8 Jenis Risiko Investasi Sebelum Berinvestasi

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Banyaknya investasi di kalangan pengusaha dan generasi muda dapat disebabkan oleh peningkatan kesadaran akan pentingnya merencanakan masa depan finansial, akses yang lebih mudah ke informasi investasi melalui teknologi, dan motivasi untuk membangun kekayaan jangka panjang.

Para pengusaha mungkin melihat investasi sebagai cara untuk mengelola keuntungan bisnis mereka atau diversifikasi portofolio. Sedangkan untuk generasi muda cenderung mencari peluang investasi yang sesuai dengan gaya hidup digital mereka, seperti investasi daring, saham, atau aset kripto.

Faktor-faktor tersebut, bersama dengan dorongan untuk mencapai kebebasan finansial dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dapat menjadi pendorong tingginya minat terhadap investasi di kalangan pengusaha dan generasi muda. Selain memiliki keuntungan, berinvestasi memiliki beberapa risiko.

Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan penelitian menyeluruh tentang instrumen investasi yang dipertimbangkan dan memperoleh pemahaman yang baik tentang kondisi pasar membantu mengambil keputusan yang lebih terinformasi.

Berikut merupakan benerapa jenis risiko dalam melakukan investasi.

1. Risiko Pasar

Risiko pasar menjadi bagian integral dari jenis risiko investasi karena bersumber dari fluktuasi nilai pasar yang dapat mempengaruhi nilai investasi. Risiko pasar adalah aspek alami dari investasi yang tidak dapat dihindari sepenuhnya.

Pasar keuangan selalu berfluktuasi sebagai respons terhadap berbagai faktor ekonomi dan geopolitik. Tingkat ketidakpastian di pasar juga yang menciptakan risiko bagi investor. Sentimen pasar, perubahan kebijakan, atau kejadian tak terduga dapat menciptakan fluktuasi yang signifikan.

Serta para investor perlu merancang strategi yang mencakup diversifikasi portofolio dan penggunaan instrumen keuangan yang sesuai. Dengan demikian, risiko pasar menjadi bagian dari jenis risiko investasi karena memberikan perspektif tentang fluktuasi dan volatilitas yang melekat dalam lingkungan investasi, memerlukan pemahaman dan manajemen yang cermat untuk mengelola risiko tersebut.

2. Risiko Kredit

Risiko kredit muncul karena ada ketidakpastian apakah pihak yang berutang dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar utang. Faktor tersebut menciptakan risiko bahwa investor mungkin tidak menerima pembayaran penuh atau bahkan sebagian dari dana yang dipinjamkan atau diinvestasikan.

Kondisi ekonomi yang kurang baik dapat meningkatkan risiko kredit serta pihak yang berutang dapat mengalami kesulitan keuangan, yang pada gilirannya mempengaruhi kemampuannya untuk membayar utang.

Risiko kredit juga terkait dengan faktor internal perusahaan atau lembaga yang berutang, seperti manajemen keuangan yang buruk, restrukturisasi perusahaan, atau perubahan dalam kondisi bisnis yang dapat mempengaruhi kesehatan keuangan.

Manajemen risiko kredit memerlukan pemantauan terus-menerus terhadap kondisi keuangan dan kinerja pihak yang berutang. Kondisi itu memastikan bahwa investor dapat merespons segera terhadap potensi risiko dan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan.

Sehingga, risiko kredit menjadi penting dalam jenis risiko investasi karena memahami dan mengelolanya membantu investor melindungi nilai portofolio mereka dari potensi kerugian akibat kegagalan pembayaran utang.

3. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas menjadi bagian dari jenis risiko investasi karena berkaitan dengan kemampuan untuk menjual atau membeli suatu investasi tanpa mengurangi harganya secara signifikan. Perubahan dalam kondisi pasar dapat mempengaruhi likuiditas.

Misalnya, saat pasar mengalami volatilitas tinggi, likuiditas dapat menurun karena investor menjadi lebih hati-hati. Selain itu, terjadinya krisis finansial dapat memperburuk risiko likuiditas karena penurunan kepercayaan investor, ketidakpastian pasar, dan ketidakmampuan untuk dengan mudah menjual aset.

Oleh karena itu, untuk mengelola risiko likuiditas melibatkan strategi yang matang, pemantauan kondisi pasar, dan perencanaan likuiditas yang tepat. Pemahaman terhadap risiko ini membantu investor membuat keputusan yang lebih bijak dalam membangun dan mengelola portofolio investasinya.

4. Risiko Operasional

Risiko operasional mencakup kegagalan sistem teknologi atau infrastruktur yang dapat mempengaruhi pelaksanaan transaksi, pemrosesan data, atau fungsi bisnis lainnya. Hal itu dapat berdampak langsung pada keberlanjutan operasional dan nilai investasi.

Ancaman terhadap keamanan, seperti kecurangan internal atau eksternal juga menjadi risiko operasional. Kecurangan dapat merugikan nilai investasi dan reputasi entitas yang bersangkutan. Kemudian adanya tindakan karyawan yang tidak sesuai dengan kebijakan perusahaan atau perilaku yang merugikan dapat menjadi risiko operasional yang berpengaruh pada kinerja dan reputasi.

Memahami risiko operasional dan mengelolanya dengan baik membantu investor dan perusahaan untuk menjaga keberlanjutan operasional dan melindungi nilai investasi. Itulah sebabnya risiko operasional dianggap sebagai bagian penting dari jenis risiko investasi.

5. Risiko Inflasi

Inflasi menyebabkan pengurangan daya beli uang, yang berarti jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan sejumlah uang menurun. Hal tersebut berdampak langsung pada nilai riil investasi. Kemudian juga dapat merugikan nilai investasi tetap seperti obligasi atau deposito berbunga tetap.

Serta meningkatkan biaya hidup, mempengaruhi kebutuhan dasar dan gaya hidup. Selain itu dapat mengubah prioritas keuangan individu dan berpotensi memerlukan penyesuaian dalam strategi investasi. Pengelolaan untuk mencegah terjadinya risiko inflasi melibatkan pemilihan investasi yang dapat memberikan perlindungan atau pertumbuhan yang sebanding dengan tingkat inflasi.

Itu semua termasuk investasi seperti saham, real estate, atau instrumen keuangan lain yang cenderung mengimbangi atau melampaui tingkat inflasi dalam jangka panjang. Dengan memahami dan mengelola risiko inflasi, investor dapat melindungi nilai riil portofolio mereka dari dampak inflasi yang merugikan.

6. Risiko Politik

Kebijakan perubahan pemerintah dapat mempengaruhi industri atau sektor tertentu, mengubah aturan main dan keuntungan investasi serta dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan nilai saham. Kemudian, kebijakan fiskal dan moneter yang berubah dapat mempengaruhi suku bunga, inflasi, dan kebijakan pajak, yang semuanya memiliki dampak pada nilai investasi dan kondisi pasar.

Kondisi politik yang tidak stabil, seperti kerusuhan, protes, atau ketidakpastian politik internal, dapat menciptakan risiko bagi investasi. Investasi di negara-negara dengan stabilitas politik rendah menjadi lebih rentan terhadap kerugian tersebut.

Penting untuk memahami dan mengelola risiko politik dengan hati-hati saat merencanakan portofolio investasi. Diversifikasi, pemantauan kondisi politik, dan penyesuaian strategi investasi berdasarkan perubahan kebijakan atau situasi politik dapat membantu mengurangi dampak risiko politik pada investasi yang akan dilakukan.

7. Risiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis

Risiko sistematis adalah risiko yang terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi seluruh pasar atau sektor secara keseluruhan serta tidak dapat dihindari melalui diversifikasi karena berkaitan dengan kondisi pasar secara keseluruhan.

Contoh risiko sistematis termasuk perubahan suku bunga, perubahan kebijakan pemerintah, atau peristiwa geopolitik yang dapat mempengaruhi seluruh pasar. Karena risiko tersebut terkait dengan faktor-faktor pasar yang bersifat sistematis.

Dampaknya dapat mempengaruhi seluruh investasi serta berarti bahwa investor tidak dapat sepenuhnya mengeliminasi risiko sistematis melalui diversifikasi dan perlu mempertimbangkan kondisi pasar secara umum.

Sedangkan, risiko tidak sistematis adalah risiko yang bersifat spesifik untuk suatu perusahaan atau aset tertentu dan dapat diatasi melalui diversifikasi. Hal itu mencakup risiko yang terkait dengan manajemen perusahaan, kondisi industri, atau faktor internal lainnya yang hanya mempengaruhi sebagian kecil dari pasar.

Dalam menyusun portofolio investasi, investor harus memahami kedua jenis risiko tersebut. Diversifikasi efektif dapat membantu mengurangi risiko tidak sistematis, tetapi risiko sistematis tetap menjadi faktor yang perlu diperhitungkan. Strategi investasi yang bijak mencakup pemahaman terhadap risiko sistematis dan tidak sistematis, serta penyesuaian portofolio sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi individu.

8. Kebangkrutan

Kebangkrutan dapat mengakibatkan penurunan nilai investasi secara signifikan, terutama jika investasi tersebut dilakukan dalam saham atau obligasi perusahaan yang terkena dampak. Portofolio investasi seseorang dapat terpengaruh oleh kinerja keuangan perusahaan dalam kondisi kebangkrutan.

Beberapa sektor atau industri mungkin lebih rentan terhadap risiko kebangkrutan. Perubahan dalam kondisi pasar, teknologi baru, atau perubahan regulasi dapat mempengaruhi kesehatan keuangan suatu industri dan meningkatkan risiko kebangkrutan.

Dalam upaya untuk mengelola risiko kebangkrutan, diversifikasi portofolio, analisis risiko kredit, dan pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik perusahaan dan industri sangat penting. Manajemen risiko yang baik membantu investor membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi dan melindungi portofolio mereka dari potensi kerugian akibat kebangkrutan.

Pemahaman terhadap risiko memungkinkan pembentukan rencana investasi yang efisien dan sesuai dengan tujuan investasi serta toleransi risiko individu. Selain itu, membantu masyarakat menjalani investasi yang sesuai dengan keadaan finansial dan mencapai tujuan keuangan mereka secara lebih efektif.

Selain membantu masyarakat, memahami risiko tersebut membantu investor membuat keputusan yang sesuai dengan data yang telah terkonfirmasi, meminimalkan kerugian potensial, dan mencapai tujuan investasi dengan lebih baik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn