Daftar isi
Berikut ini akan kami berikan penjelasan tentang Tujuan Pendidikan IPS.
1. Sebagai Pewarisan Nilai Kewarganegaraan (Citizenship Transmission)
IPS sebagai pewarisan nilai-nilai kewarganegaraan tujuan utamanya adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik. Nilai dan budaya bangsa akan dijadikan landasan untuk pengembangan bangsanya.
Setiap bangsa atau negara mendidik warganya berdasarkan nilai dan budaya yang dimilikinya. Misalnya, Indonesia mencita-citakan anak-anak bangsanya menghormati budayanya, kelompok-kelompok agama menginginkan para penganutnya untuk mengamalkan ajaran agamanya, dalam kaitannya dengan demokrasi Pancasila kita menginginkan masyarakat mengamalkan nilai demokrasi.
Seorang guru harus mempersiapkan anak didiknya dengan nilai-nilai demokrasi Pancasila yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, dalam kaitan transformasi nilai-nilai kewarganegaraan tujuan IPS adalah menjadikan anak didik menjadi warga negara Indonesia yang baik.
Menurut R.Barr, dalam citizenship transmission tradition, nilai-nilai tertentu yang dipandang sebagai ”nilai-nilai yang baik” ditanamkan dalam upaya untuk mengajari siswa menjadi warga negara yang baik. Tradisi ini biasanya menggunakan pendekatan indoktrinasi atau inkulkasi.
2. Sebagai Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial
Ketika Ilmu Pengetahuan Sosial diajarkan sebagai Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, terdapat dua pemahaman tentang persfektif ini .
- Pertama : IPS diajarkan sebagai Ilmu-ilmu Sosial secara terpisah (separated approach)
- Kedua : IPS diajarkan sebagai ilmu –ilmu sosial secara terpadu (integrated approach)
Menurut pendapat pertama, tujuan utama dari IPS diajarkan sebagai ilmu-ilmu sosial adalah mendidik anak untuk memahami ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial objek kajianya adalah perilaku dalam kaitannya dengan usaha manusia memenuhi kebutuhan hidup, lingkungan, kekuasaan, dan lain-lain.
Ilmu-ilmu sosial yang terdiri atas ekonomi, antropologi, geograpi, sejarah, politik, sosiologi, dan psikologi, merupkan bahan yang disampaikan kepada siswa sesuai dengan ciri masing-masing, yang biasanya disampaikan dengan terpisah (separated approach). Pendapat ini lebih suka melihat IPS diganti dengan ilmu-ilmu social , seperti Sejarah, Geographi, Ekonomi, atau disiplin ilmu lainnya yang berdiri sendiri.
Menurut Pendapat yang kedua, sebaliknya, menghendaki IPS diajarkan sebagai kombinasi dari berbagai disiplin ilmu –ilmu sosial ( seperti ekonomi, geographi, sosiologi, antropopologi, dan lain-lain) yang mengkaji masalah-masalah di sekitar lingkungan masyarakat (environmental studies).
Kelompok kedua memberikan alasan mengapa IPS harus diajarkan dengan mengkombinasikan atau menggabungkan beberapa disiplin ilmu. Kelompok kedua ini memberikan alasan, bahwa sungguh tidak realistis mengharapkan para guru khususnya guru Sekolah Dasar untuk mengajar Ilmu-Ilmu Sosial.
Bila dikaitkan dengan kondisi ril di lapangan, maka tuntutatn ini terlalu berlebihan. Kita masih banyak melihat kekurangsiapan para guru mendalami ilmu-ilmu sosial dimana sistem guru kelas masih tetap berlangsung.
Sebagian guru lebih menguasai salah satu disiplin ilmu sosial tertentu, ada guru yang kurang menguasai Sejarah tetapi lebih menguasai ilmu sosial lainnya, atau sebaliknya.
3. Sebagai Reflective Inquiry
Ketika IPS diajarkan sebagai reflective inquiry, maka penekanan yang terpenting adalah bagaimana kita memberikan motivasi agar siswa dapat berpikir. Guru membantu siswa untuk menggunakan pikirannya secara logis dan mengadakan penelitian secara ilmiah untuk mendapatkan jawaban atas issu-issu, pertanyaan-pertanyaan, atau masalah-masalah yang diajukan.
Guru tidak mengajar siswa untuk menghapalkan issu atau masalah tersebut, tetapi mengevaluasi bahan-bahan tersebut secara kritis. Menurut Hoge (1996), pengajaran inquiry adalah pengajaran yang membantu siswa untuk menguji pertanyaan-pertanyaan, issu-issu, atau masalah yang dihadapi siswa dan sekaligus menjadi perhatian guru.
Dalam pengajaran inquiry siswa menjadi seorang investigator dalam mencari ilmu, sedangkan guru berfungsi sebagai pembantu investigator (coinvestigator).
4. Sebagai Pengembangan Pribadi Siswa
Tujuan yang utama dari IPS ialah mengembangkan seluruh potensi siswa baik pengetahuan, fisik, social, dan emosinya. Siswa yang potensinya tersalurkan secara baik ia memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Woolover dan Scoot, 1987).
Karena itu, IPS juga dituntut untuk mengembangkan supaya siswamudah bekerja sama dengan yang lain, mampu merancang sebuah tujuan dan merealisasikannya, serta memiliki kemampuan memecahkan persoalan secara baik. Mengembangkan sikap kepedulian terhadap kesehatan dirinya (jiwa dan raganya), memiliki kemapuan membaca dan matematika yang baik, serta memiliki ketrampilan. Jadi tujuan dari IPS ialah mental, jiwa, dan fisik anak supaya menjadi anggota masyarakat produktif.
Untuk mengembangkan potensi siswa tersebut maka pendekatan guru harus lebih bersifata child centered(berpusat kepada anak) ketimbanga subject centered (berpusat pada materi pelajaran ) dalam mengajar IPS.
5. Sebagai Proses Pengambilan Keputusan dan Tindakan Sosial Yang Rasional
Tujuan utama dari IPS ialah bagaimana siswa diajari untuk dapat membuat keputusan dan tindakan yang rasional (Banks,1985). Untuk dapat membuat keputusan yang rasional maka ia harus memiliki ketrampilan intelektual yang paling tinggi., hal ini digunakan untuk menjawab pertanyaan dan persoalan baik yang datangnya dariindividu maupun dari masyarakat.
Dalam pendekatan ini tujuannya adalah mampu menggunakan keterampilan berpikir baik secara individu maupun kelompok, baik terhadap masalah yang datangnya dari pibadi maupun masyarakat (masalah sosial).