Masalah sampah merupakan masalah yang hingga saat ini belum menemukan solusi. Meskipun, telah banyak negara yang menerapkan konsep daur ulang namun belum mampu mengatasinya secara penuh. Selama 70 tahun terakhir ini, setidaknya dunia telah menghasilkan sekitar 8 miliar ton sampah.
Di mana hanya sekitar 9 ton sampah yang dapat didaur ulang. Permasalahan sampah terbesar ialah sampah plastik karena sulit diurai. Banyak sampah yang dibuang ke laut sehingga mencemari laut dan merusak ekosistem.
Peningkatan jumlah sampah di dunia seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Semakin banyak penduduk, maka akan semakin banyak sampah yang dihasilkan. Baik itu dari hasil limbah rumah tangga hingga limbah industri.
Keduanya sama-sama berkontribusi menambah jumlah sampah di dunia. Kenaikan jumlah sampah bahkan diperkirakan 3 kali lipat dari total populasi penduduk. Banyaknya jumlah sampah tentunya akan menimbulkan sejumlah masalah mulai dari masalah kesehatan hingga lingkungan.
Kurangnya rasa peduli akan lingkungan menjadi faktor pendukung peningkatan jumlah sampah di dunia. Bahkan beberapa negara dinilai sebagai penyumbang sampah terbanyak. Rata-rata negara tersebut merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar.
Berikut ini negara dengan sampah terbanyak.
Berdasarkan data dari World Bank, setiap tahunnya negara tirai bambu ini dapat menghasilkan 395,1 juta ton sampah. Dengan jumlah tersebut menjadikan China sebagai salah satu negara dengan jumlah sampah terbanyak.
Meskipun begitu, produksi sampah terutama sampah plastik di negara ini mengalami penurunan yakni menjadi 21,6 juta ton. Pada tahun 2021, negara ini tercatat sebanyak 12,3 juta ton MPW sampah yang salah kelola.
Sampah plastik menjadi salah satu penyumbang terbesar produksi sampah di negara ini. Bahkan China menghasilkan sekitar 60 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Peningkatan jumlah sampah plastik di negara ini seiring dengan meningkatnya pembangunan industri plastik.
Sayangnya, dengan produksi sampah yang banyak tersebut tidak dikelola dengan baik. Bahkan beberapa sampah dibiarkan begitu saja seperti dibiarkan di saluran air. Tidak hanya itu, banyak sampah juga yang dibiarkan di tempat pembuangan sampah tanpa didaur ulang terlebih dahulu. Hal inilah yang kemudian menyebabkan masalah lingkungan di negara tirai bambu ini.
Negeri Paman Syam ini berhasil menyumbangkan sekitar 265,2 juta ton per tahunnya. Tidak hanya itu, pengolaan sampah plastik di negara ini pun tergolong buruk. Pasalnya, sampah di Amerika Serikat lebih memilih dibakar dibandingkan di daur ulang.
Dengan membakar sampah terutama sampah plastik, dapat membuat peningkatan karbondioksida di Amerika Serikat. Salah satu permasalahan sampah di Amerika Serikat adalah sampah plastik. Bahkan negara ini menjadi penyumbang sampah plastik terbesar menduduki peringkat pertama pada tahun 2021.
Setiap tahunnya Amerika Serikat menyumbangkan sekitar 42 juta metrik ton sampah plastik. Peningkatan jumlah sampah plastik di Amerika Serikat telah terjadi sejak tahun 1960-an. Setiap orang di Amerika Serikat setidaknya menghasilkan sekitar 130 kg sampah plastik.
Jumlah sampah plastik ini bahkan lebih dari jumlah sampah gabungan dari negara-negara di Uni Eropa. Bahkan jumlah sampah di Kota yang berada di Amerika Serikat setidaknya lebih dari 2 sampai 8 kali lipat dari total sampah di negara-negara lain yang setara dengannya.
Peningkatan jumlah produksi sampah di India disebabkan oleh adanya urbanisasi, pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah konsumsi penduduknya. India berhasil menyumbangkan sekitar 89,8 juta ton selama satu tahun.
Pengolahan sampah di India pun dinilai belum serius. Berdasarkan laporan dari The Energy and Resources Institute (TERI), sekitar 43 juta ton sampah yang dikumpulkan. Hanya 12 juta ton sampah saja yang diolah sebelum akhirnya dibuang. Sisanya sampah-sampah tersebut dibuang begitu saja.
Pada tahun 2021, negara ini tercatat sebanyak 13 juta ton MPW sampah yang salah kelola. Permasalahan sampah di India yakni berkaitan dengan sampah plastik sejak tahun 1950 an. Ketika itu, negara ini mengalami penaikan penggunaan produk dengan bahan baku plastik.
Hal ini kemudian diperparah dengan meningkatnya industri plastik di India. Dengan menjamurnya industri plastik semakin meningkatkan sampah plastik di negara ini. Banyak sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik bahkan dibuang begitu saja.
Untuk mengurangi jumlah sampah plastik, pemerintah India telah melakukan berbagai upaya. Pemerintah telah melarang penggunaan produk plastik yang hanya satu kali digunakan, peningkatan upaya daur ulang serta investasi dalam pembangunan infrastruktur pengelolaan sampah.
Negara selanjutnya yang menjadi penyumbang sampah terbanyak adalah Brazil. Negara ini menyumbangkan setidaknya 79,1 juta ton per tahunnya.Sama seperti negara lainnya, pengolahan sampah di negara ini pun tergolong buruk.
Pasalnya hanya sekitar 1,28 persen sampah saja yang dilakukan pengolahan sebelum akhirnya dibuang. Sisanya sampah-sampah tersebut dikubur, dibakar bahkan dibuang ke laut begitu saja. Wajar saja, jika negara ini menghasilkan sampah terbanyak karena pengolahannya yang buruk bahkan menyebabkan pencemaran laut.
Pada tahun 2021, Brazil berhasil menyumbangkan sekitar 3,3 juta ton MPW sampah. Setiap tahunnya negara ini menyumbangkan sekitar 11 juta ton sampah plastik. Hal inilah yang menjadikan Brazil sebagai negara penyumbang sampah plastik di Amerika Selatan. Setiap harinya, negara ini menghasilkan 240 ribu ton sampah.
Brazil terus melakukan berbagai upaya untuk mengurangi jumlah sampah di negaranya. Sejak tahun 1992, salah satu perusahaan swasta di Brazil mendirikan organisasi nirlaba yang melakukan daur ulang serta penghapusan limbah. Untuk mendukung tujuan tersebut, organisasi ini menerbitkan sejumlah regulasi bahkan melakukan berbagai seminar mengenai pengelolaan sampah.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa permasalahan sampah di Indonesia hingga saat ini masih belum menemukan solusi. Oleh karena itu, tidak heran jika Indonesia termasuk negara penyumbang sampah terbanyak di dunia.
Per tahunnya, Indonesia menyumbangkan sekitar 65,2 juta ton sampah khususnya sampah plastik. Bahkan Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara penghasil sampah plastik terbanyak di Samudera Pasifik.
Di mana jumlah sampah plastik yang dihasilkan adalah sekitar 56,3 juta ton per tahun. Dengan begitu, sampah di Indonesia sebagian besar dibuang ke laut dan menyebabkan pencemaran dan merusak ekosistem.
Berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2022, Indonesia menghasilkan setidaknya 21.1 juta ton dari 202 kabupaten/kota di Indonesia. Di mana sekitar 65.71% sampah dapat dikelola dengan baik dan sisanya yakni 34,29% belum dapat dikelola dengan baik.
Meskipun begitu, pemerintah telah melakukan upaya untuk mengatasi jumlah sampah dengan cara didaur ulang. Tidak hanya itu, pemerintah juga telah menyiapkan sejumlah bank sampah. Setidaknya ada sekitar 25.540 unit berdasarkan data Sistem infrmasi Pengelolaan Sampah Nasional. Dengan begitu, diharapkan pada tahun 2040 nanti semakin banyak sampah plastik yang masuk ke ekosistem akuastik.
Sejak tahun 2016, salah kelola sampah di negara ini terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2021, jumlah sampah di Filipina yakni sekitar 4,03 juta ton MPW. Pengelolaan sampah di negara ini pun tergolong cukup buruk.
Banyak sampah yang tidak didaur ulang dengan baik bahkan dibiarkan mengotori jalanan dan saluran air di Filipina. Pengelolaan sampah yang buruk membuat sampah di Filipina menumpuk. Sampah plastik menjadi permasalahan yang mendominasi berkaitan dengan sampah di Filipina.
Hal ini dikarenakan tingginya tingkat konsumsi produk yang berbahan plastik di Filipina. Setidaknya satu hari masyarakat Filipina dapat menghasilkan sekitar 163 juta keping sampah plastik sachet. Dalam satu tahun negara ini dapat menghasilkan sekitar 60 miliar sachet sampah plastik.
Jumlah sampah tersebut setidaknya dapat menutupi sekitar 130.000 lapangan. Dengan begitu, tidak heran jika negara ini menjadi penghasil sampah plastik terbanyak. Bahkan lebih bahayanya sampah-sampah plastik tersebut dibuang ke laut sehingga mencemari ekosistem laut. Bahkan berpotensi merusak ekosisitem laut dan dapat menyebabkan masalah lingkungan yang baru.
Negara selanjutnya yang menjadi penyumbang sampah terbesar adalah Nigeria. Pada tahun 2021, negara di Afrika ini berhasil menyumbangkan sekitar 1,95 juta ton MPW. Setiap tahunnya, negara ini dapat menghasilkan sekitar 3 juta ton sampah plastik.
Di tahun sbeelumnya, negara ini menghasilkan sekitar 367 juta ton sampah plastik. Di mana setiap detiknya negara ini menghasilkan sekitar 12.000 sampah plastik. Hal inilah yang kemudian membuat Nigeria menjadi negara penghasil sampah plastik terbanyak di Afrika.
Peningkatan jumlah sampah plastik di Nigeria disebabkan oleh peningkatan penggunaan barang plastik yang hanya digunakan sekali pakai. Contohnya seperti, sedotan, plastik hingga botol. Barang-barang ini kerap digunakan oleh warga Nigeria yang kemudian dibuang begitu saja setelah dipakai.
Padahal, benda tersebut termasuk sampah yang sulit didaur ulang. Tidak hanya itu, kurangnya fasilitas untuk mengelola sampah juga menjadi penyebab banyaknya sampah yang dihasilkan oleh Nigeria. Nigeria masih kekurangan fasilitas seperti pengelolaan sampah dan daur ulang sampah plastik. Hal itulah yang kemudian membuat sampah-sampah di Nigeria tertumpuk banyak.
Pada tahun 2022, negara ini menghasilkan sekitar 73 ribu ton sampah. Di mana sampah tersebut sebagian besar dibuang ke laut. Seperti negara lainnya, salah satu permasalahan sampah di Malaysia adalah sampah plastik.
Bahkan negara ini menduduki peringkat keempat sebagai negara pembuang sampah plastik terbanyak di laut. Berdasarkan data dari Departemen Limbah Padat Nasional, negara ini setidaknya memiliki 165 tempat pembuangan sampah dan delapan tempat pembuangan sampah sanitasi.
Setiap harinya negara ini menghasilkan lebih dari 30.000 ton sampah kota (MSW). Di mana sampah makanan menjadi penyumbang sampah terbesar di Malaysia. Kemudian disusul oleh sampah plastik, kertas dan sampah organik lainnya.
Peningkatan jumlah sampah di Malaysia akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Jika tidak mengambil langkah tegas, maka pada tahun 2050 tidak akan ada lagi ruang untuk keberadaan sampah di Malaysia.
Pengelolaan sampah di Malaysia belum dapat dikatakan baik, karena hanya 31% sampah saja yang dilakukan daur ulang. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan negara di sekitarnya seperti Singapura, Thailand dan Korea.