26 Kosakata Sehari-hari Bahasa Osing

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Suku Jawa bukanlah menjadi satu-satunya suku yang mendiami Pulau Jawa, terdapat suku bangsa yang lainnya, seperti Sunda, Baduy, Betawi, dan Osing yang juga berasal dari pulau ini. Osing menjadi salah satu suku Jawa yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan menjadi salah satu suku besar di Banyuwangi selain Jawa dan Madura yang juga turut mendominasi. Keberadaan Suku Osing di Banyuwangi tak bisa lepas dari adanya pengaruh dari Kerajaan Blambangan dan peristiwa Puputan Bayu di Banyuwangi. 

Bahasa Osing atau ‘Basa Using’ atau ‘Byanyuwangian’ menjad i salah satu bahasa di Nusantara yang dituturkan oleh Suku Osing yang merupakan suku asli dari daerah Banyuwangi dan sekitarnya yang berada di pulau Jawa bagian Timur.

Penutur bahasa Osing sampai saat ini terbilang masih sangat banyak dan berada pada tiap generasi, sehingga bahasa Osing tidak dikategorikan sebagai bahasa asli di Nusantara yang terancam punah. Beberapa daerah pemukiman suku Osing kini semakin banyak pendatang dari berbagai daerah sekitar, misalnya seperti Madura dan Jawa, namun penutur bahasa Osing berhasil mempertahankan bahasanya.

Penutur Bahasa Osing

Suku Osing atau biasa juga disebut sebagai Lare Using atau Laros menjadi bagian dari suku Jawa, sehingga budaya Osing sendiri tidak jauh berbeda dengan suku Jawa pada umumnya. Kebudayaan Osing mempunyai batas daerah yang berbatasan dengan kebudayaan di sekitarnya seperti kebudayaan Jawa Tengah, Madura, dan Bali.

Bahasa Osing mempunyai banyak kesamaan dengan bahasa Jawa kuno karena bahasa Osing digolongkan ke dalam rumpun bahasa Austronesia yang banyak dituturkan di era modern ini dan masih mempertahankan sebagian dari kosa kata bahasa Jawa Kuno.

Penutur bahasa Osing tersebar di sebagian besar daerah kabupaten Banyuwangi dan beberapa tempat di wilayah kabupaten Jember dimana penuturan bahasa Osing dalam wilayah kabupaten Jember, dialeknya sedikit berbeda karena terpengaruh oleh bahasa Jawa dan Madura, sehingga menjadikannya sedikit berbeda dengan bahasa Osing di wilayah Banyuwangi. Penutur bahasa Osing yang bermukim di sekitar wilayah Jember terisolasi dari penutur-penutur bahasa Osing lainnya di daerah Banyuwangi, sehingga penggunaan bahasa Osing nya sedikit berbeda.

Bahasa Osing sendiri memiliki beberapa sistem pengucapan, misalnya adanya diftong /ai/ untuk setiap pengucapan vokal /i/ dan diftong /au/ untuk hampir setiap vokal /u/ dan sistem pengucapan dalam bahasa Osing yang memiliki palatalisasi /y/ yang biasanya muncul pada berbagai leksikon.

Jika ingin mempelajari bahasa ini, tentu terdapat beberapa kosakata baru yang biasa digunakan Suku Osing dalam percakapan sehari-hari yang mungkin akan terdengar asing di telinga bagi para pemula yang belajar ataupun para pendatang yang sedang berkesempatan mengunjungi Bumi Blambangan ini. 

Secara sekilas memang bahasa Osing didengar mirip dengan bahasa Jawa seperti pada umumnya yang orang bicarakan, namun hanya saja terdapat berbeda dialek pada penyebutan kata-katanya yang sedikit berbeda dengan bahasa Jawa.

