Sejarah

4 Tokoh Pahlawan Nasional dari Kalimantan Selatan

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Hidup di bawah bayang-bayang penjajahan itu tidak enak. Banyak sekali penderitaan yang telah dirasakan akibat penjajahan oleh bangsa asing. Kita yang notabenenya sebagai tuan rumah justru diinjak-injak di tanah sendiri.

Itulah yang sekiranya dirasakan oleh bangsa Indonesia saat penjajahan terjadi. Bertahun-tahun Indonesia merasakan penjajahan, bertahun-tahun pula mereka merasakan penderitaan. Hal inilah yang kemudian menimbulkan semangat untuk bangkit melawan para penjajah.

Di beberapa daerah mulai muncul beberapa tokoh heroik yang berani melawan penjajah baik secara terang-terangan maupun sembunyi. Kalimantan Selatan menjadi salah satu daerah yang turut melahirkan beberapa tokoh heroik tersebut.

Kontribusi yang dilakukan oleh mereka jelas dapat dirasakan. Siapa sajakah tokoh pahlawan dari Kalimantan Selatan? Selengkapnya akan kita bahas berikut ini.

1. Brigjen Hasan Basri

Brigjen Hasan Basri adalah seorang tokoh militer yang memiliki jasa dalam memerjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia lahir pada tanggal 17 Juni 1923 di Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Brigjen Hasan Basri pernah menempuh pendidikan di HIS, Tsanawiyah al-wathaniah, Kweekschool Islam Pondok Modern Ponorogo, Jatim.

Ia adalah pendiri Batalyon ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan dan juga kerap disebut dengan Bapak Gerilya Kalimantan. Setelah Indonesia merdeka, ia aktif terlibat dalam organisasi pemuda Kalimantan yang ada di Surabaya. Karirnya di bidang militer pun dimulai dan pernah menjadi pemimpin Laskar Syaifullah.

Sayangnya, banyak dari anggota Laskar Syaifulllah ditangkap oleh Belanda. Untuk mengatasi hal itu, Hasan Basri membentuk Banteng Indonesia sampai mendirikan Batalyon ALRI.

Meskipun, hasil dari perjanjian Linggarjati, Kalimantan berada di bawah kekuasaan Belansa, Hasran Basri tetap melanjutkan perjuangannya. Sampai akhirnya, pada tanggal 17 Mei 1949, ia berhasil memproklamirkan kedudukan Kalimantan sebagai bagian dari RI.

Batalyon ALRI yang dibentuknya jemudian melebur ke dalam TNI AD Divisi Lampung Mangkurat dan ia diangkat sebagai Letnan Kolonel. Brigjen Hasan Basri meninggal dunia pada tanggal 15 Juli 1984. Atas semua jasanya ia ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 3 November 2001.

2. Idham Chalid

Idham Cholid lahir pada tanggal 27 Agustus di Satui, Kalimantan Selatan. Ia pernah menduduki kursi Wakil Perdana Indonesia pada masa Kabinet Ali dan Kabinet Djuanda. Selain itu, ia juga pernah menjadi Ketua MPR dan DPR pada tahum 1972-1977.

Selain aktif dalam kegiatan politik, Idham Cholid juga terlibat dalam berbagai kegiatan keagaamaan. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah Nahdatul Ulama, Ketua Umum Partai Bulan Bintang dan aktif di PBNU sejak remaja.

Sederet jabatan pernah dipeganyanya mulai dari anggota politik hingga menjadi ketua di organisasi keagamaan seperti pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Pendidikan Maarif NU. Atas semua jasa yang telah diberikannya, ia diberikan gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 7 November 2011.

3. Pangeran Antasari

Pangeran antasari atau Gusti Inu Kertapati merupakan anak dari pasangan Pangeran Masohut bin Pangeran Amir dan Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Ayahnya merupakan cucu dari Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah.

Pangeran Antasari lahir pada tahun 1797 di Kayu Tangi, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ia merupakan seorang Sultan dari Banjar dan pemimpin perang Banjar yang dilakukan untuk melawan pasukan Belanda.

Tidak hanya dianggap sebagai pemimpin daru Suku Banjar, melainkan juga dianggap sebagai pemimpin bagi suku Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Ngaju, Maanyan, Siang, Bakumpai dan suku-suku lainnya yang mendiami kawasan sekitar sungai Barito.

