Daftar isi
Manusia purba sudah hidup sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Beberapa fosilnya ditemukan oleh beberapa arkeolog dan para ahli untuk dilakukan penelitian kapan manusia purba ini hidup, bagaimana bentuknya dan masih banyak lagi.
Pada materi kali ini kita akan membahas jenis manusia purba yang memiliki fisik hampir mirip dengan manusia modern sekarang ini yaitu homo sapiens.
Homo Sapiens berasal dari dua kata yaitu “homo” dan juga “sapiens”. Kata homo yang memiliki arti manusia dan sapiens yang berarti cerdas atau pandai.
Manusia purba jenis Homo Sapiens ini sudah memiliki kemampuan yang lebih maju dibandingkan dengan Meganthropus dan juga Pithecanthropus. Homo Sapiens pandai atau cerdas dikarenakan dapat membuat peralatan dari batu dan tulang.
Beberapa ahli berpendapat bahwa Homo Sapiens hidup pada masa pleistosen. Meskipun Homo Sapiens mendekati dengan bentuk fisik manusia modern pada saat ini, namun kehidupannya masih sangat sederhana.
Manusia purba jenis Homo Sapiens ini sudah hidup sejak jaman batu muda yaitu sekitar 100.000 hingga 50.000 tahun yang lalu. Homo Sapiens hidup dengan berburu dan memakan makanannya yang telah dimasak.
Manusia purba jenis Homo Sapiens ini termasuk manusia yang tercerdas dibandingkan dengan manusia purba lainnya. Kehidupan mereka sudah semakin maju, mampu membuat peralatan sederhana dari batu dan juga tulang.
Peralatan tersebut lalu digunakan untuk berburu atau mencari bahan makanan dan juga untuk mengolah makanan. Manusia jenis Homo Sapiens ini juga pandai dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru bagi mereka.
Manusia purba jenis Homo Sapiens ini mengalami peningkatan kemampuan secara terus menerus dalam menggunakan peralatan mereka. Mereka mangasah batu menjadi semakin halus dan telah mengenal teknik membuat gerabah menggunakan meja bundar.
Bentuk fisik dari manusia purba jenis Homo Sapiens mendekati bentuk fisik dari manusia di jaman sekarang yaitu manusia modern. Berikut ciri-ciri dari manusia jenis Homo Sapiens, yaitu:
Manusia purba jenis Homo Sapiens ini dibedakan menjadi 3 macam berdasarkan daerah dari penemuan fosil-fosilnya di Indonesia, yaitu:
Fosil homo soloensis ini ditemukan di lembah sungai bengawan solo, desa ngandong, daerah Blora dan Sragen pada tahun 1931 hingga 1934 oleh Von Koenigswald. Fosil yang ditemukan yaitu tengkorak, gigi dan tulang rahang.
Fosil homo soloensis ditemukan pada lapisan bagian atas Pleistosen. Diperkirakan mereka hidup sekitar 900.000 hingga 300.000 tahun yang lalu. Ada beberapa pendapat yang berbeda, ada yang mengatakan bahwa homo soloensis merupakan evolusi dari Pithecanthropus mojokertensis.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa manusia purba jenis homo soloensis ini termasuk ke dalam homo neanderthalensis. Namun kenyataannya manusia purba jenis homo soloensis ini termasuk ke dalam homo sapiens.
Hasil budaya yang ditemukan pada manusia purba jenis homo soloensis ini yaitu alat serpih, kapak genggam dan juga berbagai peralatan yang bahan dasarnya dari tulang.
Manusia purba jenis ini disebut sebagai Hobbit dan memiliki volume otak kecil. Fosil dari homo floresiensis ini pertama kali ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores. Dari beberapa penemuan fosil yang berupa tulang tersebut menunjukkan postur yang paling tinggi dari sepanjang manusia modern yaitu 100 cm.
Fosil dari manusia purba jenis homo wajakensis ini pertama kali ditemukan pada tahun 1889 di Wajak, Jawa Timur oleh Dr. Eugene Dubois. Fosil dari manusia purba jenis ini sudah ada sejak 15.000 hingga 40.000 tahun sebelum masehi.
Manusia purba jenis homo wajakensis ini memiliki persamaan dengan orang orang Australia. Dr. Eugene Dubois menduga homo wajakensis ini merupakan salah satu dari ras Australoide.
Manusia purba jenis Homo Sapiens ini bertahan hidup dengan berburu dan juga bercocok tanam. Berburu dengan menggunakan peralatan yang mereka buat sendiri dari batu dan juga kayu yang telah diruncingkan.
Manusia purba jenis Homo Sapiens ini sudah memakan makanan yang dimasak terlebih dahulu. Mereka juga mampu membuat peralatan sendiri yang digunakan untuk berburu dan juga untuk mengolah makanan.
Pola Hidup Homo Sapiens
Kehidupan dari manusia purba jenis Homo Sapiens ini sangat sederhana. Hidupnya sudah mulai menetap dan sudah tidak berpindah-pindah. Manusia purba jenis Homo Sapiens ini sudah menggunakan pelindung tubuh.
Baju tersebut terbuat dari bahan alami yang sederhana yaitu dari kulit hewan buruan.
Setiap jenis dari manusia purba memiliki peninggalan kebudayaan yang berbeda dari jenis manusia purba yang lainnya. Begitu pula dengan manusia purba jenis Homo Sapiens ini, benda peninggalannya memiliki banyak sekali fungsi, diantaranya:
Kapak ini memiliki bentuk seperti corong dan bagian atasnya berlubang. Kegunaan dari kapang corong ini yaitu untuk memasukkan tangkai kayu. Ada kapak corong yang berbentuk kecil dan halus yaitu candrasa.
Namun, candrasa digunakan hanya untuk tanda kebesaran dan juga upacara adat saja. Kapak corong ini dibuat dengan teknik a cire perdue.
Kapak persegi ini memiliki bentuk penampang alangnya terkadang berbentuk persegi, sehingga kapak ini diberi nama sebagai kapak persegi. Kapak persegi ini terbuat dari batu-batu indah dan halus.
Kapak ini tidak digunakan untuk pekerjaan yang kasar, namun digunakan sebagai jimat, lambang kebesaran, upacara dan alat tukar atau barter.
Kapak ini memiliki bentuk yang mirip dengan kapak perimbas, namun ukuran dari kapak genggam ini lebih kecil dari kapak perimbas. Hampir di seluruh wilayah nusantara terdapat kapak genggam ini.
Cara menggunakan yaitu digenggam saja pada ujungnya yang lebih kecil.
Nekara ini terbuat dari bahan dasar perunggu, sering disebut gendering besar. Nekara ini digunakan sebagai peralatan upacara. Nekara ada dua ukuran, yaitu ada yang berukuran besar dan ada juga yang berukuran kecil.
Nekara yang berukuran besar yaitu ditemukan di Bali. Sedangkan nekara yang kecil ditemukan di Pulau Alor dan disebut dengan moko atau mako.
Alat serpih ini pertama kali ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1934 di Sangiran, Gua Lawa, Cabbenge, Timor dan Roti. Alat serpih ini memiliki ukuran yang kecil diantara 10 – 20 cm, biasanya banyak ditemukan di gua-gua.
Alat serpih ini memiliki fungsi yaitu sebagai pisau, alat pemotong dan mata panah.
Alat tulang ini terbuat dari tulang binatang dan digunakan sebagai pisau, mata tombak dan juga belati.