Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat memiliki visi dan cita-cita nasional dalam upaya penegakan perdamaian di atas seluruh dunia. Cita-cita bangsa Indonesia bahkan tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada alinea keempat.
Indonesia akan berpartisipasi dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan pada kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Hal tersebut mendorong bangsa Indonesia untuk dapat menjalin hubungan internasional dengan negara-negara lain di seluruh dunia.
Salah satu hubungan internasional yang dijalin oleh Indonesia untuk mendukung peran aktif dalam penegakan perdamaian dunia adalah melalui Konferensi Asia Afrika. Peran Indonesia menjadi sebuah wujud implementasi politik Indonesia yang bebas aktif. Berikut ini pembahasan peran Indonesia dalam konferensi Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika adalah suatu konferensi antara negara di Asia dan Afrika yang belum lama mendapatkan kemerdekaan. Konferensi Asia Afrika dilaksanakan pada tanggal 18 hingga 24 April pada tahun 1955 di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Sebelum diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika, Indonesia bersama dengan Panca Negara telah melakukan pertemuan yang membahas mengenai agenda pematangan Konferensi Asia Afrika yang disebut dengan Konferensi Colombo.
Konferensi Asia Afrika memiliki lima penyelenggara yang terdiri dari Indonesia, Burma, Ceylon, Pakistan, dan India. Dalam konferensi Colombo, Perdana Menteri Indonesia mengajukan usulan mengenai agenda pertemuan yang lebih luas antara negara-negara di kawasan Asia dan di Afrika.
Agenda pertemuan tersebut membahas mengenai permasalahan krusial dari negara wilayah tersebut, hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang terjadi sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika.
Pada tanggal 28 April hingga 2 Mei 1954 telah diselenggarakan agenda pertemuan pertama yang diadakan di Colombo sehingga pertemuan ini dikenal dengan nama Konferensi Colombo atau Konferensi Panca Negara I.
Kemudian, pada tanggal 28 hingga 31 Desember 1954 diselenggarakan pertemuan kedua yang diadakan di Bogor. Pertemuan ini disebut dengan nama Konferensi Bogor atau Konferensi Panca Negara III. Agenda dalam konferensi tersebut membahas mengenai pematangan rencana Konferensi Asia Afrika di Indonesia.
Selain menjadi pemrakarsa Konferensi Asia Afrika, peran Indonesia berikutnya adalah turut serta sebagai penyelenggara sekaligus panitia penyelenggara Konferensi Asia Afrika pertama di Indonesia.
Berdasarkan kesepakatan yang terbentuk dalam Konferensi Colombo terdapat salah satu pernyataan bahwa Indonesia ditugaskan untuk menjajaki kemungkinan diselenggarakan konferensi antara negara-negara di Asia dan Afrika, yang kemudian konferensi ini dikenal dengan nama Konferensi Asia Afrika.
Langkah Indonesia dalam konferensi tersebut adalah melakukan pendekatan secara diplomatik kepada 18 negara-negara di Asia dan Afrika untuk mengumpulkan pendapat negara-negara tersebut terhadap gagasan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika.
Mayoritas negara-negara tersebut menyetujui dan mendukung diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika. Hal ini didukung dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ali Sastroamidjojo dalam kunjungannya ke India pada bulan September 1954.
Dalam kesempatan tersebut, Ali Sastroamidjojo juga mendesak kepada kelima negara-negara yang hadir dalam Konferensi Colombo untuk menggelar pertemuan untuk membahas kelanjutan dan kematangan Konferensi Asia Afrika.
Selanjutnya pertemuan dalam Konferensi Bogor menghasilkan beberapa kesepakatan termasuk menetapkan 25 negara-negara di Asia dan Afrika yang akan diundang dalam Konferensi Asia Afrika. Selain itu, lima negara yang memprakarsai Konferensi Asia Afrika juga akan menjadi negara sponsor.
Adapun pembentukan kepanitiaan dalam pelaksanaan yang diwakili oleh negara-negara penyelenggara selama persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika. Kepanitiaan tersebut diantaranya Sekretariat Bersama, Komite Kebudayaan, Komite Sosial, Komite Ekonomi, dan panitia-panitia yang menangani aspek keuangan, perlengkapan, pers, dan lain-lain.
Berikut ini beberapa tokoh Indonesia yang turut berpartisipasi menjadi panitia dalam Konferensi Asia Afrika di antaranya:
Berdasarkan salah satu hasil kesepakatan dalam Konferensi Bogor menetapkan bahwa Indonesia menjadi negara tuan rumah pelaksana Konferensi Asia Afrika. Konferensi ini dilaksanakan pada tanggal 18 hingga 24 April 1954 di Gedung Merdeka di Bandung, Jawa Barat pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo.
Oleh karena itu, Konferensi Asia Afrika juga dapat disebut dengan Konferensi Bandung. Selama kurang lebih tujuh hari pertemuan, negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika banyak membahas mengenai kepentingan bersama-sama dengan negara-negara di Asia dan di Afrika.
Pembahasan lebih banyak membicarakan mengenai urusan kerjasama ekonomi dan kebudayaan, serta permasalahan kolonialisme dan perdamaian dunia. Hasil dari pembahasan Konferensi Asia Afrika yaitu 10 prinsip yang kemudian dikenal sebagai Dasasila Bandung.
Dalam prinsipnya, Dasasila Bandung sangat menekankan pada hak-hak dasar manusia, integritas, dan kedaulatan negara, persamaan hal seluruh suku dan bangsa, serta asas kebersamaan.
Konferensi Asia Afrika membahas mengenai semua hal yang berkaitan dengan kepentingan bersama antar negara-negara di Asia dan Afrika. Terutama dalam kerjasama ekonomi dan kebudayaan, serta masalah kolonialisme dan perdamaian dunia.
Konferensi Asia Afrika memiliki beberapa tujuan dan manfaat bagi dunia dan Indonesia, diantaranya sebagai berikut: