8 Fungsi Saraf di Jantung

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info


Jantung merupakan organ otot yang terletak di rongga dada dan berfungsi sebagai pusat pompa sistem peredaran darah. Terdiri dari empat ruang yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri. Darah yang mengandung oksigen dan nutrisi diambil dari paru-paru masuk ke atrium kiri dan dipompa ke seluruh tubuh melalui ventrikel kiri.

Jantung juga memiliki katup yang mengatur aliran darah, memastikan sirkulasi yang efisien. Jantung memiliki rangkaian saraf yang mengatur aktivitasnya, dikenal sebagai sistem saraf jantung. Dua komponen utamanya adalah sistem saraf otonom, yang terdiri dari simpatis dan parasimpatis.

Saraf simpatis merangsang jantung untuk meningkatkan detak, sementara saraf parasimpatis merangsangnya untuk melambat. Semua itu untuk membantu menjaga keseimbangan dan menyesuaikan detak jantung dengan kebutuhan tubuh, seperti saat istirahat atau saat beraktivitas fisik.

Sistem tersebut berperan penting dalam menjaga homeostasis dalam tubuh. Agar jantung tetap berfungsi dengan baik perlu menjaga kebiasaan sehat, seperti menjaga pola makan seimbang, berolahraga secara teratur, mengelola stres, berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol, dan rutin memeriksakan kesehatan.

Kombinasi langkah-langkah ini dapat mendukung fungsi jantung dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Apabila pola sehat tersebut tidak dijaga dengan baik maka akan berdampak buruk seperti mengidap penyakit arteri koroner, gagal jantung, aritmia, atau penyakit katup jantung.

Saraf di jantung bekerja mirip dengan saraf pada organ tubuh lainnya dalam hal sistem saraf yang terkoordinasi. Saraf tersebut juga bekerja bersama dengan sistem saraf pusat di otak, menerima sinyal, dan merespons terhadap kebutuhan tubuh.

Koordinasi yang dilakukan sangat penting untuk mempertahankan ritme detak yang tepat, kontraksi otot yang efisien, dan adaptasi terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Inti dari cara kerja saraf di jantung mirip dengan cara kerja saraf pada organ tubuh lain.

Berikut fungsi saraf yang ada di jantung.

1. Membantu Pembentukan Impuls Listrik di Jantung

Saraf di jantung terutama nodus sinoatrial (SA) dan atrioventrikular (AV), berperan dalam membantu pembentukan impuls listrik. SA node, yang terletak di atrium kanan, bertindak sebagai pacemaker alami jantung.

Saat potensial aksi dimulai di SA node, saraf di sekitarnya memodulasi laju dan ritme detak jantung. Ketika tubuh memerlukan peningkatan detak, saraf simpatis merangsang SA node untuk menghasilkan impuls lebih cepat. Hal itu menyebabkan peningkatan frekuensi detak jantung, yang sesuai dengan situasi seperti stres atau aktivitas fisik.

Sebaliknya, saraf parasimpatis merangsang selama istirahat, memperlambat impuls dari SA node dan memberikan waktu bagi jantung untuk beristirahat. Keseimbangan antara kedua sistem ini memastikan regulasi yang tepat terhadap impuls listrik, sehingga jantung dapat berfungsi secara efisien sesuai dengan kebutuhan tubuh.

2. Meregulasi Detak Jantung

Saat tubuh membutuhkan peningkatan detak, seperti dalam situasi stres atau aktivitas fisik, saraf simpatis merangsang nodus sinoatrial (SA) dan atrioventrikular (AV) yang akan meningkatkan frekuensi dan konduksi impuls listrik, sehingga jantung berdetak lebih cepat dan efisien.

Kemudian, saat tubuh beristirahat atau dalam keadaan relaksasi, saraf parasimpatis merangsang vagus nerve yang berkurangkan aktivitas SA node dan AV node, menyebabkan penurunan frekuensi detak jantung dan memberikan waktu bagi jantung untuk beristirahat.

Keseimbangan dinamis antara kedua sistem tersebut memastikan bahwa detak jantung selalu sesuai dengan kebutuhan tubuh dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi fisik atau emosional. Saraf di jantung berperan dalam menjaga homeostasis detak jantung untuk mendukung fungsi tubuh yang optimal.

3. Menyesuaikan Frekuensi Jantung dengan Keadaan Tubuh

Saat tubuh memerlukan peningkatan detak jantung, seperti dalam situasi stres atau aktivitas fisik, saraf simpatis merangsang nodus sinoatrial (SA) dan atrioventrikular (AV). Kemudian meningkatkan frekuensi detak jantung, memastikan respons yang cepat terhadap tuntutan tubuh.

Apabila tubuh berada dalam keadaan istirahat atau relaksasi, saraf parasimpatis merangsang vagus nerve serta menghambat aktivitas SA node dan AV node, menyebabkan penurunan frekuensi detak jantung. Hal itu memberikan jantung kesempatan untuk beristirahat dan beradaptasi dengan kondisi tubuh yang lebih tenang.

Melalui interaksi yang dinamis antara kedua sistem saraf ini, detak jantung dapat disesuaikan secara terus-menerus dengan keadaan fisiologis dan emosional tubuh. Inilah yang memungkinkan jantung berfungsi dalam rentang frekuensi yang luas, mendukung keseimbangan dan homeostasis tubuh secara keseluruhan.

4. Meregulasi Tekanan Darah

Saraf simpatis merangsang jantung untuk meningkatkan kekuatan kontraksi, kemudian menyebabkan peningkatan jumlah darah yang dipompa keluar dari jantung, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tekanan darah.

Selain memengaruhi jantung, saraf simpatis juga dapat merangsang pembuluh darah untuk menyempit (vasokonstriksi) serta meningkatkan resistensi aliran darah dan dapat meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, saraf parasimpatis dapat mengurangi frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung, serta merelaksasi pembuluh darah (vasodilatasi) yang kemudian dapat menurunkan tekanan darah.

Dengan demikian, keseimbangan antara saraf simpatis dan parasimpatis berperan dalam mempertahankan tekanan darah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh pada suatu waktu. Regulasi ini penting untuk menjaga homeostasis dan mencegah tekanan darah yang terlalu tinggi atau rendah, yang dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan jantung dan pembuluh darah.

5. Merespons Terhadap Stres

Saraf simpatis merangsang nodus sinoatrial (SA) dan atrioventrikular (AV), meningkatkan frekuensi detak jantung dan memastikan pasokan darah yang lebih cepat ke seluruh tubuh untuk meningkatkan kewaspadaan dan respons fisik terhadap stres.

Selain meningkatkan frekuensi detak jantung, saraf simpatis juga merangsang jantung untuk mengontraksi lebih kuat. Kemudian memastikan darah dipompa dengan kekuatan yang diperlukan untuk menghadapi stres dan memenuhi kebutuhan tubuh.

Saraf simpatis juga menyebabkan pembuluh darah untuk menyempit (vasokonstriksi), meningkatkan resistensi aliran darah. Hal itu akan membantu meningkatkan tekanan darah, mendukung respons tubuh terhadap stres.

Ketika meningkatkan detak jantung, kekuatan kontraksi, dan tekanan darah, saraf di jantung membantu tubuh untuk mengatasi tantangan stres dengan meningkatkan pasokan darah dan energi yang dibutuhkan.

Setelah situasi stres mereda, saraf parasimpatis membantu mengembalikan sistem ke kondisi normal dengan merangsang relaksasi dan penurunan detak jantung.

6. Bereaksi Terhadap Hormon

Saat tubuh menghasilkan hormon epinefrin sebagai respons terhadap stres atau situasi darurat, saraf simpatis di jantung merespons dengan meningkatkan frekuensi detak jantung. Hal itu memastikan bahwa tubuh mendapatkan pasokan darah yang lebih cepat untuk meningkatkan kewaspadaan dan respons fisik.

Selain meningkatkan frekuensi detak jantung, saraf juga merangsang jantung untuk mengontraksi lebih kuat, membantu meningkatkan volume darah yang dipompa ke seluruh tubuh, mendukung respons cepat terhadap keadaan darurat.

Dengan merespons hormon seperti epinefrin, saraf di jantung berperan dalam menyesuaikan fisiologi tubuh untuk menghadapi tantangan atau stres. Ini membantu memobilisasi sumber daya yang dibutuhkan dan mendukung adaptasi tubuh terhadap kondisi yang mendesak.

7. Merespon terhadap Kerusakan Jaringan

Saraf di jantung memiliki kemampuan untuk mendeteksi perubahan lingkungan, termasuk kurangnya pasokan oksigen atau iskemia, Respon tersebut melibatkan saraf sensor yang peka terhadap kondisi iskemik. Iskemia dapat merangsang saraf simpatis di jantung.

Sebagai respons, sistem saraf tersebut meningkatkan detak jantung dan kekuatan kontraksi, mengoptimalkan pengiriman darah dan oksigen ke jaringan yang terkena. Kemudian, membantu mengarahkan lebih banyak darah ke wilayah yang mengalami iskemia untuk memulihkan pasokan oksigen dan nutrisi yang diperlukan.

Serta merangsang pelepasan zat kimia pelindung, seperti adenosin, yang bertindak sebagai vasodilator, memperluas pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah ke area yang terkena. Saraf di jantung membantu meminimalkan dampak negatif dan mendukung proses penyembuhan.

Respons tersebut diarahkan untuk memastikan bahwa organ vital tetap berfungsi secara optimal, meskipun dalam kondisi stres atau cedera.

8. Berintegrasi dengan Sistem Saraf Lain

Dapat berinteraksi dengan sistem endokrin melalui pengaruhnya terhadap pelepasan hormon, seperti adrenalin, yang memainkan peran dalam merespons stres dan mengatur fungsi jantung. Sinyal dari otak, yang terkait dengan sistem saraf pusat (SSP) juga berinteraksi dengan saraf di jantung.

Sinyal itu membantu menyesuaikan detak jantung dan fungsi jantung secara keseluruhan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Selain itu, saraf di jantung berpartisipasi dalam mekanisme pengaturan refleks tubuh. Misalnya, refleks baroreseptor mengenali perubahan tekanan darah dan mengirimkan sinyal ke saraf di jantung untuk menyesuaikan detak jantung dan kontraksi pembuluh darah.

Melalui integrasi dengan sistem saraf lainnya, saraf di jantung memastikan bahwa fungsi jantung dapat disesuaikan dengan perubahan kondisi internal dan eksternal tubuh. Ini membantu menjaga homeostasis dan keseimbangan fisiologis yang optimal.

fbWhatsappTwitterLinkedIn