7 Karya Putu Wijaya yang Mendunia

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info
Putu Wijaya

Sastrawan Putu Wijaya memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Putu Wijaya lahir di Puri Anom Tabanan, 11 April 1944 yang tahun ini berusia 77 tahun. Putu Wijaya dikenal sebagai sastrawan serba bisa, ia adalah seorang pelukis, penulis drama, cerpen, esai, skenario film, novel dan scenario sinetron.

Putu Wijaya merupakan anak bungsu dari lima saudara seayah dan tiga saudara seibu. Putu Wijaya lahir dari pasangan I Gusti Ngurah Raka dan Mekel Ermawati. Kecintaan Putu Wijaya pada dunia sastra sudah terlihat sejak ia masih muda. Tulisan pertamanya ialah sebuah cerpen berjudul “Etsa” yang akhirnya dimuat di Harian Suluh Indonesia, Bali. Wijaya sempat tampil dalam pementasan Teater Populer kemudian bergabung dengan Teater Mandiri yang didirikan pada tahun 1971.

Putu Wijaya telah menulis sekitar 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esai, artikel lepas, kritik drama, skenario film dan sinetron. Sejak memimpin Teater Mandiri tahun 1971, Putu Wijaya telah mementaskan berbagai lakon baik di dalam maupun luar negeri. Sebagai seorang penulis skenario Putu Wijaya telah dua kali meraih penghargaan Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI). Sejumlah karya Putu Wijaya bahkan diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing seperti Belanda, Inggris, Rusia, Perancis, Jepang, Arab dan Thailand. Berikut pembahasan mengenai beberapa karya terkenal Putu Wijaya.

1. Film : Perawan Desa

Perawan Desa adalah film yang dirilis pada tahun 1980 dengan disutradarai oleh Frank Rorimpandey. Film ini sebenarnya merupakan rekonstruksi dari peristiwa nyata yang menimpa seorang gadis desa yang bernama Sum Kuning. Peristiwa yang menimpa Sum Kuning terjadi sepuluh tahun sebelumnya. Dalam film diceritakan bahwa Sum Kuning adalah seorang gadis desa belia penjual telur. Dikatakan pada tahun 1970 Sum Kuning mengalami tindak asusila berupa pemerkosaan yang dilakukan oleh anak dari seorang tokoh masyarakat.

Kasus ini menjadi berita besar yang berkembang di masyarakat kala itu. Hal itu karena kesulitan yang dialami oleh pihak penegak hukum dalam membongkar kasus tersebut. Karena suatu paksaan dan suap, Sum Kuning tidak melaporkan hal tersebut. Kemudian kejadian berbalik karena Sum Kuning dipaksa mengaku bahwa semua yang ia katakana adalah kebohongan demi mencari popularitas. Seorang tukang bakso keliling pun menjadi kambing hitam dan dipaksa untuk mengakui dirinya sebagai pelaku.

Film ini awalnya diberi judul Balada Sum Kuning namun karena protes dari beberapa pihak di Yogya, akhirnya judulnya diganti berjudul Perawan Desa. Pada akhir film ini diceritakan bahwa akhirnya Sum Kuning dibebaskan dan para pemerkosanya diadili.

2. Kembang Kertas

Kembang Kertas merupakan film Indonesia yang disutradarai oleh Slamet Rahardjo dan diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Putu Wijaya. Film Kembang Kertas meraih penghargaan dalam Piala Citra sebagai Film Terbaik dan Sutradara Terbaik pada Festival Film Indonesia tahun 1985.

Film ini berfokus pada Prabowo yang pada film ini diperankan oleh Zaenal Abidin. Prabowo beserta istri dan kedua orang putrinya. Keluarga Prabowo adalah keluarga berada yang tinggal di rumah mewah hingga akhirnya nasib mereka tiba-tiba berubah dan harus pindah ke rumah susun. Hal ini dikarenakan Prabowo yang didorong oleh istrinya untuk melakukan bisnis berbahaya yang kemudian gagal dan membuat dirinya dijebloskan ke penjara. Kemudian datanglah Wahyuni, rekan Prabowo untuk membantu dan membebaskannya. Wahyuni ada janda yang menaruh hati pada sosok Prabowo.

Film ini merupakan film dengan tema yang sederhana dan mengangkat masalah keluarga yang lumrah ditemui di kehidupan.

3. Ramadhan dan Ramona

Film ini merupakan film komedi yang disutradarai oleh Chaerul Umam dan dirilis pada tahun 1992. Film ini diperankan oleh pasangan Djamal Mirdad sebagai Ramadhan dan Lydia Kandou sebagai Ramona serta Sylvana Herman sebagai para pemeran utama. Film ini meraih lima Piala Citra pada Festival Film Indonesia tahun 1992.

Film ini mengisahkan tentang anak orang kaya yang mencari jati diri. Ialah Ramona yang menyelami kehidupan rakyat kecil dan Ramadhan putra bangsawan Malaysia yang bekerja sebagai pegawai biasa. Mereka kemudian saling jatuh hati dan mengetahui latar belakang masing-masing. Ramona awalnya menolak namun Ramadhan terus berusaha.

Film ini berakhir dengan bahagia dan di dalam film diselipkan berbagai intrik kehidupan seperti wanita hamil yang ditinggal pacarnya dan perlakuan tidak adil dalam dunia kerja.

4. Dr. Karmila

Dr. Karmila adalah film yang disutradarai oleh Nico Pelamonia dan mendapat nominasi sutradara dan aktris terbaik dalam FFI tahun 1992.

Film ini mengisahkan tentang mahasiswa kedokteran yang sudah bertunangan bernama Karmila. Pada suatu pesta Karmila terjebak dan diperkosa seorang pria bernama Feisal. Karmila akhirnya menikah dengan Feisal dengan syarat akan bercerita ketika anaknya lahir dan cukup umur. Ketika waktunya tiba, Karmila hendak berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan dan mendapat kabar bahwa anaknya sakit. Karmila kemudian kembali dan hatinya luluh pada sang anak. Karmila kemudian menetap, menolak mantan tunangannya dan menjadi istri dan ibu yang baik bagi Feisal dan anaknya.

5. Bayang-bayang Kelabu

Film ini dirilis pada tahun 1979 dan disutradarai oleh Frank Rorimpandey. Bercerita mengenai keluarga Duta Besar yang kembali ke Indonesia. Keluarga ini terdiri ayah, ibu dan tiga orang anak. Semuanya memiliki masalah masing-masing yang membuat mereka sulit menjalani kehidupan dengan normal. Namun pada akhirnya semua tokoh kembali pada kenyataan hidup.

6. Sepasang Merpati

Putu Wijaya berperan sebagai sutradara dalam film yang diangkat dari novel asing berjudul “You and Me, Baby”. Bercerita mengenai Joko dengan ekonomi yang tidak mampu dan Lana yang hidup dalam kekayaan keluarga. Mereka saling jatuh cinta. Joko hidup dengan menulis lagu dan kemudian menjadi sukses serta kaya raya, sedangkan Lana meninggalkan kekayaan keluarga dan hidup secara mandiri.

7. Telegram

Telegram merupakan novel karya Putu Wijaya yang diterbitkan tahun 1973. Novel ini dikatakan menjadi pionir penggabungan cerita fantasi dan kehidupan nyata. Novel ini hendak mengemukakan ketegangan antara kenyataan dan khayalan dan suatu hal yang tidak dapat terelakan yaitu kematian.

fbWhatsappTwitterLinkedIn