Perjanjian Camp David Tahun 1978, Isi dan Dampaknya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perjanjian Camp David adalah sebuah perundingan guna memecahkan masalah pertikaian yang terjadi di Timur Tengah. Pada tanggal 17 September 1978, perjanjian ini ditandatangani. Perjanjian Camp David adalah sebuah perundingan rahasia yang direncanakan oleh Presiden Amerika Serikat saat itu yakni Jimmy Carter.

Perjanjian ini dilatarbelakangi oleh perang antara Israel dan Mesir yang sudah berlangsung selama 30 tahun lamanya. Upaya perdamaian dilaksanakan antara presiden Mesir yakni Amar Sadat dan Perdana Menteri Israel yang bernama Menachem Begin. Perjanjian ini dilakukan di Gedung Putih Amerika Serikat.

Asal Muasal Perjanjian Camp David

Perang antara Israel dan Mesir disebabkan oleh berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Oleh sebab sulitnya menghentikan perang lewat jalur pertempuran, maka Mesir menempuh jalur diplomasi.

Upaya mengatasi perang ini dikarenakan rakyat timur tengah ini sudah merindukan hidup dengan damai. Dengan hidup damai, kerja sama antar negara Timur Tengah untuk mengelola sumber daya alam serta manusia secara maksimal dapat terwujud.

Selain melakukan perjanjian Camp David, upaya lain yang dilakukan untuk menyelesaikan peperangan adalah dengan mengunjungi para pemimpin dari kedua belah pihak. Saat mengunjungi Yerusalem, presiden Mesir disambut baik oleh pemerintah, Parlemen serta rakyat Israel.

Kemudian kunjungan tersebut dibalas oleh Israel melalui Perdana Menterinya. Setelah mendapatkan sambutan yang baik dari kedua belah negara, upaya perdamaian di antara keduanya mulai terbuka.

Isi Perjanjian Camp David

Perjanjian Camp David terdiri dari dua kerangka kerja sama atau perjanjian yakni A Framework for Peace on Middle East dan A Framework for the Conclusion of a Peace Traety between Egypt and Israel.

Perjanjian damai David Camp terbagi menjadi tiga perjanjian yakni sebagai berikut.

  1. Perjanjian Perdamaian di Tepi Barat dan Gaza

Perjanjian ini terdiri dari tiga bagian. Pada bagian pertama berisi kerangka kerja sama negosiasi dalam pembentukan otoritas pemerintahan sendiri di Tepi Barat serta jalur Gaza dalam melaksanakan SC 242 (Resolusi Dewan Keamanan PBB) dan prinsip keamanan PBB.

Hal ini dilakukan guna menjamin serta mengakui adanya otonomi serta hak-hak sah rakyat Palestina dalam kurung waktu lima tahun. Pembicaraan ini melibatkan negara Israel, Mesir, Yordania dan Palestina dengan dimulai adanya penarikan pasukan dari Tepi Barat Gaza serta pemulihan otoritas pemerintahan di Palestina.

Pada perjanjian bagian pertama terdiri atas tiga bagian. Pada bagian pertama merupakan kerangka negosiasi untuk membangun otoritas ekonomi pemerintahan sendiri di tepi Barat dan Jalur Gaza serta mengaplikasikan secara sepenuhnya Resolusi Dewan PBB 242.

Perjanjian yang dilakukan bertujuan untuk mengakui hak-hak sah warga Palestina serta prosesnya dengan mengimplementasikan pemerintahan sendiri bagi rakyat Palestina selama lima tahun. Perjanjian ini menyangkut semenanjung Sinai namun pada kemudian hari disalahartikan oleh Israel, Mesir dan Amerika Serikat. Yerussalem secara sengaja tidak dimasukkan ke dalam perjanjian ini.

Pada bagian kedua dari perjanjian ini mengenai hubungan antara Mesir serta Israel. Pada bagian ketiga ialah Afisiliasi prinsip yang menyangkut prinsip-prinsip yang harus dipatuhi dalam hubungan antara Israel serta negara tetangga Arab lainnya.

Perjanjian kedua berisi mengenai basis bagi perjanjian untuk waktu enam bulan ke depan khususunya mengenai penentuan nasib Semenanjung Sinai. Israel setuju untuk menarik pasukan bersenjata dari Sinjai serta melakukan evakuasi pada 4500 warga sipilnya yang ada di sana serta mengembalikannya pada Mesir sebagai balasan dari diplomasi.

Selain itu, Israel juga menjamin kebebasan saat melewati Terusan Suez serta jalur laut lainnya. Namun, terdapat larangan bagi militer Mesir untuk ditempatkan di Semenanjung Sinai khususnya sejauh 20-40 km dari Israel. Israel juga menyetujui lembaran pasukan sejauh 3 km dari perbatasan Mesir dan menjamin kebebasan keluar masuk antara Mesir dan Yordania.

Dengan adanya penarikan tersebut, Israel juga mengembalikan tambang minyak Mesir di sebelah barat Sinai serta membuat Amerika Serikat mengirimkan beberapa milyar dolar per tahunnya untuk ke dua negara tersebut dalam bentuk hadiah dan paket bantuan.

  1. Perjanjian Damai Mesir dan Palestina

Perjanjian damai ini menyangkut masa depan Semenanjung Sinai. Semula Semenanjung Sinai dikuasai oleh Israel karena menang pada perang melawan Mesir. Akibat dari perjanjian ini Israel harus menarik pasukannya dari Sinar serta melakukan evaluasi pada 4500 penduduk sipil dan mengembalikan Sinai ke tangan Mesir.

Selain itu, Israel juga harus mengembalikan ladang minyak Abu Rudeis Mesir yang ada di barat Sinai, dapat menjalin hubungan diplomatik dengan Mesir dan menjamin kebebasan lalu lintas melalui terusan Suez. Pada perjanjian ini tidak hanya melibatkan Israel dan Mesir saja melainkan juga Amerika Serikat.

Amerika Serikat berkomitmen untuk memberikan beberapa miliar subsidi tahunan kepada dua negara tersebut yakni Israel dan Mesir. Mesir menerima persenjataan berupa Tank Abrams dan F-16 jet tempur. Sedangkan Israel menerima $ 3 miliar pertahun semenjak tahun 1985 dalam bentuk hibah dan paket bantuan militer.

Adanya kontribusi Amerika Serikat konon katanya guna mengamankan posisi Timur Tengah agar Timur Tengah merasa berhutang Budi kepada AS. Dengan begitu, Amerika Serikat dapat memanfaat hal tersebut untuk mengambil minyak yang ada di Timur Tengah.

Sebab, negara Amerika serikat sangat bergantung pada minyak. Tidak hanya itu, hal tersebut juga dilakukan guna mengamankan posisi sekutunya Israel di Timur Tengah.

  1. Associated Principles

Associated Principles terdiri dari pengakuan penuh antara Israel dengan tetangganya yakni Mesir, Suriah, Yordania dan Lebanon. Tidak hanya itu, adanya penghapusan boikot ekonomi serta menjamin bahwa yuridiksi masing-masing negara akan memberikan perlindungan pada warga asing yang ada di negara tersebut.

Dampak Perjanjian Camp David

Respons dunia internasional mengenai perjanjian camp David atau perdamaian yang terpisah antara Mesir dan Israel sudah jelas. Perjanjian tersebut dipandang sebagai sinyal bahaya bahwa kebijakan luar negeri dari Amerika Serikat diarahkan dengan gaya NATO yang sangat kuat dengan menyimpan kekuatan militernya di Timur Tengah.

Syria serta Uni Soviet turut memberikan komentar atas adanya perjanjian tersebut. Mereka menilai bahwa perjanjian tersebut dapat mengakibatkan perang dunia ketiga. Hal ini selaras dengan komentar dari negara-negara lain.

Uni Soviet berkata bahwa perjanjian Camp David merupakan bentuk dari perwujudan politik imperialisme Amerika Serikat ke Timur Tengah. Selain itu, perjanjian tersebut dinilai sebagai usaha untuk memutuskan tali persahabatan antara dunia Arab dengan Uni Soviet.

Secara lebih lanjut, Syria mengatakan bahwa perjanjian tersebut dapat meningkatkan ketegangan di dunia Arab serta jika terjadi perang maka hal tersebut dapat mengarah kepada perang dunia ketiga. Pemerintahan Arab Saudi turut memberikan komentar akan perjanjian ini.

Pemerintahan Arab Saudi menganggap bahwa perjanjian tersebut mengkhianati umat muslim yang ada di Palestina. Sebab, dengan adanya perjanjian tersebut secara tak langsung mengakui keberadaan Israel di tanah Palestina. Maka dari itu, sudah seharusnya Israel yang menarik diri secara sepenuhnya dari tanah Palestina.

Menurut raja Husein sendiri dari Yordania, perjanjian tersebut dianggap sebagai pengkhianatan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan telah menyakiti hati orang-orang Arab.

Perjanjian Camp David dianggap hanya menguntungkan pada beberapa pihak saja yakni Mesir, Israel dan Amerika Serikat. Perjanjian ini tidak memerhatikan nasib rakyat Palestina. Bahkan dengan adanya perjanjian tersebut seolah hanya membagi kekuasaan kepada tiga negara saja.

Dari perjanjian ini, Mesir secara jelas mengakui bahwa Israel adalah sebuah negara. Tentunya pengakuan ini sangat fatal karena berakibat pada sempitnya tanah Palestina. Hingga sekarang masalah Palestina dan Israel masih belum selesai.

Masalah ini masih menjadi permasalah yang hangat untuk terus diperbincangkan meskipun tidak tau kapan selesai. Maka dari itu, Palestina sendiri mengutuk keras perjanjian ini. Selain itu, perjanjian ini menimbulkan trust issue masyarakat muslim dunia kepada bangsa Arab.

Menurut Yasser Arafat sebuah perjanjian yang palsu tidak akan pernah berlaku. Perjanjian Camp David pada akhirnya bukanlah sebuah perjanjian perdamaian melainkan pembagian kekuasaan dengan aktor utama Israel. Meskipun begitu, banyak masyarakat Amerika Serikat yang menganggap dirinya superior padahal mereka hanyalah sedang dikendalikan oleh Israel.

Israel dengan cerdik mengambil banyak keuntungan pada perjanjian. Meskipun banyak pihak yang pro kontra dengan perjanjian Camp David, perjanjian ini merupakan bagian dari sejarah dunia yang dapat kita ambil hikmahnya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn