Terjadinya Siberian Trap ini telah diungkapkan oleh ilmuwan setelah mereka menemukan lonjakan jumlah nikel. Unsur yang terbentuk oleh magma vulkanik tersebut dalam bebatuan yang berasal dari periode yang dikenal sebagai Great Permian Extinction.
Unsur tersebut sudah banyak ditemukan di negara-negara di seluruh dunia, termasuk China, Israel, dan Hungaria. Banyaknya sulfur dioksida dan karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer, menyebabkan kepunahan massal. Kala itu suhu Bumi sempat turun menjadi beberapa derajat, sebelum akhirnya menghangat hingga minus 10 derajat Celcius dan telah memicu terjadinya hujan asam.
Pada saat bersamaan, interaksi eksplosif antara magma dengan endapan batu bara yang lebih tua bisa mengeluarkan karbon dioksida dan metana dalam jumlah yang besar. Rekan penulis dan dosen di departemen Ilmu Lingkungan di Barnard College, Sedelia Rodriguez, juga telah menambahkan jika temuan baru itu memberikan sebuah bukti lebih lanjut jika letusan Siberian Trap menjadi katalisator peristiwa kepunahan massal terbesar yang pernah dialami oleh planet Bumi.
Proses Terjadinya Siberian Traps
Sekitar 252 juta tahun silam, planet Bumi telah mengalami sebuah perubahan yang sangat drastis dengan cara yang cukup mengerikan. Aktivitas gunung api besar yang pada waktu itu berlangsung di Siberia yang membungkus Bumi dalam selubung tebal abu hampir satu juta tahun lamanya.
Peristiwa tersebut telah membunuh sebagian besar kehidupan Bumi yang ada pada saat itu. Peristiwa ini, disebut dengan The Great Dying atau kematian besar yang menjadi kepunahan paling parah yang pernah dialami Bumi. Diperkirakan jika, 96 persen dari spesies laut musnah dan menyapu 70 persen semua vertebrata yang hidup di darat.
Aktivitas letusan gunung berapi yang sangat kuat tersebut menciptakan sebuah wilayah besar yang terbuat dari bebatuan vulkanik yang kita kenal dengan Perangkap Siberia (Siberian trap) atau banjir basal. Wilayah tersebut pastinya terbentuk dari 1,5 juta kilometer kubik lava yang dimuntahkan oleh retakan vulkanik di kerak Bumi.
Wilayah ini terbentuk atas peristiwa letusan gunung vulkanik masif dahsyat yang terjadi 500 Juta tahun yang lalu dan peristiwa ini kembali terulang pada 250 juta tahun yang lalu. peristiwa inilah yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kepunahan massal Permian-Triassik.
Sumber batuan basalt dari Siberia Traps juga dikaitkan dengan adanya mantle plume dimana naik sampai berdampak pada bagian bawah kerak bumi, sehingga menyebabkan terjadinya letusan gunung berapi melalui Siberia Kraton. Hal ini telah memberikan gambaran ketika lempeng litosfer Bumi bergerak di atas mantel plume dan plume tersebut menghasilkan Siberian Traps pada periode Permian dan Triassik.
Kemudian akhirnya itulah yang menghasilkan aktivitas vulkanik di dasar Samudra Arktik pada periode Jurassic dan kapur serta menghasilkan aktivitas vulkanik di Islandia. Penyebab lainnya mungkin ialah adanya pembentukan kawah tanah wilkes di Antartika. Selain itu, penyebab dari adanya lempeng tektonik lainnya juga dapat diperkirakan telah turut mempengaruhinya.
Selain batuan basalt, batuan felsik dan mafik juga ditemukan yang diperkirakan akibat adanya erupsi yang terjadi secara bersamaan dengan menciptakan sebagian besar lapisan basaltik. Siberian Traps dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan komposisi kimia, stratigrafi, dan petrografi-nya yang dianggap sebagai penyebab peristiwa kepunahan massal Permian-Trias yang terjadi sekitar 250 juta tahun yang lalu. Namun, terdapat dugaan bahwa peristiwa kepunahan massal tersebut disebabkan oleh beberapa peristiwa yang lebih besar, seperti dampak asteroid.
Dampak Letusan
Aktivitas vulkanik tersebut sudah membangkitkan Methanosarcina sebagai bakteri penghasil metana yang melepaskan gas metana hingga menutupi seluruh atmosfer bumi. Sejumlah besar metana yang dilepas ke atmosfer Bumi yang pada akhirnya telah mengubah siklus karbon Bumi berdasarkan pengamatan.
Contohnya seperti, peningkatan yang signifikan dari reservoir karbon anorganik di lingkungan laut. Selain itu, lahar yang keluar dari perut gunung api membuat banjir yang menutupi seluruh daratan Siberia yang seluas jutaan kilometer serta mengubah suhu temperatur di bumi. Sehingga, hal inilah yang menyebabkan kepunahan massal terparah yang pernah dialami oleh Bumi.
Aktivitas vulkanisme yang terjadi di Siberian Traps juga menghasilkan sejumlah besar magma yang keluar dari dalam kerak bumi. Kemudian, selama jutaan tahun magma ini akan mendingin dan mengeras meninggalkan jejak batuan vulkanik permanen.
Pada masa kini daratan tersebut ditutupi dengan batuan basalt seluas 7 juta kilometer persegi dengan volume 4 juta kilometer kubik. Daratan Norilsk dan Talnakh paling banyak mengandung unsur Nikel, Tembaga, dan Paladium yang dulunya daerah tersebut merupakan tempat dimana magma mengalir.
Peristiwa kepunahan ini disebut dengan The Great Dying, karena mempengaruhi semua kehidupan di Bumi. Dan diperkirakan jika peristiwa ini telah membunuh sekitar 95% dari semua spesies makhluk hidup pada masa itu. Beberapa peristiwa bencana tersebut selalu berdampak pada Bumi yang terus saja berulang di Bumi hingga enam juta tahun setelah kepunahan awal terjadi.
Seiring berjalannya waktu, sebagian kecil makhluk hidup yang selamat dari kepunahan massal tersebut, populasinya akhirnya meningkat kembali. Dan mulai berkembang dengan tingkat trofik yang rendah hingga tingkat trofik yang lebih tinggi yang dapat tumbuh kembali.
Perhitungan suhu air laut dari pengukuran telah menunjukkan jika pada puncak kepunahan, Bumi sebenarnya telah mengalami pemanasan global yang sangat panas dan mematikan. Di mana suhu lautan global pada masa itu melebihi suhu 40 °C dan diperlukan waktu yang sangat lama, sekitar delapan hingga sembilan juta tahun agar ekosistem kembali pulih.