Soviet berhak mengetahui apa yang dilakukan oleh pemerintah negaranya.
Dari transparansi inilh warga Uni Soviet bisa turut mendiskusikan solusi untuk memecahkan masalah negaranya. Pada masa ini tak hanya memulai transparasi tetapi juga mulai adanya kebebasan pers. Dengan begitu masyarakat dapat mengakses berita secara bebas dan lebih kritis terhadap pemerintah.
6. Perjanjian Persenjataan Perang (START)
Ketika Perang Dingin berlangsung memang tidak terjadi kontak senjata. Namun masing-masung blok bersama dengan negara yang berada di pihaknya berlomba untuk menciptakan senjata perang. Senjata-senjata tersebut dirancang untuk mengantisipasi serangan apabila terjadi di masa mendatang.
Namun semakin membaiknya kedua negara dan keinginan untuk mengakhiri Perang Dingin keduanya sepakat untuk membuat perjanjian yang dikenal sebagai Perjanjian Pembatasan Persenjataan Perang atau Strategic Arms Reduction Treaty (START). Dalam perjanjian tersebut berisi mengenai nuklir bertukaran daya ledak menengah agar dikurangi jumlahnya. Perjanjian ini dilakukan pada Pada 31 Juli 1991 setelah 9 tahun bernegosiasi.
Perwakilan dari kedua negara adalah Presiden AS George Bush dan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev. Dari perjanjian ini masing-masing negara hanya diijinkan memiliki 6.000 daya ledak nuklir dan 1.600 unit kendaraan penunjang.
7. Perjanjian Pembatasan Persenjataan Strategis (SALT)
Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak hanya mengadakan perjanjian senjata perang saja tetapi senjata strategis.
Dalam hal ini keduanya sepakat untuk membatasi pembuatan maupun penggunaan rudal, peluru kendali Balistik antarbenua dan laut. Kesepakatan tersebut tercatat dalam Perjanjian atau Perjanjian Pembatasan Persenjataan Strategis.
Perjanjian ini disepakati pada bulan November 1969 dan Mei 1972. Kesepakatan ini ditandangani sebanyak dua kali oleh oleh Leonid Brezhnev dan Jimmy Carter. Tanda tangan yang pertama dilakukan di Finlandia sedangkan yang kedua dilakukan di Jenewa, Swiss, dan Australia.
8. Krisis Uni Soviet
Sebelum menjabat tahun 1990, Mikhail Gorbachev telah melakukan percobaan revolusi pada pertengahan 1980 an. Hak itu untuk mengatasi krisis ekonomi Uni Soviet yang sudah berlangsung pada awal 1980 an. Akibat dari krisis tersebut Uni Soviet tidak lagi mampu menyediakan bahan pangan dan bahan konsumsi untuk rakyatnya.
Sebagai salah satu dampak negatif dari krisis ekonomi telah berkembang dengan pesat pasar gelap di sana. Masalah lain yakni terdapat pada kemiliteran, misi penjelajahan luar angkasa, serta biayauntuk negara-negara dibawahk kendali mereka yang terus membutuhkan dana besar.
Salah satu upaya untuk menekan pengeluaran adalah dengan cara menarik tentara Uni Soviet. Selain karena kekurangan biaya penarikan pasukan tersebut juga berdasarkan pada perjanjian pembatasan persenjataan yang telah disepakati dengan Amerika Serikat.
9. Runtuhnya Uni Soviet
Uni Soviet adalah benteng terakhir dari negara-negara sosialisasi terutama yang berada di kawasan Eropa. Namun kejayaan Uni Soviet mulai berkurang memasuki abad ke 20. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan ekonomi. Sayangnya upaya-upaya yang dilakukannya selalu menamui kegagalan.
Akhirnya penyatuan negara-negara sosialisasi yang dimulai pada 30 Desember 1922 harus berakhir pada 31 Desember 1991.
Runtuhnya Uni Soviet secara tidak langsung memberikan kemenangan bagi pihak oposisi yakni Amerika Serikat. Sementara itu Uni Soviet terpecah menjadi 15 negara diantaranya adalah Rusia, Estonia, Lithuania, Latvia, Azerbaijan, Georgia, Uzbekistan, Moldova, Ukraina, Belarus, Turkmenistan, Armenia, Kazakhstan, Tajikistan, dan Kirgistan.
10. Banyaknya Konflik di Berbagai Negara
Meskipun Perang Dingin meletus akibat ketegangan Amerika Serikat dan Uni Soviet namun kedua negara ini mencari dukungan dari negara lain. Apabila terdapat negara yang sedang mengalami konflik atau perselisihan maka kedua negara ini akan menawarkan bantuan dengan tujuan mencari sekutu.
Akhirnya hampir negara-negara di dunia ini terbagi menjadi dua blok yakni blok barat (Amerika Serikat) dan blok timur (Uni Soviet). Beberapa konflik peperangan yang terjadi akibat Perang Dingin adalah Perang Korea, Perang Vietnam, Krisis Kuba, Perang Arab-Afghanistan dan masih banyak lagi.
Namun karena krisis ekonomi yang di alami Uni Soviet menghentikan sebagian peperangan karena tidak sanggup lagi memberikan bantuan baik dana maupun pasukan. Kondisi dunia penuh konflik ini akhirnya menyadarkan kedua negara untuk menghentikannya.