Sistem Reproduksi Euplectella Aspergillum

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Euplectella Aspergillum merupakan termasuk hewan dalam filum porifera. Filum porifera termasuk ke dalam hewan yang tidak memiliki tulang belakang atau invertebrata. Terdapat 5000 spesies porifera yang tersebar di seluruh laut. Ciri khas dari hewan ini adalah memiliki pori-pori yang berbentuk seperti saluran air.

Euplectella Aspergillum atau keranjang bunga venus ini biasanya ditemukan di Samudera Pasifik dengan kedalaman 500 meter. Euplectella Aspergillum erupakan spons laut yang mendapatkan makanan dengan cara menangkap plankton dan salju laut.

Euplectella Aspergillum

Biasanya untuk mendapatkan plankton atau salju laut mereka akan menyaring air laut. Ukuran tinggi spons laut ini sekitar 10 cm hingga 30 cm. Tubuh Euplectella Aspergillum memiliki fungsi sebagai pelindung bagi udang mutualisnya. Tempat tinggal hewan ini biasanya di daerah bebatuan yang ada di dasar laut bentik dengan cara menempel pada substrat yang keras.

Bentuk tubuh dari Euplectella Aspergillum seperti tabung yang mirip dengan keranjang sehingga hewan ini kerap dinamakan keranjang bunga venus. Banyak sekali lubang yang mengelilingi tubuhnya. Secara umum hewan porifera melakukan reproduksi dengan dua cara yakni seksual dan aseksual. Begitupun yang terjadi pada Euplectella Aspergillum.

Reproduksi Seksual Euplectella Aspergillum

Reproduksi seksual Euplectella Aspergillum

Euplectella Aspergillum memiliki sifat hermafrodit yang artinya akan menghasilkan sel jantan dan sel betina dalam waktu yang berbeda. Sperma pada Euplectella Aspergillum ditemukan di dalam jaringan ikat dan dilukiskan sebagai sekawanan teragregasi dalam pelengkap yang sangat halus seperti halnya benang.

Tidak seperti hewan lainnya, Euplectella Aspergillum ternyata tidak memiliki gonad atau alat kelamin. Sel sperma dihasilkan melalui koanosit sedangkan sel telur dihasilkan oleh amoebosit. Spons laut atau Euplectella Aspergillum akan menghasilkan sperma ke air untuk selanjutnya berjumpa dengan sel telur.

Archoasit dan koanosit kemudian akan berkembang menjadi gamet dan akan terjadi pembuahan sama seperti yang terjadi pada hewan lapisan tinggi. Sperma akan masuk ke dalam spons lewan inhalsi yang kemudian akan terjadi pembuahan pada sel telur.

Sperma dapat terbawa oleh arus dan sel telur yang disimpan pada organisme lain dapat dilakukan pembuahan. Pembuahan yang terjadi pada Euplectella Aspergillum dapat dipengaruhi oleh sel pembawa dan amoebosit sehingga proses pembuahan tidak hanya melibatkan sel telur dan sel sperma saja.

Kemudian sel sperma dan sel pembawa akan menuju ke sel telur yang kemudian akan terbentuk sitosom yang berfungsi untuk menelan sel sperma dan sel pembawa. Telur yang telah dilakukan pembuahan selanjutnya akan mencari tempat untuk menempel dan tumbuh menjadi individu baru.

Zigot selanjutnya akan melalui fragmentasi holoblastik radial yang akan membentuk sel yang serupa dari segi bentuk dan ukuran. Kemudian embrio akan membentuk larva yang nantinya akan berenang bebas di laut. Embrio yang tumbuh menjadi larva amfblastula.

Larva amfiblastula selanjutnya akan keluar dari mesohil bersamaan dengan aliran air akan keluar Setelah melalui beberapa proses, larva kemudian akan berkembang menjadi spons baru.

Di daerah dengan iklim sedang, Euplectella Aspergillum akan bertahan hidup hingga berusia 200 tahun atau lebih. Proses reproduksi seksual yang terjadi pada Euplectella Aspergillum biasanya akan dilakukan saat berusia beberapa minggu namun ada pula yang melakukannya bertahun-tahun.

Reproduksi Aseksual Euplectella Aspergillum

Reproduksi aseksual Euplectella Aspergillum

Proses reproduksi aseksual pada umumnya dilakukan melalui 3 cara yakni tunas, gemula dan fragmentasi. Adanya gelombang air ternyata dapat memotong bagian tubuh hewan ini sehingga bagian tubuh hewan akan melakukan regenerasi atau pertumbuhan kembali.

  • Proses reproduksi aseksual secara fragmentasi

Proses pertumbuhan kembali pada bagian tubuh yang hilang atau rusak dapat terjadi jika sel kolensit. Sel kolensit memiliki fungsi untuk memproduksi mesohil serta amoebosit yang dapat memproduksi sel-sel lainnya. Hal inilah yang kemudian dinamakan dengan fragmentasi.

Fragmentasi merupakan cara berkembang biak aseksual dengan jalan membelah diri menjadi beberapa bagian. Bagian yang membelah diri inilah yang kemudian akan menjadi individu baru. Fragmentasi dapat dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja yang diakibatkan karena kerusakan.

Hewan yang dapat melalukan fragmentasi merupakan hewan yang dapat memutuskan bagian tubuhnya. Salah satunya adalah Euplectella Aspergillum. Proses fragmentasi harus dibarengi dengan kemampuan regenerasi. Kemampuan regenerasi dapat menumbuhkan kembali bagian-bagian tubuh yang diputus atau mengalami kerusakan. Bagian tubuh yang hilang inilah kemudian akan menjadi individu baru.

  • Proses reproduksi aseksual secara tunas

Sementara itu, tunas merupakan pelepasan sel amoebosit dari induknya yang kemudian membentuk sel-sel baru. Pembentukan sel baru ini diartikan sebagai cara melakukan reproduksi secara aseksual. Pembentuk sel baru dengan cara tunas biasanya akan menghasilkan individu yang sama dengan sel induknya.

Ketika dewasa Euplectella Aspergillum akan menghasilkan tunas kecil pada tubuhnya. Tunas inilah yang kemudian akan melepaskan diri dari induknya dan membentuk individu baru. Individu baru ini nantinya akan berkembang menjadi Euplectella Aspergillum.

  • Proses reproduksi aseksual secara gemula

Gemula diartikan sebagai sel penyelamat karena sel ini ada setelah adanya bagian tubuh yang hilang ataupun rusak pada Euplectella Aspergillum. Gemula akan dihasilkan banyak ketika spons laut akan mati.Gemula sendiri terdiri atas cangkang spongin yang dikuatkan dengan spikula dan sekumpulan amoebosit dan cadangan makanan.

Saat lingkungan sekitar berbahaya atau ekstrem, gemula akan tidur agar terhindar dari cuaca yang ekstrem seperti terlalu dingin, terlalu kering, kurangnya oksigen dan meningkatnya kadar garam. Baru saat keadaan sudah kembali normal, ia akan mencari tempat untuk menempel.

Kemudian gemula akan berkecambah dan amoebosit akan berubah menjadi lapisan terluar dan cangkangnya akan lepas. Sisa-sisa dari amoebosit ini akan berubah menjadi sel-sel lain yang kemudian akan membentuk individu baru.

Biasanya gemula akan terbentuk saat musim gugur atau musim kemarau. Sementara itu, untuk pertumbuhan gemula terjadi ketika musim dingin atau musim hujan. Proses reproduksi aseksual yang terjadi pada Euplectella Aspergillum dilakukan dengan cara amoebosit menempel pada spons yang telah rusak.

Selanjutnya amoebosit akan dikelilingi oleh sel-sel epitel dan ketika spons yang rusak tiada maka akan tumbuh hewan dari jenis Euplectella Aspergillum. Selain itu, terdapat pula gemula yang hidup di dalam induknya sehingga tidak dapat diketahui dengan jelas apakah akan tumbuh individu baru.

fbWhatsappTwitterLinkedIn