Hormon Kortisol : Fungsi, Penyebab, dan Cara menurunkannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Hormon kortisol disebut dengan hormon stres karena hormon ini hanya akan terpicu atau dilepaskan oleh tubuh pada saat seseorang sedang mengalami stres atau berada dalam situasi tertekan. Walau tampak “jahat”, hormon ini tetap sangat vital bagi fungsi tubuh dan kelangsungan hidup.

Hormon kortisol adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal, namun kadar hormon yang dilepaskan berada di bawah pengendalian poros hipotalamus-hipofisis-adrenal. Dan pada dasarnya, tubuh manusia memiliki sel-sel yang sebagian besar memiliki reseptor kortisol dengan fungsi mengatur kadar gula darah dan metabolisme, mengurangi radang, dan proses formulasi memori.

Maka dengan begitu, sebenarnya kortisol adalah hormon yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai pengendali sejumlah fungsi tubuh. Namun bila kadar kortisol terlalu tinggi, hal ini tidak baik bagi tubuh dan justru mampu menyebabkan masalah-masalah kesehatan.

Fungsi Hormon Kortisol

Hormon kortisol tidak hanya menjadi hormon yang terlepas di kala stres. Kortisol berperan besar pada tubuh manusia dan berikut adalah sejumlah fungsi kortisol yang belum banyak diketahui.

1. Mengatur Respon Stres Tubuh

Kortisol dihasilkan oleh kelenjar adrenal tepat ketika seseorang berada dalam situasi stres. Kortisol terproduksi usai hormon dan respon fight or flight dilepaskan. Pada kondisi kewaspadaan yang tinggi ini kortisol pun menyediakan energi cepat bagi tubuh melalui pelepasan glukosa dari organ hati selama dalam situasi tertekan.

2. Mendukung Siklus Tidur dan Bangun TIdur

Kortisol adalah hormon yang juga berperan besar dalam permulaan kesadaraan di pagi hari menjelang waktunya beraktivitas usai tidur sepanjang malam dan menjaga jam biologis tubuh. Sebab normalnya, kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan justru menurun di malam hari.

3. Meningkatkan dan Mengatur Kadar Gula Darah

Di dalam tubuh manusia terdapat hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas sebagai pengatur gula darah. Kortisol pada kadar normal akan mengimbangi efek insulin ini dan mampu menaikkan gula darah melalui proses pelepasan glukosa yang disimpan.

Jika kortisol tidak pada kadarnya yang normal dan terus-menerus mengalami kenaikan, kadar gula darah tidak mudah untuk turun kembali dan insulin tidak lagi dapat diimbangi oleh kortisol. Hiperglikemia adalah istilah untuk kadar gula darah yang berlebihan dan mampu berakibat pada berkembangnya diabetes tipe 2.

4. Mengatur Metabolisme Tubuh

Metabolisme merupakan proses biokimia kompleks di dalam tubuh yang memengaruhi fungsi-fungsi tubuh, baik dalam mencerna makanan, bernapas, meregenerasi sel, dan mengalirkan darah. Metabolisme juga berjalan dengan baik berkat kortisol, sebab hormon ini mengendalikan penggunaan tubuh terhadap karbohidrat, protein, dan lemak untuk energi.

5. Mengatur Tekanan Darah

Hormon kortisol memengaruhi tekanan darah, sebab ketika kadarnya meningkat, maka tekanan darah ikut naik. Sementara ketika kadar kortisol lebih rendah dari normalnya, tubuh akan mengalami tekanan darah rendah.

6. Menekan Inflamasi/Radang

Hormon kortisol walau dikenal sebagai hormon stres, faktanya memiliki kemampuan untuk meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh melalui proses penekanan radang atau inflamasi. Maka bila kortisol berkadar terlalu tinggi, sistem imun akan melemah dan tubuh mudah terkena radang hingga infeksi.

Penyebab Hormon Kortisol Tinggi

Hormon kortisol dalam kadar normal dapat mendukung fungsi tubuh, dan kenormalan kadar hormon ini dapat terjaga berkat hipotalamus yang berinteraksi dengan berbagai kelenjar di dalam tubuh sehingga mampu mengontrol pelepasan kortisol.

Namun, hormon kortisol tidak selalu dalam kadar rendah, ada kalanya kelenjar adrenal menghasilkan hormon kortisol lebih banyak daripada biasanya. Terdapat bermacam-macam faktor yang mampu menyebabkan hormon ini meningkat, diantaranya :

1. Efek Samping Obat-obatan

Penggunaan jenis obat tertentu mampu menyebabkan kenaikan kadar kortisol di dalam tubuh. Artinya, kelenjar adrenal terstimulasi untuk memroduksi kadar kortisol secara berlebihan, dan biasanya beberapa contoh obat dengan efek samping seperti ini adalah :

  • Dexamethasone
  • Methylprednisolone
  • Cortisone
  • Prednisone

Keempatnya adalah golongan kortikosteroid di mana obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit arthritis dan asma. Meski begitu, beberapa jenis kanker juga ada yang diobati menggunakan kortikosteroid.

