6 Teori Utama Sosiologi Komunikasi Beserta Contohnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sosiologi dan komunikasi adalah dua ilmu yang saling berhubungan erat dan dapat saling memengaruhi dalam prakteknya di kehidupan sosial. Jika digabungkan dan menghasilkan sosiologi komunikasi, artinya setiap interaksi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dapat memicu timbulnya perubahan pada pola hidup masyarakat.

Komunikasi adalah bentuk interaksi antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Untuk memahami lebih jauh, berikut ini merupakan teori-teori sosiologi komunikasi beserta contohnya yang dapat disimak.

1. Dramaturgi Theory

Teori sosiologi komunikasi ini mengumpamakan kehidupan sebagai sebagai sebuah kisah di atas panggung. Seperti halnya berbagai drama dan film yang sering ditonton, hidup kenyataannya pun seperti itu karena setiap individu, kelompok maupun masyarakat secara luas memiliki cerita atau kisahnya tersendiri.

Diibaratkan sebagai kisah di atas panggung, artinya setiap manusia memerankan tokoh yang melakukan interaksi satu sama lain. Setiap manusia yang berinteraksi memiliki tujuan hidupnya masing-masing dan panggung merupakan sebuah simbol dari dunia sosial.

Contohnya : Pegawai swalayan atau pegawai bank yang selalu melayani pelanggan dan nasabahnya sesuai dengan peraturan pekerjaan mereka. Sopan santun harus tetap dijaga disertai dengan keramahtamahan agar pengunjung merasa dihargai dan di kemudian hari akan datang lagi.

Para pegawai ini akan bersikap profesional yang cenderung formal dan kaku karena setiap perkataan dan gerakan tubuh tidak bisa seenaknya. Namun saat sudah waktunya istirahat siang atau pulang kerja, mereka akan bersikap lebih santai, terutama saat mengobrol dengan rekan kerja dan anggota keluarganya.

Lewat dari jam kerja atau setidaknya pada waktu jam istirahat, para pegawai tersebut bersikap tidak formal. Hal tersebut dianggap sebagai fase back stage atau di belakang panggung, sedangkan saat harus berhadapan dengan pelanggan atau nasabah, itu adalah fase front stage atau saat pertunjukan.

2. Interactionism Symbolic Theory

Interactionism symbolic theory atau teori interaksionisme simbolik adalah teori sosiologi komunikasi lainnya yang merujuk pada proses interaksi yang membentuk pola pikir dan kapasitas berpikir manusia. Sesuai dengan istilahnya, teori ini menunjukkan bahwa interaksi sosial membutuhkan berbagai macam simbol serta maknanya.

Melalui segala simbol dan makna dibaliknya yang harus manusia pelajari secara alami, manusia akan terus belajar dan berkembang, baik dari segi pemikiran maupun tindakan. Simbol-simbol beserta makna itulah yang membuat manusia memiliki interpretasinya masing-masing terhadap kondisi maupun situasi sosial di mana mereka berada.

Penting untuk mengenal juga tiga prinsip yang ada pada teori interaksionisme simbolik, yakni antara lain :

  • Makna (Meaning)

Interaksi antar manusia merupakan sebuah proses dalam kehidupan sosial yang menjadi jalan bagi perkembangan sebuah makna. Makna serta simbol membuat manusia dapat memaknai suatu hal secara berbeda-beda, mampu memilih tindakan yang berbeda-beda untuk menghadapi suatu masalah, maupun mengubah makna sesuai situasi yang dihadapi.

Manusia memiliki interpretasinya masing-masing tentang suatu hal, proses interpretatif ini yang kemudian membentuk makna dan memodifikasinya, menyesuaikan dengan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.

  • Bahasa (Language)

Bahasa dalam teori sosiologi komunikasi ini juga dianggap sebagai sumber makna. Melalui bahasa yang sama, interaksi sosial berjalan dengan lebih baik karena memudahkan antar manusia untuk saling mengerti apa yang hendak dan sedang dimaksudkan.

