Daftar isi
Agama adalah kepercayaan terhadap Tuhan yang diyakininya sebagai kekuatan tertinggi. Di Indonesia sendiri ada 6 agama yang secara resmi diakui oleh pemerintah yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Dari ke 6 agama tersebut, agama yang banyak dipeluk oleh warga negara RI adalah Islam.
Islam adalah salah satu agama misionaris yang artinya pemeluknya wajib menyebarkan ajaran tersebut. Oleh sebab itu agama yang lahir di tanah Arab ini menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Dalam menyebarkan suatu ajaran tentu menggunakan metode tertentu yang dirasa paling tepat agar dapat diterima dengan baik. Berikut ini adalah metode yang digunakan para pendakwah dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Islam diketahui masuk pertama kali di Nusantara adalah di pulau Sumatera sekitar abad ke 7 Masehi. Hal ini berdasarkan pada kampung Barus-Fansur yang berlokasi di paling ujung barat pulau Sumatera. Desa ini dianggap sebagai perkampungan muslim tertua di Nusantara.
Jalur perdagangan dianggap sebagai langkah awal dari proses tersebarnya ajaran Islam. Ajaran nabi Muhammad ini sampai di pulau Sumatera melalui perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Asing seperti Gujarat, Malabar, China, Persia hingga Benggali atau Bangladesh. Mereka bisa singgah di Sumatera karena posisi pulau ini ada di Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan global.
Pernyataan tersebut didukung oleh seorang penjelajah dari Portugis yakni Thome Pires yang singgah di Malaka dan Jawa pada tahun 1512 hingga 1515. Ia mengatakan bahwa Nusantara pada saat abad ke 7 sampai ke 16 merupakan tempat yang ramai para pedagang asing. Penyebaran agama Islam semakin mudah tersebar karena kerajaan Hindu Budha yakni Sriwijaya mendapat serangan dari India.
Selain melalui Selat Malaka, para pedagang asing juga memanfaatkan jalur Sutra yang merupakan jalur perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan China dengan Eropa. Oleh sebab itu lah sebagian besar pusat penyebaran agama Islam berada di wilayah pesisir seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Tahap selanjutnya setelah perdagangan adalah melalui saluran pernikahan. Dimana para pedagang umumnya melakukan perjalanan air yang sangat bergantung pada kondisi angin. Angin yang cocok untuk berlayar akan datang dalam kurun waktu 6 bulan sekali. Ini artinya pedagang yang singgah di suatu tempat akan menetap paling tidak selama 6 bulan atau bahkan lebih.
Untuk itu mereka yang berasal dari negara yang sama mendirikan perkampungan. Pada masa ini banyak pedagang asing yang melakukan pernikahan dengan penduduk lokal.
Dalam Islam perkawinan tidak akan sah jika dilakukan dengan yang bukan muslim. Dengan kata lain, jika ingin menikah maka orang yang bukan muslim tersebut harus masuk Islam terlebih dahulu dengan membaca dua kalimat Syahadat. Proses masuk ke agama tergolong mudah sehingga banyak yang melakukannya. Semakin banyak yang melakukan perkawinan maka semakin banyak pula keturunan-keturunan Islam nantinya.
Pernikahan tersebut tidak hanya dilangsungkan dengan penduduk biasa melainkan para saudagar menikahi anak-anak bangsawan. Contohnya adalah Sunan Gunung Jati yang menikahi Putri Kawunganten yang merupakan keturunan dari Pakuan Pajajaran. Hal itu memudahkan pengaruh Islam masuk ke kerajaan bahkan yang bercorak Hindu-Budha. Seiring berjalannya waktu anggota kerajaan yang lain pun memeluk agama Islam bahkan merubah corak kerajaan menjadi kerajaan Islam.
Dalam Islam siapa saja dan dari golongan manapun boleh menyebarkan agama Islam. Salah satu yang paling berperan adalah para ulama atau pendakwah yang menyebarkan ajaran melalui jalur pendidikan.
Tokoh-tokoh agama mengajarkan kepada masyarakat Indonesia dengan tidak mengenal tempat dan waktu. Dimana ada pertemuan antar pendakwah dengan para pedagang, mubalig dan penduduk lainnya maka disana terjadilah pengajaran Islam.
Dalam menyebarkan ajaran pun tidak langsung dalam skala besar melainkan dari lingkungan kecil dulu seperti keluarga, surau, masjid barulah mendirikan pondok pesantren hingga para bangsawan. Dari adanya pondok pesantren yakni tempat khusus untuk mendalami ilmu agama Islam ini banyak meluluskan pada ulama, mubaligh dan tokoh agama yang kelak akan penerus dalam menyebarkan agama islam.
Berdasarkan catatan dari Ibnu Batutah, Islam di Nusantara pada awalnya tersebar melalui kerajaan-kerajaan seperti Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai. Penyebaran kemudian meluas ke Pulau Jawa melalui pendidikan yang dilakukan oleh 9 tokoh yang kemudian dikenal sebagai Wali Songo.
Pada masa Wali Songo, Islam berdampingan dengan ajaran Hindu-Budha. Namun para Wali Songo tidak menghilangkan ajaran Hindu-Budha melainkan mengakultrasikannya dengan nilai-nilai Islam. Salah satu ahli sejarah mengatakan bahwa pesantren merupakan bentuk akulturasi Hindu-Budha dengan Islam dimana awalnya berupa padepokan kemudian diganti namanya menjadi pesantren.
Metode lain yang digunakan dalam menyebarkan agama Islam adalah melalui jalur kesenian. Jalur ini pun masih bagian dari akulturasi dari Hindu-Budha dengan Islam. Para Sunan dari Wali Songo pun turut menyebarkan ajaran Islam melalui jalur kesenian ini.
Jalur kesenian yang dimaksud sangatlah bervariasi mulai dari seni bangunan, seni pahat atau ukir, tari, musik, dan sastra. Dari sekian banyak macam seni yang paling terkenal adalah melalui seni pertunjukan wayang dan musik. Contohnya adalah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga yang aktif berdakwah melalui wayang yaitu dengan mengubah tokoh-tokoh dalam pewayangan Mahabarata dan Ramayana menjadi tokoh pahlawan dan simbol dalam agama Islam.
Hal tersebut dapat terlihat dari adanya tokoh bernama Kalimasada yang digambarkan sebagai senjata paling ampuh. Nama tersebut diambil dari “Kalimat Syahadat” yakni rukun Islam yang pertama. Karya lain dari Sunan Kalijaga dalam bentuk seni budaya adalah baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, dan lakon wayang Petruk Jadi Raja.
Dakwah melalui kesenian juga ditempuh oleh Sunan Bonang yang berdakwa di Jawa Timur. Putra dari Sunan Ampel ini menciptakan lagu-lagu bernuansa Islami seperti dalam lagu Tombo Ati dan Gending Durma. Disisi lain, Sunan Bonang juga menyampaikan pesan dan ajaran agama islam melalui karya sastra seperti pada kitab primbon yang dibuat pada abad ke 16, menerjemahkan kitab tasawuf dari bahasa Melayu ke dalam bahasa daerah, hikayat yang ditulis menggunakan berbagai aksara seperti huruf daerah dan Arab, serta kitab gending Sunan Bonang.
Metode Sunan Bonang juga dilakukan oleh Sunan Giri dengan lagunya yang berjudul menciptakan Gending Asmaradana dan Pucung. Cara ini dianggap sangat efektif dan mudah diterima oleh masyarakat.
Saluran politik juga ditempuh dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Pada masa awal masuknya Islam ke Nusantara, mayoritas masyarakatnya adalah pemeluk Hindu-Budha. Hal itu dikarenakan Nusantara berada di bawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya.
Penduduk di Nusantara adalah orang-orang yang sangat patuh terhadap pemimpinnya begitu juga dengan kepercayaan yang dianutnya. Mereka akan cenderung mengikuti kepercayaan yang diimani oleh sang raja. Oleh sebab itu jalur politik juga ditempuh agar proses penyebaran Islam lebih cepat.
Penyebaran agama Islam melalui politik dapat dilihat dari Kesultanan Demak yang mengirimkan panglima pasukannya yakni Fatahillah. Fatahillah dan pasukannya diperintah untuk menduduki wilayah Jawa Barat sekaligus berdakwah di sana. Kerajaan Islam Lainnya juga melakukan perluasan wilayah kekuasaannya.
Saluran tasawuf adalah jalan yang ditempuh dalam menyebarkan agama Islam kepada orang-orang yang sudah mengetahui dasar-dasar ketuhanan. Sebab tasawuf adalah cabang ilmu tentang mensucikan diri dan mendekat diri kepada sang pencipta yakni Allah subhanahu wata’ala. Pendakwah yang memilih metode ini adalah para tokoh Sufi yakni orang yang ahli dalam bidang tasawuf.
Gaya hidup yang sederhana dan tidak mengedepankan kepentingan duniawi serta sosok para Sufi yang bersahaja menjadi daya tarik sendiri sehingga banyak yang tertarik. Orang-orang yang memperdalam ilmu ini cenderung akan mematuhi guru mereka sehingga akan menjadi penerus dalam berdakwah. Dengan begitu cara ini sangat efektif untuk mempercepat penyebaran ajaran agama Islam.
Berbeda dengan jalur perdagangan yang sudah ada sejak awal masuknya Islam di Nusantara, saluran tasawuf diperkirakan baru digunakan pada abad ke-13 dan mencapai puncaknya pada abad ke-17. Adapun tokoh Sufi besar dari Indonesia antara lain Hamzah Fansuri, Syamsuddin As Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Syekh Siti Jenar, dan Sunan Bonang. Sementara itu mazhab yang paling berpengaruh adalah mazhab Imam Syafi’i dan masih digunakan hingga saat ini.