Geografi

32 Jenis Tanah dan Fungsinya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tanah merupakan sebuah benda yang sering ditemukan di alam. Walaupun terlihat sama, ada banyak jenis tanah yang dapat anda temukan. Bahkan, ada ilmu khusus yang mempelajari setiap tanah ini. Berikut adalah pembahasan jenis tanah dengan lengkap!

Pengertian Ilmu Tanah

Tanah sendiri memiliki arti sebuah lapisan yang menyelimuti bumi di antara lapisan litosfer dan atmosfer. Ilmu tanah merupakan kajian terhadap tanah sebagai sumber daya alam.

Ilmu tanah mempelajari berbagai aspek tentnag tanah, termasuk bentukan, pemetaan, karakteristik fisik dan kimiawi, biologis, klasifikasi, kesuburan, serta cara pengelolaannya.

Dua cabang utama dari ilmu tanah adalah :

  • Pedologi, dimana lebih berfokus dalam mempelajari tanah sebagai objek geologi.
  • Edafologi, dimana lebih berfokus dalam mempelahari tanah sebagai benda pendukung kehidupan.

Beragam bidang ilmu memasukan ilmu tanah dalam kurikulum pembelajarannya, termasuk :

Jenis Tanah di Indonesia

Ada beragam jenis tanah yang dapat anda temukan di Indonesia, beberapa diantaranya adalah :

1. Organosol

Organosol merupakan sebuah jenis tanah organik (gambut) dengan ketebalan yang lebih dari 50 cm. Tanah organosol juga memiliki kadar C organik yang lebih dari 12 persen. Anda dapat menjumpai tanah organosol di Sumatra, Papua, Kalimantan, dan Jawa.

2. Litosol

Litosol merupakan sebuah jenis tanah dangkal dengan ketebalan kurang dari 25 cm. Tanah litosol berada di atas batuan yang sangat kukuh. Pesebaran tanah litosol di Indonesia adalah di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Pulau Jawa.

3. Umbrisol

Umbrisol merupakan sebuah jenis tanah dengan horison A umbrik. Ketebalan tanah umbrisol adalah 25 cm atau kurang.

4. Renzina

Renzina merupakan sebuah jenis tanah dengan horison A molik. Lapisan dibawah tanah renzina secara langsung adalah batu kapur. Anda dapat menemukan tanah renzina di Pulau Jawab, Sumatra, Sulawesi, dan Papua.

5. Aluvial

Aluvial merupakan sebuah jenis tanah yang berasal dari bahan endapan muda, atau disebut juga dengan aluvium. Tanah aluvial memiliki horison penciri A okrik, umbrik, histrik, dan memiliki tekstur yang lebih halus dari pasir lempung.

Tanah aluvial dapat ditemukan di kedalaman 25 hingga 100 cm dengan lapisan yang berlapis. Anda dapat menemukan tanah aluvial di Pulau Kalimatan, Sulawesi, Jawa dan Papua.

6. Regosol

Regosol merupakan sebuah jenis tanah dengan tekstur yang kasar karena terdiri dari pasir dan pasir berlempung. Tanah regosol memiliki horison A okrik, umbrik, atau histik, dengan ketebalan yang lebih dari 25 cm. Sebaran tanah regosol di Indonesia adalah di wilayah :

  • Bengkulu
  • Pantai Sumatera Barat
  • Bali
  • Jawa
  • Nusa Tenggara Barat.

7. Grumusol

Grumusol merupakan sebuah jenis tanah dengan kadar liat yang lebih dari 30%. Tanah grumusol memiliki ketebalan 50 cm dari permukaan tanah dengan rekahan (crack) sebesar 1 cm dengan kedalaman hingga 50 cm dari permukaan tanah.

Tanah grumusol juga dapat dijumpai seperti gilgai (microrelief) dengan bidang kilir atau struktur membaji di kedalaman 25 hingga 10 cm dari permukaan tanah. Anda dapat menemukan tanah grumusol di :

  • Demak
  • Jepara
  • Pati
  • Rembang
  • Ngawi
  • Madiun
  • Nusa Tenggara Timur

8. Arenosol

Arenosol merupakan sebuah jenis tanah dengan tekstur yang kasar karena terdiri dari pasir dan pasir berlempung.

