Jurnalisme Data: Pengertian – Sejarah & Keunggulannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pengertian Jurnalisme Data

Jurnalisme data merupakan penggabungan dari dua istilah, yaitu jurnalisme dan data.

Menurut kamus Cambridge, jurnalisme adalah sebuah pekerjaan mengumpulkan, menulis, dan menerbitkan berita dan artikel di surat kabar dan majalah, atau menyiarkannya di radio dan televisi.

Data adalah informasi, terutama fakta atau angka, dikumpulkan serta digunakan untuk membantu pengambilan keputusan, atau informasi dalam bentuk elektronik yang dapat disimpan dan digunakan oleh komputer (kamus Cambridge).

Secara singkat, jurnalisme data didefinisikan sebagai pembuatan berita dengan memanfaatkan big data.

Dalam The SAGE International Encyclopedia of Mass Media and Society (2020), Antonopoulos & Karyotakis mengemukakan bahwa jurnalisme data adalah cara meningkatkan pelaporan dan penulisan berita dengan menggunakan dan memeriksa statistik untuk memberikan wawasan yang lebih dalam tentang berita dan menyoroti data yang relevan.

Mereka juga menambahkan bahwa salah satu tren di era digital jurnalisme adalah menyebarluaskan informasi ke publik melalui konten online yang interaktif melalui visualisasi data, seperti tabel, grafik, peta, infografis, microsites, dan dunia visual.

Pemeriksaan secara mendalam dari beberapa kumpulan data tersebut dapat memberikan hasil yang lebih factual dan pengamatan terhadap topik-topik yang menarik secara tepat waktu.

Selain itu, jurnalisme data mampu mengungkap masalah tersembunyi yang tampaknya tidak menjadi prioritas dalam sebuah liputan berita.

Thomas Schulze dalam “Data Journalism, Millennials & Social Network: What does data journalism mean for journalist? And how it can affect the Millennials”, ia menyimpulkan bahwa jurnalisme data merupakan bentuk khusus dari laporan investigasi dengan menggunakan data dan aplikasi data statistik untuk mengembangkan laporan yang disajikan secara visual.

Terlepas dari segala definisi yang dikemukakan para ahli, pada intinya dalam jurnalisme data, seorang jurnalis diharuskan mencari dan menganalisis data hingga menjadi jelas, lalu menyajikan data tersebut kepada audiens dan pembaca.

Sejarah Jurnalisme Data

Meski baru booming di era sekarang, nyatanya jurnalisme data bukanlah produk baru di ranah jurnalistik.

Dilansir dari The Guardian, teknik jurnalisme data pertama kali digunakan pada tahun 1858 silam oleh Florence Nightingile, seorang perawat Inggris untuk mengkaji data kematian tentara Inggris saat perang.

Pada tahun 1959, Florence Nightingele menerbitkan data awal tentang peningkatan jumlah kematian pasukan Inggris di Krimea akibat penyakit menular dari bulan ke bulan yang dimulai dari April 1854.

Selain itu, di tahun 1952 telah terjadi perampokan media pertama dalam jurnalisme data berbasis komputer yang digunakan oleh  jaringan CBS Amerika Serikat untuk memprediksi hasil pemilihan umum presiden.

Komputer tersebut memprediksi kemenangan telak Partai Republik Dwilight D. Eisenhower yang dianggap sangat tidak mungkin oleh CBS, sehingga mereka memutuskan untuk tidak menayangkannya.

Selanjutnya adalah penggunaan teknik survey ekstensif tentang kekhawatiran masyarakat dengan metode sosiologis dan teknologi baru untuk melaporkannya oleh Philip Meyer dari Detroit Free Press terkait aksi protes oleh warga kulit hitam di kota Detriot pada Juli 1967.   

Jenis pelaporan yang ia gunakan dikenal dengan jurnalisme presisi, yang mana merupakan sebuah cara memperluas perangkat reporter untuk membuat topik yang sebelumnya tidak dapat diakses mejadi subjek pengawasan jurnalistik.

Masuk di era digital yang lebih modern, sekitar tahun 2009 Simon Rogers memulai Guardian Datablog. Tujuan awal pembuatan blog ini adalah untuk menceritakan sebuah kisah dengan data, namun tetap dengan cara yang sama yaitu jurnalisme tertulis.

Hingga sampai sekarang, banyak media yang menggunakan jurnalisme data dalam penulisan sebuah berita.

Keunggulan Jurnalisme Data

Teknologi telah menyebabkan banyaknya pergeseran pola produksi, distribusi, dan konsumsi berita. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah ketersediaan informasi digital meningkat secara signifikan. 

Seiring bertambanhya jumlah data, hal ini berbanding lurus dengan permintaan akan informasi yang andal.

Kemampuan jurnalis dalam mengolah dan menganalisis data adalah kunci dari terciptanya berita yang berkualitas. Berikut akan dijelaskan lima keunggulan jurnalisme data dalam dunia jurnalistik.

  • Berita Utuh dan Jelas

Dengan menyajikan analisis hingga visualisasi data, pembaca bisa memahami apa yang kamu maksud. Setiap kalimat merupakan inti dan isi dari artikel, ditulis dengan efisien serta tidak bertele-tele.

  • Argumen Kuat

Ketika menulis sebuah artikel, kita sering membuat klaim dengan didukung berbagai sumber, baik itu orang maupun situs web. Dengan mengumpulkan banyak sumber terpercaya dan menggunakannya dalam sebuah argumen, akan membuat artikel lebih kredibel dan mampu dijadikan sebuah rujukan tertentu.

  • Visualisasi Menarik

Meski kebanyakan berita dimuat di laman online, audiens tidak hanya mencari artikel dengan gambar yang menarik secara visual saja.

Data diolah menjadi artikel yang ringkas, padat dan menarik dengan kurang dari 1000 kata akan mendatangkan banyak klik dari pembaca.

Kemudahan dalam mengakses informasi, menjadikan masyarakat rentan terpapar berita-berita bohong (hoax). dalam hal ini, peranan jurnalisme data menjadi penting.

Karena dalam praktiknya, jurnalisme data liputan tidak asal dilakukan. Berita atau artikel yang dipublikasikan sudah didasarkan pada data dan fakta yang telah dianalisis secara mendalam.

  • Pemberitaan Transparan

Pada saat yang sama, mungkin ada alasan untuk membagikan kumpulan data yang sangat besar kepada audiens. Dikarenakan dalam teknik jurnalisme data pemberitaan didapatkan dari banyak sumber dan sudut pandang, maka tidak akan ada yang namanya bias informasi. Jurnalis akan membuat pembaca mengambil kesimpulan mereka sendiri.

fbWhatsappTwitterLinkedIn