4 Tokoh Pahlawan Nasional Dari Garut, Jawa Barat

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pahlawan merupakan orang yang berjasa karena perbuatan yang dilakukan berhasil untuk kepentingan orang banyak. Pahlawan nasional merupakan gelar yang diberikan kepada WNI (Warga Negara Indonesia) yang berjuang dan berkorban untuk melawan penjajah. Semasa hidupnya pahlawan nasional meninggalkan suatu prestasi ataupun kemajuan untuk Indonesia.

Syarat-syarat seseorang dapat dijadikan sebagai pahlawan yaitu:

  • Warga Negara Indonesia yang sudah meninggal dunia
  • Selama masa hidupnya memimpin perjuangan baik perjuangan bersenjata, politik dan lain sebagainya untuk merebut, memprtahankan, mencapai atau mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
  • Mempunyai jiwa dan semangat nasionalisme yang tinggi
  • Tidak mudah menyerah
  • Tidak melakukan perbuatan tercela selama hidupnya
  • Menciptakan gagasan besar untuk menunjang kehidupan bangsa dan negara
  • Mengabdi kepada negara
  • Perjuangannya berdampak nasional
  • Memiliki moral dan akhlak agama yang tinggi

Negara Indonesia mempunyai banyak pahlawan nasional, salah satunya pahlawan dari Garut yang dapat diingat dan ditiru sikap atau sifat positifnya, berikut merupakan pahlawan nasional dari Garut, Jawa Barat:

1. Prof. KH. Anwar Musaddad (1909-2000)

Anwar Musaddad lahir di Garut pada tanggal 3 April 1909. Anwar Musaddad tiba di Indonesia pada tahun 1941 setelah menuntut ilmu di Mekkah selama sebelas tahun dan pada saat itu Indonesia masih berada di bawah kekuasaan Belanda.

Anwar Musaddad ikut serta mempertahankan kemerdekaan secara langsung dengan menjadi pemimpin pasukan Hizbullah di medan pertempuran. Bagi Anwar Musaddad perang melawan penjajah untuk kemerdekaan Indonesia menjadi momentum untuk mengabdikan dirinya kepada bagsa dan negara tanpa harus melepaskan predikatnya sebagai seorang ulama.

Dari tahun 1945-1949 Anwar Musaddad aktif terlibat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setelah perang selesai pada tahun 1949 dimulailah titik awal kehidupan bangsa untuk membangun negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar.

Seiring berjalannya waktu muncul berbagai permasalahan yang dihadapi oleh negara di dalam berbagai bidang baik pada bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya. Namun, Anwar Musaddad memilih untuk kembali ke dunia pendidikan dan dakwahnya karena beliau beranggapan bahwa akan lebih baik.

Anwar Musaddad mendirikan dan menjadi rektor perrama Univeritas Islam Negeri Sunan Gunung Djati di Bandung selain itu Anwar Musaddad juga mendirikan yayasan serta pondok pesantren di Garut, Jawa Barat.

2. Raden Ayu Lasminingrat (1843-1948)

Raden Ayu Lasminingrat lahir pada tahun 1843 di Garut. Beliau di sekolahkan di rumah Kontroleur Levisan (orang Belanda) dan kemudian menjadi perempuan Sunda pertama yang dapat secara fasih berbicara menggunakan bahasa Belanda dengan orang-orang Belanda di Garut.

Pada zaman kolonial Benalnda kondisi perempuan sangat terpojokkan, hal tersebut membuat Raden Ayu Lasminingrat sangat peduli terhadap permasalahan pendidikan khususnya bagi perempuan. Beliau membuka sekolah keutamaan istri di Garut pada tahun 1904 dan pada tahun 1911 muridnya mencapai 200 orang.

Raden Ayu Lasminingrat mendidik anak-anak perempuan supaya kelak mempunyai bekal dalam kehidupan rumah tangga dengan mengajarkan keterampilan perempuan seperti membatik, merajut, menyulam, menjahit dan kerajinan tangan lainnya.

Selain itu, di sekolah keutamaan istri Raden Ayu Lasminingrat juga mengajarkan membaca dan menulis sehingga bisa bisa mendidik dan menjadi contoh bagi anak-anaknya.

3. RAA Adiwijaya

Pada tahun 1813 Raden Adipati Aria Adiwijaya dilantik sebagai seorang Bupati. Peristiwa tersebut merupakan peristiwa bersejarah dan besar bagi masyarakat Garut. Pada saat upacara pelantikan dihadiri oleh kesultanan Cirebon, Banten dan Surakarta.

Masyarakat Garut menyambutnya dengan meriah karena pada saat itu Garut menjadi daerah otonom, dan hingga saat ini masyarakat Garut memperingatinya sebagai hari jadi Kabupaten Garut setiap tanggal 16 Februari.

RAA Adiwijaya merupakan Bupati pertama yang diinginkan oleh masyarakat setempat karena masyarakat mengenalnya sebagai sosok yang handal dan kompeten dari segi pengalaman, kemampuan dan keturunan sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai seorang pemimpin.

Beliau menjabat sebagai Bupati Garut dari tahun 1813 hingga tahun 1831. Beliau juga menjadi tokoh yang berjasa dalam upaya memindahkan Ibukota pada tahun 1813 yang tadinya berada di daerah Limbangan menjadi di daerah Suci.

4. Raden Hadji Moehamad Moesa (1882-1886)

Raden Hadji Moehamad Moesa lahir pada tahun 1822 di Garut. Beliau merupakan seorang ulama, sastrawan dan penghulu. Beliau mempunya banyak karya sastra sehingga beliau dijuluki sebagai pelopor kesusastraan cetak Sunda. Beliau menjadi tokoh utama lahirnya bentuk baru dari tulisan Sunda yang lahir dan besar dalam tradisi yang bercorak Islam.

Raden Hadji Moehamad Moesa memperoleh pendidikan secara formal di salah satu pesantren yang berada di Purwakarta. Pada tahun 1852 beliau pernah menjadi seorang mantri dan pada tahun 1855 Raden Hadji Moehamad Moesa diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai penghulu besar Kabupaten Limbangan.

Beliau mempunyai tugas mengurusi berbagai hal yang memiliki keterkaitan dengan agama Islam seperti pernikahan, dakwah, kelahiran dan kematian

Pada mulanya beliau adalah seorang penghulu dimana dalam masyarakat tradisional penghulu mempunyai peranan yang penting. Pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan peran tradisional dari penghulu untuk dapat memelihara orde kolonial apabila bekerjasama dengan Belanda.

fbWhatsappTwitterLinkedIn