Komunikasi sekalipun berbeda bahasa terkadang bukan masalah yang besar, namun bahasa yang sama adalah alat untuk membuat makna dapat berkembang dan interaksi antar individu lebih berarti. Pemahaman akan lebih mudah apabila sesama manusia menggunakan bahasa yang sama.

  • Pemikiran (Thought)

Pemikiran adalah asal dari interpretasi makna terhadap suatu simbol. Dalam setiap interaksi, manusia harus tetap terus berpikir untuk memaknai setiap hal yang dikomunikasikan bersama dengan manusia lainnya.

Pemikiran bukan hanya tentang proses interpretasi, melainkan juga tentang imajinasi yang menghasilkan suatu ide. Bahkan untuk segala sesuatu yang baru dan masih asing, manusia dapat berpikir untuk memperoleh maknanya berdasarkan pengetahuan yang sudah pernah didapat.

Contohnya : Salah satu contoh dari teori interaksionisme simbolik ini adalah seperti halnya seseorang yang mengunggah foto atau gambarnya di akun media sosial pribadi, menunjukkan dirinya dengan kue ulang tahun dan lilin angka terpasang pada kue tersebut.

Orang-orang yang melihat unggahan tersebut langsung dapat menginterpretasikan bahwa hari di mana ia mengunggah foto itu adalah hari ulang tahunnya. Orang-orang dapat berpikir bahwa ia sedang berulang tahun dan umurnya saat ini sesuai dengan lilin angka yang tersemat di atas kue.

Penggunaan simbol melalui unggahan foto di media sosial mampu menunjukkan berbagai makna diikuti dengan berbagai interpretasi dari banyak orang. Namun tanda atau simbol tersebut juga sekaligus menjadi identitas diri orang yang menunjukkan foto tersebut.

3. Diffusion of Inovation Theory

Diffusion of inovation theory atau teori difusi inovasi merupakan teori sosiologi komunikasi yang merujuk pada cara agar suatu ide baru mampu masuk ke dalam kebudayaan tertentu. Selain berinovasi dengan gagasan baru, kemunculan gagasan ini juga perlu melebur ke kelompok atau budaya yang sudah ada.

Pengembangan ide baru tidak selalu mudah dan memerlukan proses konstruksi sosial agar dapat diterima dengan baik, berikut merupakan keempat elemen dari teori sosiologi komunikasi satu ini.

  • Inovasi : Inovasi adalah ide baru beserta penerapan realisasi ide tersebut.
  • Saluran Komunikasi : Suatu inovasi dapat diadopsi oleh siapa saja dan orang-orang kemudian dapat mengetahui adanya inovasi tersebut adalah melalui proses komunikasi. Saluran komunikasi personal adalah penggunaan saluran untuk penyampaian inovasi kepada satu individu, namun saluran komunikasi massa adalah penggunaan saluran untuk penyampaian inovasi kepada masyarakat luas sekaligus.
  • Jangka Waktu : Jarak waktu dari saat penyampaian inovasi dilakukan baik kepada individu maupun ke masyarakat luas hingga akhirnya terdapat pihak yang mengadopsinya disebut dengan elemen jangka waktu.
  • Sistem Sosial : Sistem sosial juga merupakan elemen dari teori difusi inovasi karena tanpa adanya sistem sosial maka inovasi tidak memiliki target. Sistem sosial eksis karena memiliki peran sebagai penerima maupun penolak penyampaian inovasi.

Contohnya : Pemerintah dengan gagasan program BPJS Kesehatan yang penyampaian informasinya dapat diterima oleh seluruh masyarakat melalui saluran komunikasi massa. Masyarakat tidak hanya bisa mencari informasi, mendaftar, hingga membayar tagihan secara langsung.

Kini telah hadir program aplikasi yang memudahkan antrean pendaftaran hingga masalah pelunasan tagihan per bulan. Selama masyarakat dapat mengakses internet dengan mudah, maka program pemerintah satu ini maka siapa saja bisa menikmati layanan kesehatan tanpa harus membayar lebih banyak.

4. Uses and Gratifications Theory

Uses and gratifications theory atau teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan adalah salah satu teori sosiologi komunikasi yang berfokus pada pelayanan media kepada masyarakat dengan memberi kepuasan. Teori ini tidak hanya menunjukkan bagaimana memberi apa yang disukai masyarakat, tapi juga hal-hal yang dibutuhkan masyarakat.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dan melayani dengan benar, perlu adanya pendekatan teori ini untuk pemahaman dan pencarian media massa yang mampu mengomunikasikan informasi kepada masyarakat luas.

Contohnya : Salah satu hal yang kini penggunaannya menjadi suatu kebutuhan sehari-hari sebagai media belajar maupun hiburan adalah ponsel pintar. Anak-anak dapat belajar dan bermain banyak hal menggunakan ponsel pintar yang terhubung ke jaringan internet.

Begitu pula dengan orang dewasa yang setiap harinya melakukan pekerjaan serta memperoleh beragam informasi dari penggunaan gawai tersebut selama terdapat akses internet. Tanpa disadari, aktivitas tersebut terasa begitu alami karena telah menjadi kebutuhan dan kesukaan individu sehari-hari.

5. Hypodermic Needle Theory

Hypodermic needle theory atau teori jarum hipodermik adalah teori sosiologi komunikasi yang menunjukkan bahwa media massa memiliki kekuatan terhadap masyarakat. Teori yang juga disebut dengan istilah teori peluru ini menganggap bahwa masyarakat pada dasarnya bersifat homogen sehingga mudah menerima penyampaian informasi apapun.

Kekuatan media massa (seperti halnya televisi) terletak pada kemampuannya dalam memengaruhi individu maupun kelompok dalam masyarakat. Ketika sebuah kabar atau informasi terus-menerus disampaikan, maka kemungkinan masyarakat untuk menerimanya akan lebih besar.

Contohnya : Media massa menunjukkan iklan produk pemutih kulit yang menarik bagi sebagian besar kaum wanita. Iklan produk dibuat semenarik mungkin, khususnya dalam hal menampilkan visual yang sesuai dengan apa yang ditawarkan produk tersebut.

Melalui keunggulan yang disampaikan terus-menerus kepada masyarakat sekalipun masyarakat yang melihatnya tidak tahu secara pasti seberapa cepat efek produk dapat memutihkan kulit, mereka akan percaya dan tertarik membeli produk tersebut.

6. FIRO / Fundamental Interpersonal Relationship Orientation Theory

Teori sosiologi komunikasi satu ini menunjukkan bahwa tiap individu dalam masyarakat berorientasi kepada orang lain. Meski caranya dalam mengorientasikan bisa berbeda-beda, diri individu tersebut tetap berpotensi mengalami perubahan.

Orientasi tersebut mampu memengaruhi seseorang dalam hal perilaku maupun pola hubungan dengan pihak lain (bisa berupa sesama individu maupun dengan suatu kelompok tertentu). Berikut ini adalah tiga hal fokus dari teori ini yang berkaitan dengan kebutuhan setiap individu :

  • Inklusi, yakni ketika seseorang ingin dikenal oleh pihak lain yang berinteraksi dengannya.
  • Kontrol, yakni ketika seseorang ingin mengubah lingkungan sosialnya dan mengadakan suatu perubahan di mana seluruh kendali ada pada dirinya.
  • Afeksi, yakni ketika seseorang ingin adanya keintiman dalam suatu hubungan dan interaksi dengan pihak lain, seperti perasaan ingin disayangi atau diperhatikan.

Contohnya : Salah satu contoh nyata dari teori FIRO di sekitar kita adalah adanya pegawai baru yang ingin beradaptasi dengan baik di tempat kerjanya yang baru. Tidak sekadar ingin mengerjakan tugasnya sebaik mungkin agar rekan kerja maupun atasan dapat mengenalnya dan mengetahui kemampuannya, tapi juga agar dapat diakui keterampilannya.

Proses interaksi dapat menjadi lebih jauh ketika seorang pegawai memiliki keinginan lainnya, seperti kontrol dan afeksi sehingga ia mengawali suatu perubahan dalam lingkungan pergaulan di dalam pekerjaannya atau ia mulai menginginkan hubungan lebih akrab dan lebih dari hubungan profesional dengan teman-teman kerjanya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn