Daftar isi
Pada dunia seni lukis, aliran seni lukis ekspresionisme sudah lama dikenal sebagai suatu gerakan seni rupa yang merupakan reaksi terhadap aliran impresionisme yang telah ada sebelumnya, serta adanya kecenderungan aliran kubisme oleh Paul Cezanne dan pointilisme George Seurat yang berkembang pada akhir abad ke-19. Ekspresionisme pertama kali lahir dan mulai dikenal pada abad 20 di Jerman dan dalam beberapa waktu lamanya berkembang disana.
Pengertian seni lukis ekspresionisme
Ekspresionisme adalah aliran seni rupa yang menganggap bahwa seni merupakan sesuatu yang keluar dari diri seniman, bukan dari peniruan penampakan alam dunia. Gerakan seni rupa ini dipelopori oleh beberapa seniman dunia seperti Vincent van Gogh, Edvard Munch, dan James Ensor, seniman-seniman inilah yang sangat berpengaruh pada munculnya aliran ekspresionisme.
Ciri-ciri dari aliran ekpresionisme tidak mengutamakan kemiripan objek yang dilukis, sapuan kuas yang berani dan ekspresif, serta menitikberatkan pada ekspresi individu seniman dibandingkan dengan peniruan alam.
Seniman ekspresionis menghiraukan berbagai teknik penciptaan formal untuk mendapatkan ekspresi yang lebih murni dan tanpa tekanan dari kepentingan ekstrinsik seni itu sendiri. Singkatnya dapat dikatakan bahwa ekspresionisme adalah aliran seni rupa yang menonjolkan ungkapan dari dalam jiwa tanpa menghiraukan berbagai teknik dalam seni itu sendiri.
Meskipun begitu, biasanya seorang ekspresionis tetap memiliki kemampuan teknis yang hebat dan sensitibilitas tinggi terhadap issue-issue seni. Baik secara langsung seperti mempelajarinya sendiri, maupun secara tidak langsung.
Yang berarti, terpengaruh dari lingkungannya yang kaya akan khazanah seni. Hanya saja aliran ini memang menentang teknik-teknik yang telah mapan sebelumnya dan memilih untuk menggunakan formulanya sendiri, gejala yang biasa terjadi dalam proses perkembangan seni.
Sejarah Ekspresionisme
Ekspresionisme adalah gerakan modernis yang muncul di awal abad ke-20 di Jerman dan Austria. Sementara kata ekspresionis sendiri telah digunakan sejak tahun 1850 dan pada lukisan yang dipamerkan pada tahun 1901 di Paris oleh seniman Julien-Auguste Hervé, yang diberi judul ekspresionisme.
Seni lukis beraliran ekspresionisme dirangkum berasal dari Negara Jerman yang banyak dikenalkan melalui karya-karya Seniman Lukis dari Tanah Bavaria tersebut. Ekspresionisme lahir dan menyeruak diseluruh Jerman sebagai suatu bentuk tanggapan terhadap kecemasan yang tersebar luas tentang hubungan manusia yang semakin “tidak harmonis” dengan alam dunia.
Hal ini diakibatkan berbagai konflik dan revolusi yang terjadi di berbagai Negara di daratan Eropa pada abad ke-19. Jika ditilik dari kelahirannya aliran ini mencemaskan perasaan kehilangan unsur keaslian dan spiritualitas dari seni yang hanya mengkopi.
Ekspresionisme muncul sebagai bagian dari reaksi terhadap impresionisme dan seni akademis klasik yang sudah mencapai puncak artistik yang mapan yang dianggap terlalu kaku karena hanya meniru alam. Aliran ekspresionisme lahir dipercaya bahwa diilhami oleh aliran Simbolisme pada seni abad ke-19.
Beberapa yang berkecimpung dalam kelahiran aliran seni ini antara lain Vincent van Gogh, Edvard Munch, dan James Ensor adalah seniman-seniman yang sangat memiliki pengaruh kuat terhadap kemunculan ekspresionisme. Hal ini berlangsung dari sekitar tahun 1905 hingga 1920 dan menyebar ke seluruh Eropa bahkan dunia. Pengaruhnya akan terasa sepanjang sisa abad ini dalam seni Jerman.
Kemunculan ekpresionisme terjadi di tengah-tengah perubahan teknologi baru dan upaya urbanisasi besar-besaran mengubah pandangan masyarakat dunia. Para seniman ekresionisme pada dasarny ingin mencerminkan dampak psikologis dari perkembangan tersebut.
Cara yang mereka lakukan adalah dengan menjauh dari meniru apa yang para seniman lihat, ke arah ekspresi emosional dan psikologis tentang bagaimana dunia mempengaruhi pemikiran para seniman ekspresionis dalam karyanya. Akar ekspresionisme dapat ditelusuri ke seniman post-impresionisme seperti Vincent Van Gogh.
Penggunakan kata atau istilah “Ekspresionisme” diperkirakan diciptakan pada tahun 1910 oleh sejarawan seni asal Ceko, Antonin Matejcek, yang bermaksud untuk menunjukkan karya yang tampak kebalikan dari aliran impresionisme.
Para impresionis berusaha untuk mengekspresikan keindahan alam dan wujud manusia melalui lukisannya. Berbeda jauh dengan para seniman ekspresionis justru hanya berusaha untuk mengekspresikan dunia yang diingat dan dirasakan olehnya.
Pada mulanya penggunaan istilah aliran ekspresionisme juga pada awalnya sering digunakan untuk mengkategorikan para seniman post-impresionisme. Hal inilah yang menyebabkan Vincent Van Gogh juga sering disebut sebagai pengusung aliran ekspresionisme. Vincent sendiri juga dapat dikatakan sebagai seorang ekspresionis, karena karya dan usahanya merupakan salah satu tokoh penting dari kemunculan aliran ini.
Ciri-Ciri Ekspresionisme
Ekspresionisme memiliki ciri-ciri yang sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan aliran lainnya. Beberapa ciri dari aliran ekspresionisme antara lain:
- Lukisan ekspresionisme tidak mengutamakan kemiripan atau kenaturalan objek yang dilukis
- Pada hasil seni lukis ekspresionisme sapuan kuas tampak sangat berani, tidak malu-malu dan ekspresif
- Teknik yang digunakan untuk menggambar tampak naif, namun tetap memiliki komposisi yang indaj sehingga dapat menciptakan lukisan yang enak dipandang
- Aliran ekspresionis lebih mementingkan ekspresi individu seniman dibandingkan dengan peniruan alam
- Menggunakan warna sebagai simbol untuk suatu hal, bukan sebagai pewarna objek
- Secara tegas ekspresionis menolak ideologi modern yang berlebihan dan memberikan imbas semakin tidak memanusia
- Mencemaskan keorisinalitasan seni terhadap imitasi alam
Tokoh dan Karya dari Ekspresionisme
Aliran ekresionisme sendiri melahirkan banyak seniman didalamnya baik seniman luar negeri maupun seniman dalam negeri. Berikut adalah beberapa tokoh yang memiliki untuk menekuni bidang seni lukis aliran ekspresionisme baik dari luar negeri maupun dalam negeri yang memiliki kiprah sangat fenomenal dalam seni lukis ekpresionisme:
1. Edvard Munch
Edvard Munch adalah seorang seniman yang dikenal dalam karyanya dimana selalu mengangkat issue-issue kematian yang berhubungan dengan penyakit kronis, pembebasan stigma seksual, dan aspirasi religius.
Munch mengungkapkan wacana tersebut melalui karya-karyanya yang semi abstrak, subjek misterius dan warna simbolis yang intens. Munch memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Ayahnya. Dalam setiap karyanya banyak sekali gambaran dari hasil pemikiran Munch terhadap apa yang Ayahnya pikirkan tentang kematian Ibunya. Salah satu lukisannya yang terkenal adalah The Scream.
The Scream adalah salah satu lukisan Munch yang merupakan potret dirinya sendiri yang sedang berjalan bersama kedua temannya di trotoar yang menghadap ke kota Oslo. Munch baru saja pulang atau sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit jiwa, dimana kakak perempuannya Laura Catherine sedang dirawat. Hal ini dijelaskan sendiri oleh pernyataan Munch yang menjelaskan tentang maksud dan isi lukisan The Scream.
Banyak para kritikus seni yang memuji karya Munch The Scream atas kekaburan aliran yang telah dihasilkan. Langit dan awan pada lukisan ini mengingatkan kita pada karya Starry Night dari Van Gogh. Namun, pada lukisan ini juga dapat menemukan elemen estetika dari aliran Fauvisme, Ekspresionisme, dan Surealisme yang muncul secara berbarengan.
2. Ernst Ludwig Kirchner
Ernst Ludwig Kirchner sosoknya dikenal sebagai pemimpin kelompok seni Die Brücke yang berkembang di Dresden dan Berlin sebelum Perang Dunia I. Kirchner dianggap sebagai salah satu seniman ekspresionisme yang paling berbakat di Jerman.
Kiprahnya dalam membentuk kelompok tersebut karena termotivasi oleh pandangan manusia di dunia modern dan perasaan kehilangan wacana spiritualitas dan orisinalitas. Kirchner sendiri menolak gaya akademik dan ide dari dunia modern yang dianggap semakin tidak memanusiakan manusia.
Saat terjadinya Perang Dunia Kirchner mengasingkan diri di Davos, Swiss. Ditempat inilah Kirchner menghasilkan banyak karya lukis namun karyanya tidak berhasil menarik perhatian dunia seni mainstream Jerman.
Ketika Nazi menguasai Jerman di awal tahun 1930-an Kirchner juga menjadi korban kampanye Nazi yang ingin memusnahkan perkembangan seni lukis pada saat itu dengan mneyebut sebagai “Kemerosotan Seni”. Depresi dan tertekan yang membuat Kirchner mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Salah satu hasil harya Kirchner yang sangat terkenal adalah Marzella.
Lukisan ini menggambarkan seorang gadis bernama Marzella, putri dari seorang janda yang bekerja di sirkus yang Kirchner kunjungi. Marzella adalah penggambaran yang sangat jelas tampak provokatif terhadap seorang gadis muda yang bahkan belum melewati masa pubernya.
Warna-warna kontras yang tidak wajar pada wajahnya, dan bahasa tubuh posenya yang menirukan pose dewasa membuat suatu simbol kedewasaan yang dipalsukan. Ernst mungkin prihatin dengan keadaan anak-anak yang kehilangan masa kanak-kanaknya karena imbas dari kehidupan modern yang saat itu berkembang dengan pesat.
Lukisan Marzella adalah salah satu teknik sketsa cepat yang digunakan oleh anggota Die Brücke. Teknik ini dianngap oleh para anggota Die Brücke dapat menangkap ekspresi dan jiwa sebenarnya dari subjek. Melalui sapuan kuas yang spontan, seluruh ekspresi alami dari model akan tergambar lebih murni. Lukisan ini juga menunjukkan pengaruh Edvard Munch pada karya Kirchner, karena komposisi lukisan ini tampaknya didasarkan dari apresiasinya terhadap karya Puberty (1892) oleh Munch.
3. Affandi Koesoema
Affandi lahir di Cirebon, Indonesia atau yang masih dikenal dengan sebutan Hindia Belanda pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema yang berprofesi sebagai mantri ukur di pabrik gula Ciledug. Affandi hanya menyelesaikan pendidikannya hingga AMS (Algemene Middelbare School) setara dengan SMA.
Affandi adalah seorang pelukis ekspresionis yang berasal dari Indonesia. Affandi sendiri terkenal dengan teknik khas menumpahkaan cat dari tube-nya langsung pada kanvas. Pelukis satu ini menyebut dirinya sendiri sebagai “Pelukis Kerbau” yang secara eksplisit berarti terlalu bodoh untuk menjadi seniman.
Namun dalam perjalanan karirnya Affandi tetap mampu memahami dan menggeluti bidang seni rupa. Affandi adalah tipe seniman yang lebih senang mempelajari sesuatu dengan cara langsung terjun menggelutinya.
Pelukisa satu ini adalah seniman yang pengaruhnya cukup besar pada perkembangan seni rupa Indonesia. Affandi juga sempat ikut andil dalam perjuangan negeri ini dalam meraih kemerdekaannya melalui dunia seni. Salah satu karya lukisan Affandi yang terkenal adalah yang berjudul “Potret Diri”.
Salah satu lukisan Affandi yang mencuri perhatian banyak pihak adalah yang berjudul potret diri. Pada lukisan ini fokus utama terletak pada wajah sosok laki-laki tua yang merupakan dirinya sendiri. Komposisi lukisan terdiri dari garis-garis melengkung, bergelombang, tebal, berantakan dan bertekstur kasar.
Warna yang digunakan sangatlah kontras dan hangat. Tampak jelas dari lukisan ini adalah suasana hati pelukis yaitu terkesan sangat spiritual dan emosional (berkontemplasi, bukan marah). Subjeknya adalah cerminan diri yang sudah tua karena memiliki rambut putih dan kepala yang hampir botak.
Potret tampak sedang menghisap pipa tembakau, yang bisa jadi menunjukan insting self destruction yang makin menjadi pada usianya yang sudah tidak lagi muda. Meskipun begitu melalui tumpahan catnya, Affandi masih menunjukkan gairah estetis yang membara pada masa tuanya.
4. Popo Iskandar
Popo Iskandar atau yang lebih sering dipanggil dengan nama panggilan Popo adalah seniman kelahiran Garut pada 18 Desember 1926 dan meninggal pada 29 Januari 2000. Pada tahun 1947, Popo Iskandar belajar dari seniman Hendra Gunawan dan Barli Saminta Winata.
Popo memelajari seni lukis dan merupakan lulusan dari Jurusan Seni Rupa, Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1958. Popo Iskandar sendiri juga dikenal sebagai akdemisi di ITB dari tahun 1957 hingga 1961, sebelum berpindah dan mengajar Pendidikan Seni di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung dari tahun 1961 hingga 1993.
Popo telah menuliskan sejumlah essai dan kritik seni dan telah dicetak di sejumlah media di Indonesia antara tahun 1958 dan 1995. Popo merupakan pelukis yang memiliki gaya melukis ekspresif, terlebih untuk ekspresi figuratifnya yang telah menjadi panutan untuk generasi pelukis setelahnya. Lukisan kucing berikut adalah salah satu hasil karya dari Popo Iskandar.
5. Egon Schiele
Egon Schiele adalah seorang pelukis berkebangsaan Autria yang lahir pada 12 Juni 1890 dan wafat pada 31 Oktober 1918. Schiele adalah seorang pelukis figuratif utama pada awal abad ke-20.
Karyanya dikenal karena intensitasnya dan seksualitas, dan beberapa lukisan diri artis yang diproduksi, termasuk lukisan diri telanjang. Guru utama Schiele terhadap seni lukis ekspresionisme adalah Cristian Griepenkerl. Berikut adalah beberapa karya Schile yang berkaitan dengan lukisan diri.
6. Heinrich Campendonk
Heinrich Campedonk adalah seorang pelukis yang lahir di Jermana pada 3 November 1889 di Krefeld. Sekalipun lahir di Jerman, Campendonk adalah seorang warga negara Belanda. Campendonk wafat pada 9 Mei 1957 di Amsterdam, Belanda.
Ayahnya bernama Heinrich Gottfried Campendonk dan ibunya bernama Catharina. Ayahnya menjalankan sebuah bisnis kecil dan bisnisnya sempat berada dalam masa kesulitan keuangan. ada tahun 1904 Campendonk meninggalkan Fünfzehnjährige den Besuch der Oberrealschule dan bekerja di Fachschule für Textilkunde milik Fredel.
Saat Nazi mulai menguasai Jerman keluarga Campendonk memutuskan pergi beremigrasi. Pada tahun Heinrich Campedonk 1935 diperkenankan mengajar di Rijksacademie van beeldende Kunsten di Amsterdam. Berikut adalah hasil karya Heinrich dalam bidang seni ekspresionisme.
7. Rolf Nesch
Rolf Nesch adalah salah satu seniman kelahiran Oberesslingen 7 Januari 1893 di Jerman dan wafat pada 28 Oktober 1975 di Oslo, Norwegia. Selain terkenal sebagai pelukis ekspresionisme, Nesch juga dikenal sebagai seniman metal.
Nesch mengawali karirnya di dunia seni lukis ketika sedang duduk di bangku sekolah seni di Stuttgart dan Dresden, Jerman. Karya lukisnya terpengaruh dari gaya ekspresionis Ernst Ludwig Kirchner dan seorang seniman ekspresionisme Norwegia bernama Edvard Munch. Nesch sendiri berpindah ke Norwegia untuk berlindung dari pasukan Nazi pada tahun 1933. Berikut adalah beberapa hasil seni lukis yang dihasilkan.