Lepas dari itu semua, ada juga kosa kata dalam bahasa Osing yang tidak terdapat dalam penggunaan bahasa Jawa pada masyarakat. Terdapat lima materi yang diajarkan dalam pembelajaran bahasa Osing, mulai dari cara membaca, mendengarkan, menulis, sastra osing, dan berbicara yang sudah dimasukkan ke dalam kebijakan kurikulum bahasa Osing yang dipandang cukup berhasil di tingkat SD.

Pembelajaran bahasa Osing ini, kendati tidak dijumpai di tingkat SMP, pasalnya hingga kini hanya baru ada 15 SMP yang menerapkan pembelajaran bahasa itu.

Bahasa Osing Banyuwangi Menjadi Bahasa Multietnis

Konon, bahasa Osing yang digunakan oleh masyarakat Banyuwangi, sebelumnya hanyalah sebuah alat komunikasi bagi kaum minoritas yang tinggal di pedalaman dan sering bertambahnya waktu bahasa yang digunakan sebagian masyarakat adat osing mulai berkembang menjadi bahasa multietnis bagi mereka yang hidup dan tinggal di Banyuwangi.

Bahasa Osing sudah tidak lagi dipandang sebagai sebuah bahasa untuk komunikasi antar suku osing saja, tetapi juga bagi mereka yang bersuku Jawa, Madura, Mataraman, dan Bali yang bertempat tinggal di “Bumi Blambangan” tersebut, pasti secara tidak langsung akan terpengaruh dan menggunakan bahasa itu.

Pengguna bahasa Osing aktif berada di 13 kecamatan dari 24 kecamatan yang ada di Banyuwangi yang masing-masing desa pun mempunyai karakter yang berbeda dalam lafal pengucapan kata yang digunakan dalam bahasa Osing. Orang Osing langsung bisa menebak darimana asal desa seseorang, hanya dengan mendengar intonasi dari pengucapan dialek Osingnya yang akan terdengar berbeda tiap daerahnya.

Contohnya, seperti warga Desa Kemiren dengan Alian yang terdapat perbedaan pada penekanan lafal pengucapannya karena intonasi Kemiren cenderung lebih singkat, tegas, dan lugas, sedangkan pengucapan desa Alian sedikit lebih ditarik.

Perbedaan lafal pengucapan ini tentunya tidak menjadi masalah bagi warga Banyuwangi karena mereka bisa menerima sebagai suatu bentuk keanekaragaman dalam pemakaian Bahasa Osing yang terjadi di kehidupan sehari-hari.

Bahasa dan sastra Osing yang dulu lebih dikenal dengan bahasa dan sastra Blambangan yang pernah mencapai kejayaanya pada abad XIV-XVIII. Bahkan syair-syair Sri Tanjung, tokoh pejuang Banyuwangi yang diakui sebagai puncak karya sastra aliran sastra Blambangan telah dipahatkan di teras Pendapa Candi Penataran yang dibangun di masa Majapahit pada tahun 1375.

Akan tetapi, peperangan dan kekuasaan VOC pada abad setelah itu telah menghentikan perkembangan bahasa dan sastra Blambangan yang akhirnya kemudian berkembang menjadi sebuah peninggalan sebagai bahasa dan sastra lisan.

Kosakata Dasar Bahasa Osing

Abed Sikap, Tingkah
Aluk Mendingan
Ambekno Meskipun
AmeningWaspada
Apuwo Mengapa
AranNama
Awean Suka memberi
Belabur Air meluap 
Bengok Tidak tahu apa-apa
Bera-i Sesuai
Berak Teriak
BongkoMati (Kasar)
Borok Luka, Infeksi
Byalek Ruang tamu
Campleng Putus, Selesai
Caring Menjemur badan biar kering
Celleng Umpat, Misuh
Dewek Sendiri
Dewekan Sendirian
Eman Sayang
Emong Tidak mau
Endyane?Masa?
Garu Sisir rambut
GathakSombong
Gedigai Begini
Gedigau Begitu
fbWhatsappTwitterLinkedIn