Peranannya dalam memerjuangkan kemerdekaan adalah melanjutkan perlawanan melawan Belanda sesaat setelah Sultan Hidayatullah ditipu dan diasingkan ke daerah Cianjur. Selain itu, ia juga terlibat dalam Perang Banjar yang pecah pada tanggal 25 April 1859.

Saat itu Pangeran beserta 300 orang prajurit menyerang tambang batu bara milik Belanda yang ada di Pengaron. Kemudian berlanjut ke seluruh wilayah kerajaan Banjar seperti Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, Martapura, sepanjang Sungai Barito, hingga ke Puruk Cahu.

Pangeran Antasari meninggal dunia karena mengidap penyakit paru-paru dan cacar. Saat itu, ia berusia 75 tahun. Perjuangannya kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Muhammad Seman. Atas semua jasanya, Pangeran Antasari diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 27 Maret 1968.

4. Ir. Pangeran H. Mohammad Noor

Ir. Pangeran H. Mohammad Noor lahir pada tanggal 24 Juni 1901 di Martapura. Ia terlahir dari keturunan Bangsawan Banjar. Ia merupakan cicit dari Ratu Anom Mangkubumi Kentjana bin Sultan Adam Al-Watsik Billah.

Saat itu, Kesultanan Banjar sudah dihapuskan secara sepihak oleh Belanda menjelang akhir Perang Banjar. Hal ini berakibat pada keluarga Kesultanan yang terpencar di mana-mana karena tidak lagi memiliki hak-hak istimewa.

Ir. Pangeran H. Mohammad Noor pernah mengenyam pendidikan si HIS, MULO, HBS kemudian Techniche HoogeSchool atau yang sekarang dikenal sebagai ITB. Dari sanalah ia mendapatkan gelar insinyur setahun setelah Presiden Soekarno atau sekitar tahun 1927.

Ia memilih untuk berjuang demi rakyat dibanding harus bekerja untuk Belanda. Ia menggantikan peran ayahnya dalam Volksraad sebagai wakil Kalimantan pada tahun 1935-1939. Selain itu, ia juga aktif menjadi anggota dari PPKI dan ikut melakukan perlawanna pada tentara sekutu saat pertempuran Surabaya yang terjadi pada bulan Oktober sampai November 1945.

Pada saat era revolusi, ia mendirikan pasukan bernama MN 1001 untuk beroperasi di wilayah Kalimantan Selatan. Di mana pada saat itu yang menjadi pimpinannya adalah Hassan Basri. Sesangkan untuk wilayah Kalimantan Tengah dipimpin oleh Tjilik Riwut.

Ia juga pernah menduduki posisi Gubernur Kalimantan pertama yang berkedudukan di Yogyakarta saat terjadinya Agresi Militer Belanda I dan II. Tidak hanya itu, ia membantu Idham Cholid beserta kawan-kawannya untuk bertemu dengan Mohammad Hatta. Mereka meminta agar Kalimantan terus melakukan perlawanan baik secara militer maupun politik dengan dibantu oleh pusat.

Ir Pangeran H. Mohammad Noor pernah diangkat menjadi Menteri PU dan berhasil menyelesaikan proyek Sungai Barito pembukaan pesawahan pasang surut P4S, membangun PLTA Riam Kanan dan sebagian kanal di Banjarmasin Sampit.

Ia melakukan pengerukan ambang barito untuk meningkatkan kemakmuran di lembah sungai Barito. Atas semua jasa yang telah diberikannya, ia diberi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2018.

Itulah sejumlah pahlawan nasional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Ada Brigjen Hasan yang berjuang melalui bidang militer, Idham Cholid berjuang melalui jabatan yang diembannya, Pangeran Antasari berjuang melalui peperangan dan Ir Mohammad Noor saa seperti Idham Cholid yang berjuang melalui jabatan yang diembannya.

Meskipun cara mereka melawan penjajah berbeda namun kontribusinya bagi Indonesia tak dapat lagi diragukan. Sebenarnya ada banyak pahlawan yang ikut memperjuangkan dan melawan penjajah pada saat itu.

Hanya saja, banyak dari mereka yang belum dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Meskipun begitu, pemerintah setiap tahunnya terus menobatkan beberapa orang dari setiap daerah sebagai Pahlawan Nasional.

Mengingat semua perjuangan para pendahulu yang tak mudah, kita patut bersyukur bisa merasakan kenyamanan saat ini. Itu semua berkat perjuangan para pendahulu kota. Maka dari itu, kita patut bersyukur dan mengucapkan terima atas semua perjuangan para pahlawan terdahulu.