3 Sikap Kritis dalam Menghadapi Ketimpangan Sosial

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Secara sederhana, ketimpangan sosial dapat diartikan sebagai ketidakadilan atau ketidaksetaraan kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada. Sumber daya yang dimaksud adalah kebutuhan primer dan sekunder, seperti pangan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, peluang usaha, serta pekerjaan.

Contoh ketimpangan sosial dapat dilihat dari perbedaan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang ada di perkotaan dengan di pedesaan. Di perkotaan, layanan kesehatan dan pendidikan sangat memadai serta dapat ditemui dengan mudah.

Sementara itu, di pedesaan layanan kesehatan seperti puskesmas masih jarang dijumpai dan alat-alat kesehatan yang ada sedikit dan tidak memadai seperti di wilayah perkotaan.

Agar ketimpangan sosial tidak semakin meluas dan dampak yang ditimbulkan tidak semakin parah, maka dibutuhkan sikap kritis pada setiap diri individu. Sikap kritis merupakan sikap yang tidak mudah percaya pada perkataan orang lain, selalu mempertanyakan segala hal, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, dan mempunyai kemampuan untuk mengatasi setiap permasalahan.

Dengan tumbuhnya sikap kritis tersebut, masyarakat diharapkan dapat menanggapi informasi yang diperoleh, peka terhadap fenomena sosial yang terjadi, dapat bersikap idealis, dan berani bertindak.

Sikap kritis sangat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, karena dapat meminimalisir gejala konflik akibat ketimpangan sosial.

Berikut adalah penjelasan mengenai tiga sikap kritis yang harus ditanamkan untuk menghadapi ketimpangan sosial.

1. Toleransi dalam Menghargai Perbedaan

Dampak yang ditimbulkan dari ketimpangan sosial yaitu adanya kecemburuan sosial, prasangka-prasangka, dan sikap sentimen yang memicu terjadinya konflik sosial. Oleh karena itu, sikap yang perlu dijunjung tinggi agar dampak-dampak tersebut tidak terjadi adalah toleransi.

Toleransi diartikan sebagai sikap tenggang rasa yaitu menghargai, membiarkan, dan membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, serta perilaku yang berbeda dari setiap kelompok sosial.

Sikap ini harus dimiliki oleh setiap individu, karena selain untuk menghadapi ketimpangan sosial, tolerensi juga perlu dipraktikkan demi menghindari terjadinya disintegrasi sosial atau perpecahan akibat konflik horizontal dan vertikal dalam masyarakat.

2. Mengembangkan Sikap Empati Sosial

Empati merupakan kelanjutan dari sikap toleransi. Apabila toleransi diartikan sebagai sikap saling menghormati perbedaan, maka empati merupakan sikap memahami perberdaan, merasakan masalah atau beban yang dipikul oleh orang lain, dan menempatkan diri dalam situasi yang dihadapi orang lain.

Sikap empati sangat berguna untuk menyikapi berbagai perbedaan akibat adanya ketimpangan sosial. Hal tersebut dikarenakan anggota masyarakat yang mempunyai sikap empati dapat saling memahami dan membantu satu sama lain. Tidak hanya itu, empati juga dapat menyingkirkan sikap sombong, egois, dan merendahkan orang lain.

Contoh sikap empati yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu sekelompok remaja SMA dengan suka rela menyumbangkan sebagian besar tabungan mereka untuk masyarakat kurang mampu atau korban bencana alam. Dalam praktiknya, empati tidak hanya memberikan bantuan berupa barang atau uang saja, tetapi juga bisa dalam bentuk jasa.

3. Menumbuhkan Filantropi Sosial

Filantropi merupakan salah satu istilah dalam bahasa Indonesia yang dimaknai sebagai kedermawanan dan cinta kasih terhadap sesama. Filantropi digambarkan sebagai perilaku yang memiliki rasa kepedulian tinggi untuk membantu sesame. Hal ini dilakukan sebagai penghubung jurang pemisah antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin.

Konsep filantropi berkaitan erat dengan rasa kepedulian, solidaritas, dan relasi sosial antara orang miskin dengan orang kaya, antara orang yang beruntung dengan orang yang tidak beruntung, serta antara orang berkuasa dengan orang yang memiliki keterbatasan.

Apabila diartikan secara luas, filantropi tidak hanya berhubungan dengan kegiatan berdermawanan saja, tetapi juga berkaitan dengan efektivitas sebuah kegiatan memberi, baik material maupun non-material.

Kegiatan filantropi sosial berfungsi sebagai cara untuk memperkecil jarak antara kelompok masyarakat kaya dengan masyarakat miskin. Oleh karena itu, kegiatan ini diharapkan dapat memperkecil dampak ketimpangan sosial dan mendorong perubahan dalam masyarakat.

Contoh filantropi sosial adalah bersedekah kepada masyarakat yang kurang mampu, anak yatim, atau korban bencana alam. Dalam agama Islam, filantropi dapat berwujud pemberian zakat, infaq, dan sedekah kepada golongan yang membutuhkan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn