KH Noer Alie, Pahlawan Nasional Asal Bekasi-Jawa Barat

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bekasi merupakan daerah yang termasuk ke dalam kawasan Jabodetabek. Daerah yang masuk ke dalam provinsi Jawa Barat ini, memang secara geografis lebih dekat dengan Jakarta. Maka dari itu, secara tata bahasa Bekasi memiliki bahasa yang sedikit berbeda dengan daerah di Jawa Barat lainnya.

Hal ini dikarenakan kedekatan wilayah Bekasi dengan Jakarta sehingga bahasa yang digunakan tercampur dengan Bahasa Betawi. Maka tak heran jika banyak yang menyebut Bekasi merupakan daerah dari planet lain karena bahasanya yang berbeda.

Meskipun begitu Bekasi memiliki segudang keunikan dibandingkan daerah lain. Termasuk dalam hal sejarah di daerah ini.

Biografi KH Noer Alie

Saat mendengar nama Chairil Anwar sudah pasti kita akan berfikiran pada puisi. Chairil Anwar merupakan sosok pahlawan yang mencintai karya sastra. Banyak sekali Puisi yang telah diciptakannya. Rata-rata Puisi tersebut menceritakan mengenai sejarah.

Salah satunya puisi berjudul Karawang-Bekasi. Puisi ini sudah pasti tak asing lagi di telinga. Namun, banyak di antara kita yang tidak mengetahui siapa sosok pejuang dalam pertempuran Karawang-Bekasi tersebut.

Sosok tersebut adalah pahlawan nasional yang berasal dari Bekasi. Sosok karismatik namun memiliki sikap ksatria dalam melawan penjajah. Siapakah sosok pahlawan tersebut? Selengkapnya akan dibahas berikut ini.

KH Noer Alie merupakan sosok ulama kharismatik asal Bekasi yang menjadi sosok pejuang dalam pertempuran Karawang-Bekasi. Sebagian besar masyarakat Bekasi tentunya tak asing lagi dengan nama KH Noer Alie.

Lalu, siapakah KH Noer Alie sehingga sosok tersebut menjadi orang yang paling disegani tak hanya oleh masyarakat biasa. Para pejabat di lingkungan Pemerintahan Kota/Kabupaten Bekasi pun sangat menghormati KH Noer Alie. Bahkan KH Noer Alie mendapatkan julukan Singa Karawang Bekasi.

KH Noer Alie lahir di Desa Ujungharapan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi pada pada 1914. KH Noer Alie merupakan anak keempat dari sepuluh orang saudara. Ia lahir dari pasangan Anwar bin Layu dan Maimunah binti Tarbin.

Ujungharapan Bahagia merupakan sebuah daerah yang nama nya baru yang diusulkan pada tahun 1970-an oleh Menteri Luar Negeri yang dalam hal ini adalah Adam Malik saat datang ke Pesantren Attaqwa. Saat KH Noer Ali lahir, daerah Ujungharapan Bahagia semula bernama Desa Ujungmalang, Onderdistrik Babelan, Distrik Bekasi, Regentschap Meester Cornelis, Residensi Batavia.

Ayahnya KH Noer Ali yang bernama Anwar merupakan termasuk orang yang berasal dari kalangan kelas menengah. Ia kerap dimintakan pandangannya oleh warga sekitar. Selain itu, Anwar juga memiliki harta benda yang tergolong banyak seperti tanah, sawah, rumah yang terbuat dari bahan kayu berkualitas baik.

KH Noer Alie kecil dinilai oleh keluarganya merupakan anak yang rajin dan berbakti kepada kedua orang tua. Pada 1934, ia menemouh pendidikan ke kota tanah suci yakni Makkah, Saudi Arabia. Di negeri para Nabi tersebut, KH Noer Alie terpilih menjadi Ketua dari Persatuan Pelajar Betawi (PPB) Almanhajul Khoiri.

Beberapa kegiatan pun diselenggarakan PPB, seperti melakukan unjuk rasa pembatalan penarikan pajak yang dilakukan oleh Pemerintah Saudi Arabia terhadap pelajar asing.

Perjuangan KH Noer Alie untuk Indonesia

Pada 1940, KH Noer Alie pulang ke tanah kelahirannya halaman di Ujungmalang, Bekasi. Setelah pulang dari Mekah, ia mendirikan sebuah madrasah. Setelahnya ia menikah dengan seorang perempuan bernama Siti Rohmah binti Mughni.

Pada tahun1941 KH Noer Alie menampung kekuatan masa guna melakukan beberapa kepentingan bersama seperti membangun jalan tembus yang ada di Ujungmalang, Teluk Pucung. Dari kisah ini, kecintaan KH Noer Alie terhadap Tanah Air tentunya tak perlu diragukan lagi.

Pada bulan November 1945, KH Noer Ali membentuk sebuah organisasi bernama Laskar Rakyat kemudian ia mengeluarkan ultimatum kepada anggotanya untuk berjuang melawan penjajah.

Pembentukan Laskar Rakyat ini dilatarbelakangi karena KH Noer Alie tak rela menyaksikan agresi dan provokasi yang dilakukan oleh tentara sekutu. Agresi tersebut dilakukan untuk mengembalikan Indonesia kepada Belanda.

Hal inilah yang membuat dirinya terdorong untuk membentuk laskar rakyat melawan sekutu. Hasilnya, dalam waktu singkat ia mampu menghimpun sekitar 200 orang yang terdiri dari gabungan santri dan pemuda yang ada di sekitar Babelan, Tarumajaya, Cilincing, dan Muara Gembong.

Mereka kemudian dibekali bela diri dengan dilatih dasar-dasar kemiliteran oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bekasi dan Jatinegara.

Sementara itu, KH Noer Alie bertugas untuk melatih mental dan rohani pasukannya dengan cara berpuasa selama tujuh hari di Masjid Ujungmalang. Pembekalan keduanya penting untuk mempersiapkan sosok tangguh yang bijaksana dalam pertempuran.

Pada 29 November 1945, terjadilah pertempuran sengit pasukan KH Noer Ali melawan Sekutu-Inggris di kawasan Pondok Ungu. Meski sempat mendesak tentara sekutu, pasukan Laskar Rakyat berbalik terdesak sampai jembatan Sasak Kapuk. KH Noer Alie pun menginstruksikan seluruh pasukannya untuk mundur.

Sebagian besar pasukan mundur, namun puluhan lainnya tetap bertahan. Sekitar 30 orang pasukan Laskar Rakyat gugur dalam pertempuran tersebut. Peristiwa tersebut hingga saat ini dikenang sebagai pertempuran Sasak Kapuk, karena terjadi di sekitar jembatan Sasak Kapuk, Pondok Ungu.

Pada tanggal 29 Januari 1992, sosok pahlawan yang berasal dari Bekasi-Jawa Barat ini menutup usia. KH Noer Alie wafat di rumahnya kemudian di makamkan di sebuah pondok Pesantren yang ada di Ujung harapan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi yang bernama Ponpes Attaqwa Puteri.

Beliau wafat pada usia 78 tahun. Bekasi dan sekitarnya kehilangan sosok karismatik serta berdedikasi tinggi pada negara. Setelah 14 tahun wafatnya Singa Karawang-Bekasi ini, masyarakat Jawa Barat, Jakarta, dan Banten memanjatkan syukur.

Sebab, KH Noer Alie sosok yang disegani dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dan bintang Mahaputra Adipradana oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Penganugerahan tersebut diberikan pada tanggal 3 November 2006 berdasarkan Keppres RI Nomor 085/T/Tahun 2006 . Penganugerahan itu diberikan langsung oleh Presiden ke-6 Indonesia yakni Susilo Bambang Yudhoyono. Penghargaan tersebut diberikan kepada putranya yang bernama KH Moh Amin Noer, LC.

Penghargaan tersebut merupakan sebuah puncak penghargaan tertinggi terhadap ulama pejuang yang mengabdikan pemikiran, jiwa, dan raganya untuk agama, bangsa dan negara, terutama di kawasan Jawa Barat dan Jabodetabek.

KH Noer Alie memang layak menyandang gelar Pahlawan Nasional karena semasa hidupnya telah mengorbankan jiwa, raga serta pemikirannya untuk kemerdekaan bangsa. Sikap seperti inilah yang seharusnya dapat kita contoh sebagai generasi muda.

Tak pantang menyerang dan tak takut dengan apapun itulah salah satu sikap yang patut dicontoh. Untuk mengenang jasa KH Noer Alie, Pemerintah Kota Bekasi mengabadikan namanya pada salah satu jalan yang ada di Kalimalang yakni Jalan KH Noer Ali.

Tak ketinggalan, Pemkab Bekasi pun turut mengabadikan nama KH Noer Ali menjadi salah satu nama auditorium yang terdapat di Kantor Pemkab Bekasi.

Itulah sosok Pahlawan Nasional yang berasal dari Bekasi. KH Noer Ali namanya, sosok ulama karismatik dan disegani oleh warga Bekasi dan sekitarnya. Beliau merupakan sosok yang ikut andil dalam peristiwa Karawang-Bekasi sebagaimana yang ditulis oleh Chairil Anwar.

Semangat perjuangan KH Noer Ali memang tak diragukan lagi. Dia tak tega melihat agresi militer yang dilakukan Belanda dan sekutunya.

Maka dari itu, ia membentuk yang namanya Laskar Rakyat. Laskar Rakyat dipersiapkan dengan baik seperti diberi pembekalan bela diri serta Ruhani agar pasukan Laskar Rakyat siap secara fisik dan mental.

Namun, sayangnya, Laskar Rakyat harus menelan kekalahan karena berhasil dipukul mundur Belanda. Meskipun begitu, perjuangan mereka terutama KH Noer Ali patut kita hargai.

fbWhatsappTwitterLinkedIn