Ketika dosis penggunaan kortikosteroid cukup tinggi, ditambah dengan konsumsi jangka panjang, maka salah satu efek samping seperti kadar kortisol naik akan sangat mungkin terjadi. Ini menjadi alasan mengapa penggunaan kortikosteroid harus dengan dosis yang tepat sesuai resep dokter.

Penggunaan kortikosteroid agar bisa menghindari kenaikan kadar kortisol tentu juga harus disesuaikan dengan hasil konsultasi dengan dokter. Penggunaan tanpa resep dokter bisa memicu overdosis; sementara itu, berhenti menggunakan kortikosteroid secara tiba-tiba juga bisa membuat penurunan kadar kortisol drastis.

Masalahnya, ketika kadar kortisol turun cukup drastis, berbagai kondisi serius dapat terjadi pada tubuh. Tekanan darah yang sangat rendah, kadar gula darah turun drastis, koma, hingga kematian adalah risiko bahaya yang sebaiknya dihindari.

2. Tumor pada Kelenjar Adrenal

Kenaikan kadar kortisol juga biasanya dipengaruhi oleh pertumbuhan tumor pada kelenjar adrenal. Sebagai penghasil dan pelepas hormon kortisol, kelenjar adrenal ada di sisi atas masing-masing ginjal yang berpotensi menjadi tempat tumbuhnya tumor, baik tumor jinak maupun tumor ganas.

Apapun kondisi tumor, selama tumor tersebut tumbuh di bagian kelenjar adrenal, risiko hormon kortisol terhasilkan lebih banyak justru sangat tinggi. Untuk mengetahui apakah ada tumor pada kelenjar adrenal, biasanya rasa nyeri akan timbul di bagian perut, terutama jika tumor sudah membesar.

Selain rasa nyeri, perut akan mudah merasa penuh dan tidak nyaman; ini adalah salah satu gejala lain dari tumor kelenjar adrenal. Namun, tumor jinak justru lebih banyak dijumpai, sedangkan tumor yang berkembang menjadi ganas atau disebut dengan kanker adrenal dapat terbilang sebagai kasus langka.

3. Gangguan Kelenjar Pituitari

Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak merupakan kelenjar yang mengawasi dan mengendalikan berbagai fungsi tubuh melalui pelepasan hormon, maka jika kelenjar ini bermasalah, hormon akan ikut terpengaruh. Salah satu akibat gangguan kelenjar pituitari adalah terproduksinya kortisol secara berlebihan.

4. Stres

Stres merupakan salah satu faktor umum yang menyebabkan pelepasan kadar hormon kortisol lebih tinggi bersama dengan hormon adrenalin. Dalam kondisi dan situasi tertekan, tubuh manusia secara otomatis mengeluarkan respon fight or flight (melawan atau lari) yang berkaitan dengan peningkatan detak jantung.

Karena berada dalam situasi bahaya, mendesak, atau stres, tubuh seperti mempersiapkan diri untuk melawan atau berusaha menghindar dari potensi bahaya yang ada dan pada saat ini kortisol di dalam tubuh berkadar tinggi.

Peran kortisol pada respon fight or flight tersebut adalah membatasi fungsi yang tidak esensial pada situasi stres. Maka ketika seseorang sudah melewati masa-masa stres, normalnya kadar kortisol yang semula naik akan turun kembali menjadi normal.

Namun, ada kalanya hormon kortisol tetap berkadar tinggi dan tidak kunjung menurun karena situasi tersebut belum berhasil dilewati. Stres konstan, stres berkepanjangan, stres berat, atau kondisi semacam ini mampu membuat kadar kortisol tetap tinggi dalam waktu lama.

Kortisol yang terus dalam kadar tinggi di dalam tubuh mampu memberi pengaruh buruk bagi tubuh. Beberapa risiko masalah kesehatan yang perlu diwaspadai ketika kortisol tidak kunjung normal adalah obesitas, depresi, kecemasan, penyakit paru-paru, penyakit jantung, dan lainnya.

Apa saja tanda-tanda ketika kortisol tinggi?

Hormon kortisol akan menjalankan fungsinya dengan benar bila kadarnya normal dan stabil, namun bila pada kadar terlalu tinggi, tanda-tanda ini dapat timbul :

  • Kelemahan otot
  • Tekanan darah tinggi
  • Sakit kepala
  • Perubahan suasana hati
  • Kenaikan berat badan
  • Kecemasan
  • Kelelahan
  • Diare
  • Insomnia
  • Nyeri pada bagian perut
  • Pertumbuhan rambut yang tidak normal
  • Mudah terkena infeksi
  • Penurunan gairah seksual
  • Risiko diabetes

Cara Menurunkan Hormon Kortisol

Cara agar hormon kortisol yang tinggi dan tidak kunjung turun adalah dengan memberikan penanganan sesuai dengan penyebab kenaikan hormon tersebut, yakni sebagai berikut.

