Apa Perbedaan Etnosentrisme dan Chauvinisme?

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Setiap warga negara Indonesia pada dasarnya, sejak dini sudah ditanamkan rasa cinta terhadap tanah air. Hal ini tentu menjadi sebuah aksi yang sangat krusial untuk menumbuhkan rasa nasionalisme bagi para penerus bangsa.

Rasa cinta warga negara terhadap tanah airnya dapat menjadikan suatu negara tumbuh semakin tangguh dan tidak akan mudah diintervensi oleh paham asing yang merugikan.

Tetapi, ada masanya ketika kecintaan seseorang terhadap tanah airnya justru akan berujung menjadi suatu kesetiaan yang ekstrim atau fanatisme.

Sikap kesetiaan yang ekstrim terhadap tanah air tersebut, akan membuat seseorang tak mau menerima pandangan alternatif apapun. Hal itu akan memberikan sikap negatif, seperti chauvinisme dan etnosentrisme yang merugikan bagi kehidupan bangsa.

Pengertian Chauvinisme

Istilah chauvinisme pada awalnya digunakan dalam konteks kenegaraan dan politik yang seiring berjalannya waktu, chauvinisme mencakup konteks yang lebih luas lagi. Chauvinisme meliputi perasaan bangga, cinta, loyalitas yang tinggi, kesetiaan, dan fanatisme yang berlebihan terhadap identitas nasional.

Sehingga, membuatnya merasa lebih unggul dan menganggap remeh kualitas dari bangsa atau negara lain. Chauvinisme bukan hanya mengenai kecintaan dan loyalitas, namun juga kebencian dan permusuhan terhadap kelompok lain yang dianggapnya sebagai saingan.

Apabila tidak ditangani dengan baik, maka chauvinisme dapat menciptakan kelompok yang menyebarkan ujaran kebencian dan menyulut terjadinya konflik antar kelompok.

Chauvinisme adalah kepercayaan yang tidak masuk akal terhadap dominasi kelompok atau orang sendiri. Mereka memandang jika dirinya kuat dan berbudi luhur, sementara yang lain dianggap lemah, tidak berharga, atau lebih rendah.

Hal ini dapat dideskripsikan sebagai salah satu bentuk patriotisme dan nasionalisme yang ekstrim. Keyakinan yang kuat pada keunggulan dan kemuliaan nasional yang merasa kehadiran kelompok lain tidak berharga.

Chauvinisme telah diperluas lagi definisinya dari penggunaan aslinya untuk memasukkan pengabdian fanatik yang tidak semestinya kepada kelompok atau tujuan mana pun. Terutama ketika keberpihakan tersebut mencakup prasangka buruk atau permusuhan terhadap orang luar.Ia juga menganggap kelompok lain sebagai saingan dan akan menghadapi oposisi yang luar biasa.

Ciri-ciri Chauvinisme

  • Menganggap Remeh Kelompok Lain

Kecintaan yang berlebih dari seseorang terhadap identitasnya cenderung akan mengarahkannya pada keyakinan jika dirinya yang paling unggul. Akibatnya, mereka akan tergerak menginginkan sebuah kekuasaan dengan meremehkan kelompok lain yang dipandangnya lebih lemah.

  • Memperlakukan Kelompok Lain Seenaknya

Bukanlah hal yang mustahil apabila paham chauvinisme ini akan berujung pada sebuah peperangan. Seseorang akan merasakan jika dirinya yang paling unggul dalam membuat suatu entitas sehingga bisa memperlakukan entitas lain seenaknya. Suatu entitas yang menganut paham chauvinisme akan beranggapan bahwa mereka bisa berdiri sendiri tanpa bantuan dari pihak lain.

  • Pemimpin yang Diktator

Suatu negara yang menganut paham chauvinisme biasanya dipimpin oleh seorang kepala negara diktator yang fanatic terhadap identitas dan tanah kekuasaannya. Kekuasaan negara hanya terpusat pada satu orang dengan kebijakannya yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Warga negaranya harus selalu melaksanakan segala kebijakan dan perintah yang telah ditetapkan.

Dampak Adanya Chauvinisme

Dampak Positif

  • Mempersatukan seluruh warga negara agar selalu tunduk terhadap kebijakan pemerintahan yang berkuasa.
  • Menumbuhkan sikap dan daya juang yang tinggi bagi warganya untuk membela bangsa dan negara.
  • Memudahkan pemerintah dalam mengarahkan arah gerak negara karena warganya yang mudah dan fleksibel untuk diatur.
  • Menggugah warga negara agar memiliki tekad dan tujuan yang bisa melampaui negara lain dan lebih unggul.
  • Mempertahankan masyarakat agar tetap menjadi satu kesatuan yang bisa mencegah munculnya radikalisme.

Dampak Negatif

  • Dapat menyulut terjadinya konflik dan peperangan antar bangsa dan negara yang berselisih.
  • Memperkeruh atau merusak tatanan perdamaian dunia yang terjadi akibat adanya  ketidakterbukaan terhadap eksistensi negara lain.
  • Semakin tertutup dan sulit bersosialisasi sebuah negara yang menganut paham tersebut dengan negara lain.
  • Menumbuhkan ketidakpercayaan dan rusaknya hubungan persahabatan antar negara.
  • Semakin sulit untuk berkembang karena tidak ingin untuk mengakui maupun mempelajari keunggulan dari negara lain.

Pengertian Etnosentrisme

Etnosentrisme adalah sebuah penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai sosial dan standar budaya sendiri yang menganggap meniru budayanya. Orang yang bersikap etnosentris akan menilai jika kelompok lain relatif terhadap kelompok sendiri, khususnya yang berkaitan dengan bahasa, perilaku, kebiasaan, dan agama.

Perbedaan antar etnis ini menunjukkan sebuah definisi yang khas dengan identitas budaya setiap suku bangsa. Etnosentrisme dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung yang dianggap sebagai kecenderungan alamiah dari psikologi manusia. Etnosentrisme memiliki konotasi yang negatif di dalam kehidupan masyarakat.

Etnosentrisme adalah fenomena universal yang memfasilitasi kohesi dan kontinuitas di semua tingkat organisasi sosial. Dengan memberikan rasionalisasi untuk menyerang budaya atau subkultur lain dalam definisi yang lebih ekstrim. Misalnya, yaitu dengan  memotivasi kriminalisasi praktik dalam subkultur yang digunakan untuk membenarkan perang dengan negara bangsa lain.

Jenis Etnosentrisme

  • Etnosentrisme Fleksibel 

Diartikan sebagai cara seseorang yang belajar bagaimana cara mengendalikan ego dan persepsi secara tepat. Dalam menghadapi kenyataan dunia, di mana banyak sekali keragaman suku dan golongan. Upaya objektif yang masih sering dilakukan ketika memandang seseorang dari kelompok lain secara berbeda.

  • Etnosentrisme Infleksibel

Berlainan dengan fleksibel, etnosentrisme infleksibel dijelaskan sebagai sebuah pengertian dari wujud seseorang yang tidak bisa memahami orang dari kelompok lain dengan latar belakang budayanya yang berbeda.

Mereka yang mempunyai sikap tidak toleransi hanya akan menilai secara subjektif dan hanya berdasarkan kebiasaan di kelompoknya sama.

Benarkah Chauvinisme sama dengan Etnosentrisme?

Sekilas kedua istilah ini memang terdengar mirip atau bahkan sama dalam hal pengertian dan pahamnya. Namun, sesungguhnya chauvinisme dan etnosentrisme memiliki pemahaman yang berbeda antar satu dengan yang lainnya. Etnosentrisme adalah pandangan yang menilai jika kebudayaan suatu suku atau bangsa tidak lebih baik dari kebudayaan sendiri.

Sementara, chauvinisme adalah rasa cinta yang berlebih terhadap identitas nasional yang bisa berujung pada sebuah konflik ataupun permusuhan layaknya chauvinisme. Namun, chauvinisme digunakan untuk mendeskripsikan suatu paham dalam konteks kecintaan yang berlebih terhadap identitas nasional bukan hanya pada suku bangsa ataupun kebudayaan saja.

fbWhatsappTwitterLinkedIn