Daftar isi
Curah hujan merupakan jumlah hujan yang turun di suatu wilayah, dalam jangka waktu tertentu dan diukur dengan satuan milimeter. Curah hujan di sebuah wilayah atau negara turut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor topografi, garis lintang, arah angin dan sumber air.
Berada di lintasan garis khatulistiwa bumi menjadikan Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi, curah hujan rata-rata 2.702 milimeter per tahunnya. Bahkan Indonesia berada di urutan ke-9 sebagai negara dengan curah hujan tinggi.
Indonesia dengan iklim tropis memiliki reservoir air hangat, hal ini menyebabkan Indonesia mudah diguyur hujan. Total daratan di Indonesia 81% nya ditutupi dengan perairan air hangat. Musim hujan di Indonesia di awali di bulan Desember hingga Maret, wilayah Indonesia bagian barat dan utara memiliki curah hujan lebih banyak dibandingkan wilayah lain.
Badan Pusat Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia mengalami curah hujan tinggi adalah fenomena La Nina. Di tahun 2021 akibat La Nina, sebagian wilayah Indonesia mengalami hujan yang cukup panjang.
Namun tak hanya La Nina yang menjadi penyebab Indonesia memiliki curah hujan tinggi, ada beberapa penyebab lain mengapa Indonesia memiliki curah hujan tinggi. Berikut penyebab dan penjelasannya.
Madden Julian Oscillation (MJO)
MJO adalah salah satu penyebab Indonesia memiliki curah hujan tinggi, hal ini karena Indonesia berada di wilayah tropis pasifik. MJO dikemukakan oleh Rolland Madden dan Paul Julian, di tahun 1971 ke dua peneliti ini menemukan adanya osilasi atau getaran periodik di wilayah tropis pasifik.
MJO atau kepanjangan dari Madden Julian Oscillitation merupakan sistem osilasi yang terjadi di antara atmosfer dan laut. Osilasi ini bergerak dari arah barat ke timur yaitu di sekitar wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI) dalam kurun waktu 30 hingga 60 hari.
Fenomena MJO banyak terjadi dan terlihat di sekitar selatan Samudera Hindia hingga ke arah timur, melewati wilayah Australia dan barat Samudera Pasifik. Adanya fenomena MJO memberi dampak bagi Indonesia sehingga memiliki curah hujan tinggi pada saat musim hujan.
Fenomena MJO sangat berdampak bagi Indonesia di bulan Juni hingga Agustus, dampak yang terjadi antara lain:
- Adanya perubahan periode basah dan kering.
- Adanya perubahan monsoon.
- Adanya perubahan aktivitas siklon tropis.
Di periode Desember sampai Februari, MJO juga memberi dampak berikut:
- Adanya perubahan periode basah dan kering.
- Perluasan plume kelembapan tropis menuju ke lintang yang lebih tinggi, hal ini membuat hujan lebat di wilayah mid latitude.
- Adanaya perubahan monsoon.
- Adanya perubahan aktivitas siklon tropis.
- Perubahan ENSO melalui gelombang Kelvin di lautan.
La Nina
La Nina tentu memberi dampak yang sangat tinggi terhadap curah hujan di Indonesia, La Nina adalah fenomena alam yang diakibatkan adanya dinamika antara permukaan laur denga atmosfer di pasifik tropis.
Ketika suhu permukaan laut di samudera pasifik tropis, pada bagian tengah dan timur lebih dingin dari kondisi normalnya, serta ada perubahan sirkulasi atmosfer di atas, maka peningkatan angin pasat timur akan lebih kuat dibandingkan kondisi normal dan hal ini dapat terjadi selama beberapa bulan.
La Nina memberi dampak terhadap pola iklim global di negara tropis seperti Indonesia, curah hujan menjadi lebih tinggi di bulan Oktober sampai November.
Bibit Siklon Tropis
Siklon tropis adalah badai yang memiliki kekuatan besar, radius rata-ratanya bisa mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan karena adanya suhu permukaan air laut yang hangat (26,5 derajat celsius). Angin kencang berputar di sekitar pusat badai tersebur memiliki kecepatan angin hingga lebih dari 63 km per jam.
Bibit siklon tropis ini dapat menambah jumlah awan hujan yang membuat curah hujan tinggi, dampak bagi masyarakat di wilayah yang dekat dengan pusat terjadinya siklon tropis adalah hujan lebat terus menerus serta angin kencang.
Fenomena siklon tropis memiliki sebutan yang bermacam di tiap daerah, misalnya di daerah pasifik disebut taifun, di Australia disebut Willy-willy dan di Filipina disebut Baguio.
Intertropical Convergence Zone (ITCZ)
ITCZ merupakan hasil bertemunya angin pasat yang berasal dari belahan utara bumi dengan angin dari belahan selatan bumi, kemudian angin tersebut mengelilingi wilayah di sekitar ekuator bumi.
Pertemuan angin yang terjadi membentuk awan yang menghasilkan hujan di sekitar wilayah tersebut. Selain curah hujan yang tinggi ITCZ juga membuat hujan terjadi secara terus menerus.
Perlu diketahui fenomena ITCZ tidak terjadi di satu wilayah saja dan tidak menetap, namun dapat berpindah wilayah tergantung dengan pergerakan matahari tahunan.
Indonesia sendiri akan dilalui ITCZ di bulan Januari, maka cuaca di bula Januari akan lebih panas, sehingga menyebabkan massa udara meningkat dan membuat curah hujan lebih tinggi.
Angin Monsun Asia
Angin monsun merupakan angin yang mendatangi wilayah Indonesia secara periodik yaitu selama tiga bulan. Fenomena angin monsun ini membuat massa udara basah meningkat dan berpengaruh terhadap tingginya curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia.
Ada 2 jenis angin monsun yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia, yaitu Asian Summer Monsoon dan Australian Winter Monsoon, kedua nya terjadi secara bersamaan di sekitar bulan Januari dan Februari.
Suhu Hangat di Permukaan Air Laut
Suhu yang lebih hangat di permukaan air laut disebabkan oleh 2 faktor yaitu sinar matahari dan adanya pertemuan arus laut panas. Meningkatnya suhu permukaan laut dapat membuat penguapan lebih banyak dan mudah menciptakan awan hujan.
Penguapan tersebut turut mempengaruhi curah hujan sehingga lebih tinggi dari biasanya, selain itu juga dapat membuat gelombang badai di laut dan siklon tropis di beberapa wilayah.
Meningkatnya suhu permukaan laut ini dapat menjadi pemicu sehingga badai La Nina dapat terjadi lebih besar dan waktunya juga bisa lebih panjang.