Tanah arenosol dapat ditemukan di kedalaman 50 cm dari permukaan tanah. Horison tanah arenosol berpenciri A okrik, dan horison bawah mirip B argilik, kambik, atau oksik, yang tidak memenuhi syarat karena faktor tekstur.

9. Andosol

Andosol merupakan sebuah jenis tanah dengan horison A molik atau umbril pada bagian atas horison B kambrik. Tanah andosol dapat ditemukan pada kedalaman lebih dari 35 cm.

Tanah andosol memiliki bulk density< 0,09 g/cm3 yang didominiasi oleh bahan amorf dan/atau abu volkan (bahan piroklastik) yang lebih dari 60%.

Tanah andosol dapat anda temukan di Sumatra, beberapa wilayah di Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Nusa Tenggara.

10. Latosol

Latosol adalah sebuah jenis tanah perkembangan dari bahan volkan. Tanah ini memiliki kandungan liat yang lebih besar dari 40%, bertekstur gembur, dan berwarna homogen. Tanah latosol memiliki KB kurang dari 50% pada beberapa bagian horison B dan memiliki horison penciri A okrik, umbrik, atau B kambik.

Tanah latosol tidak memiliki plintit dan bersifat vertik. Anda dapat menemukan tanah ini di wilayah Sulawesi, Lampung, Kalimantan, dan Bali.

11. Molisol

Molisol merupakan sebuah jenis tanah yang memiliki horison pendiri A molik dengan KB lebih besari dari 50% di seluruh penampangnya.

12. Kambisol

Kambisol merupakan sebuah jenis tanah dengan horison B kambik. Tanah kambisol dapat memiliki horison A okrik, umbril atau molik, ataupun tanpa horison A sama sekali. Tanah ini tidak memiliki gejala hidromorfik sampai pada kedalaman 50 cm dari permukaan.

13. Gleisol

Gleisol merupakan sebuah jenis tanah dengan ciri hidromorfik sampai kedalaman 50 cm dari permukaan. Tanah ini juga memiliki horison A okrik, umbrik, histik, dan horison B kambik, sulfurik, kalsik, atau gipsik.

14. Nitosol

Nitosol merupakan sebuah jenis tanah dengan horison B argilik, kadar liat tinggi, dan terdapat penurunan kadar liat < 20% terhadap liat maksimum pada penampang 150 cm dari permukaan. Tanah nitosol memiliki kandungan mineral yang mudah lapuk kurang dari 10% di dalam 50 cm permukaan tanah.

Ciri lain dari tanah nitosol adalah :

  • Tidak mempunyai plintit
  • Bersifat vertik
  • Ortoksik

15. Podsolik

Podsolik merupakan sebuah jenis tanah dengan horison B argilik dan KB kurang dari 50% pada beberapa bagian horison B di kedalaman 125 cm dari permukaan.

Tanah podsolik juga tidak memiliki horison albik yang berbatasan langsung dengan horison argilik atau fragipan. Anda dapat menemukan tanah ini di Sumatra, Sulawesi, Papua, Kalimantan, dan Jawa.

16. Mediteran

Mediteran merupakan sebuah jenis tanah dengan horison B argilik dan KB lebih dari 50% pada beberapa bagian horison B di kedalaman 125cm dari permukaan.

Tanah mediteran tidak memiliki horison albik yang berbatasan langsung dengan horison argilik atau fragipan.

17. Planosol

Planosol merupakan sebuah jenis tanah yang memiliki horison E albik diatas horison B argilik atau natrik. Permeabilitas tanah planosol cukup lambat. Kondisi tersebut dapat terlihat dari perubahan tekstur yang nyata, liat berat, dan fragipan, pada kedalaman 125 cm dari permukaan.

18. Podsol

Podsol merupakan sebuah jenis tanah dengan horison B spodik, tanah padat keras dengan Fe/Al+humus. Tanah ini dapat anda temukan di Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Papua.

19. Oksisol

Oksisol merupakan sebuah jenis tanah dengan horison B oksik, dimana KTK liat kurang dari 16 cmol(+)/kg. Tanah ini hanya dapat anda temukan di Sumatra dan Sulawesi.

20. Lateritik

Lateritik adalah sebuah jenis tanah dengan horison B dan mengandung kadar plintik/kongkresi besi lebih dari 30% pada kedalaman 125 cm dari permukaan tanah. Tanah ini dapat anda temukan di Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung.

21. Entisol

Entisol merupakan sebuah jenis tanah yang terbentuk akibat pelapukan material letusan gunung berapi, termasuk debu, lahar, dan pasir.

Tanah entisol sangat identik dengan jenis tanah vulkanik dan andosol. Tanah ini dapat anda temukan di area gunung berapi dalam bentuk lapisan tanah tipis atau gundukan.

22. Humus

Humus adalah sebuah jenis tanah yang tercipta akibat tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Ada banyak unsur hara dan mineral dalam tanah ini sehingga tergolong tanah yang subur. Warna humus agak kehitaman dan banyak ditemukan di area hutan.

23. Inceptisol

Inceptisol merupakan sebuah jenis tanah yang berasal dari batuan sedimen. Tanah ini berwarna sedikit kecoklatan, kehitaman, dan campuran abu-abu. Inceptisol dapat digunakan di perkebunan kelapa sawit ataupun karet. Anda dapat menemukan tanah ini di Sumatra, Kalimantan, dan Papua.

24. Laterit

Laterit merupakan sebuah jenis tanah yang mengandung besi oksida dan aluminium hodrosida. Tanah laterit dapat ditemukan pada daerah lembab dengna kesuburan yang bervariasi. Anda tidak dapat menggunakan tanah ini untuk bercocok tanam karena tidak mengandung unsur hara.

Jenis Tanah Berdasarkan Asalnya

Berdasarkan asalnya, tanah dibagi dalam dua jenis, yaitu:

  • Tanah Organik
    • Berasal dari pelapukan, sisa-sisa tanaman, atau kulit organisme yang telah mati
    • Bertekstur lunak
    • Berwarna gelap
    • Mudah berubah bentuk saat ditekan
    • Plastisitas rendah
    • Contoh: tanah gambut
  • Tanah Anorganik
    • Terbentuk dari pelapukan batuan, secara kimiawi ataupun fisika
    • Berwarna hitam pekat, coklat, merah bata, kuning, atau putih
    • Contoh: tanah entisol, oxitol, ultisol, dan sebagainya.

Jenis Tanah Berdasarkan Kesuburannya

Berdasarkan tingkat kesuburannya, tanah dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :

  • Tanah Muda, dimana mengandung unsur hara dan zat makanan yang masih sangat sedikit sehingga tergolong dalam tanah yang masih kurang subur.
  • Tanah Dewasa, dimana mengandung unsur hara atau zat makanan yang sangat banyak.
  • Tanah Tua, dimana mengandung unsur hara atau zat makanan yang sudah mulai berkurang sehingga tergolong kurang subur.
  • Tanah Sangat Tua, dimana hanya mengandung sangat sedikit unsur hara atau zat makanan sehingga disebut juga sebagai tanah mati.

Fungsi Tanah

Beberapa fungsi utama dari tanah adalah :

  • Medium bagi tumbuhan-tumbuhan yang tertanam diatasnya
  • Mengendalikan pasokan air dan menyaringnya menjadi air bersih
  • Habitat bagi beberapa organisme tanah, termasuk predator, mangsa, produsen, konsumen, dan parasit darah
  • Menguraikan sisa bahan organik menjadi humus dan melepas mineral untuk dimanfaatkan kembali oleh biota tanah
  • Mengatur komposisi atmosfer bumi, termasuk oskigen, nitrogen, karbon dioksida, uap air, dan gas lainnya
  • Dasar bangunan dan medium kebutuhan teknik lainnya.

Cara Menjaga Tanah

Beberapa cara yang dapat anda lakukan guna menjaga tanah adalah :

  • Melakukan pemupukan organik untuk menambah kesuburan tanah
  • Mengurangi penggunaan pestisida ataupun bahan kimia lainnya
  • Tidak menambah sampah nonorganik ke atas tanah
  • Membuat terasering untuk meningkatkan penyerapan air dan kesuburan tanah
  • Melakukan reboisasi
  • Menanam satu atau jenis tanaman yang mengelilingi lereng, termasuk cara strip mengikuti kontur tanah, strip lapangan, dan strip penyangga.
  • Melakukan penanaman tumbuhan dengan lebih dari satu jenis tanaman secara bersamaan atau bergilir pada satu bidang tanah
  • Menggunakan mulsa untuk mengurangi erosi, mengatur suhu, menghambar aliran permukaan, menjaga kelembapan, dan mematikan tanaman pengganggu.