Daftar isi
Pada dasarnya tujuan terpenting dari kegiatan mengajar adalah membantu siswa agar mampu memahami suatu hal berdasarkan apa yang telah diperolehnya dalam proses belajar. Pemahaman tersebut penting agar siswa dapat mengimplementasikan pengetahuan yang didapatnya untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-harinya.
Pembelajaran kontekstual sendiri telah banyak dipraktikkan di negara-negara maju. Misalnya saja di Amerika Serikat, disana dikenal istilah CTL atau Contextual Teaching and Learning dimana para guru dituntut untuk mengaitkan materi-materi yang diberikan di sekolah dengan apa yang terjadi di kehidupan nyata, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa didik akan lebih bermakna bagi mereka.
Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pengertian Secara Umum
Pembelajaran kontekstual bisa diartikan sebagai suatu konsep pembelajaran yang menitikberatkan pada kemampuan siswa untuk mengaitkan atau menghubungkan antara pengetahuan yang didapatnya selama proses belajar dengan situasi yang ada serta bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut di kehidupan sehari-hari.
Pengertian Menurut KBBI
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan:
- Pembelajaran adalah suatu proses atau cara seseorang belajar.
- Kontekstual adalah sesuatu yang berhubungan dengan konteks.
Pengertian Menurut Para Ahli
Beberapa definisi pembelajaran kontekstual menurut para ahli adalah:
- Wina sanjaya (2005: 109) menyebutkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya pada kehidupan mereka.
- Nanik rubiyanto (2010: 72) menyebutkan pembelajaran kontekstual sebagai sebuah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang dipelajari siswa dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menurut Mujahid (2005) mendefinisikan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
- Menurut Johnson (2002: 67) Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungi subjek-subjek akademik yang mereka pelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka, yakni konteks pribadi, sosial, dan budaya.
Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual
Menurut Masnur Muslich (2008: 42) pembelajaran kontekstual memiliki beberapa ciri dan karakteristik sebagai berikut:
- Pembelajaran mengarah pada ketercapaian ketrampilan siswa dalam konteks kehidupan nyata
- Pembelajaran bisa memberi kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna bagi kehidupan sehari-harinya.
- Tujuan pembelajaran adalah untuk memberi pengalaman yang bermakna bagi siswa.
- Pembelajaran dilaksanakan dengan kegiatan kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi antar siswa.
- Mampu menciptakan rasa kebersamaan, bekerjasama, dan saling memahami antar satu siswa dengan yang lain secara lebih mendalam.
- Perbelajaran aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama antar siswa.
- Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan bagi siswa.
Adapun Wina Sanjaya (2005: 110) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran kontekstual adalah:
- Mengaktifkan kembali pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya (activating knowledge)
- Menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge)
- Mengutamkan pemahaman pengetahuan (understanding knowledge
- Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)
- Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan (reflecting knowledge)
Sedangkan menurut Depdiknas (2002 : 8), ciri dari pembelajaran kontekstual adalah :
- Menyenangkan, tidak membosankan.
- Pembelajaran terintegrasi
- Adanya kerjasama.
- Menggunakan berbagai sumber.
- Saling menunjang.
- Siswa aktif.
- Siswa kritis dan guru kreatif.
- Belajar dengan bergairah.
- Sharing dengan teman.
- Laporan kepada orang tua.
Metode Pembelajaran Kontekstual
Metode pembelajaran kontekstual adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual.
Menurut Crawford (2001: 9) ada lima metode atau langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang disebut dengan REACT, yaitu:
- Relating atau mengaitkan pengalaman hidup sesorang dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Tujuannya adalah agar siswa memahami makna atau manfaat dari pembelajaran yang didapatnya sehingga ia akan lebih termotivasi untuk belajar.
- Experience atau memberi pengalaman kepada siswa untuk menggali pengetahuannya sendiri melalui berbagai kegiatan yang dirancangnya.
- Applying yaitu menerapkan konsep pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Diantaranya adalah dengan memberikan latihan soal yang relevan dengan tingkat pemahaman siswa.
- Cooperating yakni melakukan proses pembelajaran melalui kegiatan diskusi, kerja kelompok, dan bertukar pendapat antar siswa atau antara siswa dengan guru.
- Transferring yaitu dengan mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam konteks baru untuk mencoba menyelesaikan soal atau permasalahan yang baru bagi mereka. Tujuannya adalah agar siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam menggali lebih jauh pengetahuan-pengetahuan baru yang selama ini belum pernah di dapatnya.
Komponen Pembelajaran Kontekstual
Menurut Johnson (2002: 65) terdapat delapan komponen dalam pembelajaran kontektual yakni:
- Membuat keterkaitan-keterkaitan atau hubungan yang bermakna (making meaningful connections).
- Melakukan pekerjaan yang siginifikan atau berarti (doing significant work).
- Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri (self regulated learning).
- Bekerjasama (collaborating).
- Berfikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking).
- Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang (nurturing the individual).
- Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard).
- Menggunakan penilaian autentik (using authentic assesment).
Sementara itu menurut Masnur Muslich (2008: 43) dan Wina Sanjaya (2005 : 118) pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama yaitu:
- Membangun, menyusun, dan membentuk pengetahuan baru (constructivism).
- Bertanya dan menemukan jawaban (questioning)
- Menyelidiki atau mencari dan menemukan jawaban melalui proses berpikir sistematis (inquiry).
- Pembelajaran yang ditunjang oleh kelompok belajar (learning community).
- Menampilkan contoh bagi siswa dalam berpikir dan belajar (modelling).
- Melakukan refleksi atas apa yang telah dipelajari (reflection).
- Melakukan penilaian terhadap perkembangan belajar siswa (authentic assesment).
Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran kontekstual menurut Nurhadi (2003) adalah:
- Menyajikan permasalahan kepada siswa dengan maksud agar siswa mampu berpikir kritis dan menggunakan berbagai sumber yang ada dalam memecahkan suatu masalah.
- Memberikan berbagai macam keterampilan yang bervariasi kepada siswa dengan tujuan agar siswa bisa menerapkan pengetahuannya dalam menghadapi permasalahan di berbagai konteks kehidupannya.
- Mengontrol dan mengarahkan siswa agar menjadi pembelajar yang mandiri (self regulated learner) di sepanjang hidupnya.
- Melakukan pembelajaran dalam lingkup siswa yang heterogen, baik dalam masalah nilai, adat istiadat, agama, maupun perspektifnya. Hal ini selain untuk mengajarkan siswa dalam menghargai perbedaan atau toleransi, memperkaya komplesksitas pembelajaran, juga untuk memperluas cara pandang dan membangun kecerdasan interpersonal siswa.
- Mendorong para siswa untuk saling bekerjasama secara aktif dan mandiri dalam proses belajar dan memecahkan persoalan bersama.
- Menggunakan penilaian yang autentik, yakni selaras dengan proses belajar siswa.