1. Menghentikan Konsumsi Obat Penyebab Kortisol Tinggi

Pengenalan akan penyebab dari kenaikan kadar kortisol dalam tubuh sangat penting, agar penanganan yang diupayakan dapat sesuai dengan penyebabnya. Jika kortisol tinggi terjadi karena efek samping obat tertentu, hentikan pemakaian obat tersebut.

Namun tidak asal berhenti, penggunaan maupun penghentian pemakaian obat perlu melalui konsultasi lebih dulu dengan dokter. Dengan begitu, dokter dapat merekomendasikan obat pengganti yang lebih baik atau setidaknya memberi obat yang sama namun berdosis lebih rendah.

2. Menempuh Operasi

Karena tumor pada kelenjar adrenal bisa menyebabkan kenaikan kadar hormon kortisol dalam tubuh, pemeriksaan fisik lebih dulu ke dokter penting dilakukan. Langkah operasi dapat ditempuh baik ketika tumor tersebut bersifat jinak maupun ganas, terutama bila tumor sudah sangat mengganggu kesehatan.

3. Mengatasi Gangguan Kelenjar Pituitari

Risiko kelenjar pituitari terganggu sangat besar sehingga menyebabkan kadar kortisol meningkat. Maka untuk menurunkan kadar kortisol, pemeriksaan kelenjar pituitari demi mengidentifikasi masalah di bagian tersebut perlu dilakukan supaya lebih cepat memperoleh penanganan.

4. Melakukan Olahraga Teratur

Hormon stres seperti kortisol perlu ditekan dengan menaikkan hormon bahagia seperti endorfin, oksitosin, dopamin, maupun serotonin. Salah satu caranya adalah melalui olahraga secara teratur setidaknya 3-4 kali seminggu dengan masing-masing 30 menit setiap melakukannya.

5. Mengonsumsi Makanan Sehat

Ketika kortisol tinggi, cara menurunkannya adalah dengan mengonsumsi makanan-makanan yang membantu meningkatkan hormon bahagia, seperti makanan berprebiotik dan berprobiotik tinggi. Alih-alih kopi yang berpotensi meningkatkan risiko stres dan kecemasan, mengonsumsi jus buah tanpa penambahan gula bisa menjadi alternatif.

Makan buah-buahan, terutama yang mengandung vitamin B kompleks juga akan mencegah stres. Cokelat hitam dan air mineral pun termasuk asupan penting untuk menurunkan kadar kortisol; penting untuk tidak mengasup tinggi gula yang makin meningkatkan kadar kortisol.

6. Menenangkan Diri

Dalam upaya menurunkan kortisol, menenangkan diri adalah suatu hal yang perlu dilatih. Mengenali diri sendiri dan faktor-faktor yang mampu menyebabkan dan memicu stres adalah langkah penting supaya pengelolaan stres dilakukan dengan tepat.

Menenangkan diri tidak selalu harus berdiam diri atau bermeditasi, tapi juga menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal kesukaan, seperti bermain di ruang terbuka, mendengarkan lagu, mengobrol dengan teman dekat, maupun menghabiskan waktu dengan hewan peliharaan.

7. Tidur Cukup

Stres memang kerap menjadi penyebab seseorang kurang tidur dan mengalami penurunan kualitas tidur. Namun bila kualitas tidur terus berkurang, stres juga tidak akan mudah hilang sehingga kadar kortisol tidak cepat turun.

Jam biologis tubuh memengaruhi terproduksi dan terlepasnya kortisol di dalam tubuh. Kadar kortisol paling tinggi sebenarnya adalah di pagi hari, sebab setelah bangun tidur manusia harus mulai beraktivitas; antisipasi, semangat dan kewaspadaan sebelum menjalani hari akan tinggi.

Normalnya, kadar kortisol akan menurun pada malam hari sehingga tubuh lebih gampang rileks dan mudah tidur. Masalahnya, hormon kortisol justru mengalami kenaikan sepanjang hari atau bahkan 24 jam karena sebagian orang memiliki kesulitan tidur di malam hari dan mengalami insomnia.

Untuk memperoleh tidur berkualitas, pengaturan waktu tidur bisa dilakukan, seperti membuat jadwal dan menerapkannya secara disiplin sehingga tidak begadang. Menyediakan pencahayaan rendah di dalam kamar tidur serta tidak mengonsumsi kafein di malam hari bisa membantu tidur cepat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn