Daftar isi
Siapa yang tidak pernah mengalami sebuah permasalahan di dalam sebuah relasi, konflik wajar terjadi di dalam relasi manusia, baik di dalam sebuah keluarga, konflik pribadi dengan teman, permasalahan yang muncul antar warga RT A dan RT B, konflik dengan bawahan di kantor dan sebagainya.
Interaksi sosial tentu terjadi di dalam sebuah masyarakat, baik di lingkup kecil maupun luas, ada proses-proses yang terjadi di dalam sebuah interaksi sosial, konflik termasuk salah satu prosesnya. Maka, kehidupan masyarakat yang heterogen tentu tidak lepas dari permasalahan sosial di dalamnya, konflik di masyarakat adalah hal yang wajar terjadi.
Soerjono Soekanto berpendapat definisi konflik adalah sebuah proses sosial yang terjadi antara satu individu terhadap individu lain atau terhadap sekelompok manusia, dan memiliki tujuan tertentu dengan cara menentang pihak lain, bisa disertai ancaman dan kekerasan.
Sedangkan Robert M Z Lawang mengatakan bahwa konflik merupakan sebuah perjuangan untuk memperoleh status, nilai, tujuan dan kekuasaan.
Ada dua jenis konflik yang dikenal di dalam kehidupan masyarakat, yaitu konflik vertikal dan konflik horizontal. Berikut penjelasan sekaligus contoh-contoh kedua konflik yang banyak terjadi di masyarakat.
Pengertian Konflik Vertikal
Definisi konflik vertikal di masyarakat menurut John Drei yaitu konflik yang terjadi di dalam sebuah organisasi dan melibatkan kelompok dari dua kedudukan yang berbeda.
Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi di masyarakat dan melibatkan dua golongan yang berbeda, atau dengan kata lain konflik terjadi di tingkatan hirarki otoritas.
Konflik vertikal merupakan sebuah konflik yang terjadi antara individu maupun sebuah lembaga, keduanya memiliki perbedaan status baik status sosial, kewenangan dan politik. Bisa diartikan pada konflik vertikal selalu ada pihak yang lebih kuat dan pihak yang lebih lemah secara status sosial.
Adanya perbedaan kekuatan ini seringkali mengakibatkan sebuah ketimpangan dalam resolusi konflik vertikal, jadi ada satu pihak yang dirugikan dan pihak yang diuntungkan. Konflik yang terjadi antara golongan, status sosial dan kewenangan yang berbeda di masyarakat ini sebenarnya sering kita jumpai.
Contoh Konflik Vertikal
Berikut beberapa contoh konflik vertikal yang terjadi di masyarakat, terutama di tengah-tengah kehidupan masyarakat di Indonesia.
1. Konflik Antara Organisasi Masyarakat dengan Negara
Contoh paling mudah yang banyak kita ketahui melalui surat kabar dan media online antara lain konflik Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan pemerintah Indonesia.
Konflik yang vertikal ini terjadi karena OPM memiliki tujuan ingin memisahkan diri dari Indonesia, sedangkan pemerintah dalam hal ini Indonesia sebagai pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi, sudah mencoba bernegosiasi.
Konflik vertikal seperti di Papua, seringkali juga menyebabkan kerugian di pihak yang lebih kuat, misalnya saja kematian prajurit TNI akibat baku tembak.
2. Konflik Antara Masyarakat dan Perusahaan
Konflik antara masayarakat dan perusahaan seringkali disebabkan eksploitasi sumber daya alam dan soal pemngambil alihan lahan milik masyarakat. Bisa karena adanya ketidak adilan yang dirasakan oleh masyarakat maupun soal melindungi kelestarian alam dan budaya di sekitar tempat tinggalnya.
Salah satu contohnya adalah konflik di Kalimantan Barat akibat perluasan perkebunan sawit. Masyarakat Kalbar mempersoalkan haknya yang tidak direalisasi oleh perusahaan sawit tersebut, pengganti lahan desa yang tidak sesuai dan juga kurangnya keuntungan yang diberikan perusahaan bagi warga lokal.
Konflik masyarakat Kalbar dengan perusahaan kelapa sawit ini melibatkan ormas setempat dan warga masyarakat yang terdampak. Suara masyarakat yang daam hal ini adalah pihak yang lemah, disuarakan dengan damai melalui gugatan pengadilan, namun seringkali tidak menghasilkan resolusi yang menguntungkan masyarakat.
3. Konflik Anak dan Orang Tua
Konflik vertikal yang paling mudah ditemui dan dialami oleh semua adalah konflik antara anak dan orang tua. Dalam konflik ini orang tua merupakan pihak yang memiliki kuasa dan hierarki tertinggi.
Konflik bisa disebabkan berbagai hal, misalnya saja anak tidak mematuhi jam malam yang sudah disepakati, orang tua terlalu sibuk bekerja sehingga komunikasi kurang dengan anak, sehingga orang tua tidak memahami atau salah paham dengan keinginan anak.
Komunikasi yang kurang menjadi salah satu faktor penyebab konflik ini, kenakalan remaja dan depresi pada remaja bisa menjadi klimaks dari konflik anak dan orang tua yang tidak segera mendapatkan resolusi.
Sama seperti konflik vertikal, konflik horizontal juga kerap terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Namun, mungkin kalian akan lebih familiar dengan konflik horizontal karena lebih dekat dengan kita.
4. Konflik Antara Masyarakat dan Pemerintah
Konflik ini seringkali terjadi, contohnya terjadi di tahun 1998 ketika rezim orde baru digulingkan. Orde Reformasi hadir akibat adanya konflik antara masyarakat Indonesia yang menginginkan digantikannya pemerintahan Presiden Soeharto.
Konflik antara pemerintah dan masyarakat ini akan terus terjadi, misalnya saja tuntutan masyarakat tentang harga dan kelangkaan minyak goreng. Dalam hal ini pemerintah selalu menjadi pihak yang lebih kuat.
Pengertian Konflik Horizontal
Selain konflik vertikal, konflik horizontal juga banyak terjadi di antara masyarakat. Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi antara dua individu atau antar kelompok yang memiliki kedudukan yang sama, baik secara status sosial, politik dan ekonomi.
Berbeda dengan konflik vertikal, pada konflik horizontal tidak ada perbedaan kekuatan di antara dua pihak yang berkonflik. Hal ini membuat penyelesaian konflik hasilnya juga seimbang, meskipun ada juga masalah kepentingan yang menjadikan konflik sulit diselesaikan.
Jika resolusi antara kedua pihak sulit dilakukan, biasanya dibutuhkan pihak ke tiga yang membantu menyelesaikan konflik. Pihak ke tiga bisa berasal dari kelompok atau individu yang memiliki kedudukan sama atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi, dalam hal ini bisa juga pihak berwajib dari ranah hukum, pemuka adat dan sebagainya.
Konflik horizontal biasanya disebabkan adanya perbedaan pandangan dan keputusan antara dua individu ataupun antara dua kelompok. Dari perbedaan-perbedaan yang kecil tersebut, seringkali berkembang menjadi masalah yang lebih besar.
Contoh Konflik Horizontal
Berikut contoh konflik horizontal yang banyak terjadi di dalam interaksi masyarakat.
1. Konflik Antar Desa
Konflik antar desa seringkali terjadi, biasanya tentang hal yang menyangkut wilayah dan batas desa. Misalnya saja tentang sumber daya alam yang tersedia bagi warga desa, pihak desa A yang menuntut ke desa B agar aliran air lebih deras ke lahan pertaniannya.
Adanya sumber daya alam yang tersedia bebas di pedesaan sering menjadi hal yang diperebutkan, terutama karena mata pencaharian masyarakat di desa mayoritas adalah bertani dan membutuhkan sumber daya alam.
Konflik horisontal seperti ini membutuhkan pihak ke tiga yang dapat membantu menyelesaikan konflik dan mencegah agar masalah tidak merembet menjadi kekerasan seperti tawuran dan juga berkembang menjadi konflik SARA. Pemerintah daerah, aparat desa menjadi mediator untuk menyelesaikan konflik antar desa.
2. Konflik Antar Suku, Agama dan Ras
Permasalahan SARA menjadi pemicu konflik yang paling sensitif di dalam masyarakat yang heterogen. Contohnya konflik antar suku yang membawa banyak korban di tahun 2001, yaitu Tragedi di Sampit. Konflik ini terjadi antara suku Dayak dan Madura yang tinggal di Sampit.
Biasanya konflik SARA, seperti halnya tragedi Sampit disebabkan konflik antar individu yang berkembang menjadi konflik antar kelompok, sifat primodialisme individu akhirnya berkembang menjadi etnosentris.
Kejadian di Sampit ini menyebabkan ratusan orang meninggal, perang antar suku benar-benar terjadi saat itu. Disebutkan bahwa suku Dayak mempertahankan wilayahnya agar tidak dikuasai oleh suku Madura yang tinggal di Sampit.
3. Konflik Antar Suporter Sepak Bola
Sepak bola tak hanya menjadi sebuah olah raga di Indonesia, fanatisme suporter klub bola sudah tidak asing kita dengar. Konflik antara suporter sering terjadi, penyebab paling umum biasanya karena kekalahan kesebelasan yang didukung dan berujung menjadi konflik antar suporter.
Konflik antar suporter seringkali memicu tawuran dan kekerasan, selain pihak kepolisian yang selalu berjaga-jaga saat pertandingan, tokoh dan sosok yang berkaitan dengan sepak bola biasanya sudah memberikan dan mengingatkan agar suporter bola tidak mudah terbawa emosi.
4. Tawuran Pelajar
Tawuran pelajar lebih sering terjadi di kota-kota besar, tawuran pelajar biasanya dipicu oleh hal sepele namun berkembang menjadi konflik yang lebih besar. Tawuran antar sekolah seringkali menjadi ajang adu kekuatan oleh pelajar, konflik horizontal seperti ini hanya bisa diselesaikan dengan bantuan pihak sekolah dan pihak berwajib.