Perang Puputan Bali : Sejarah, Penyebab dan Tokoh

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perang Puputan di Bali merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah. Perang ini melibatkan antara masyarakat Bali yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai dengan Belanda. Perang ini dipicu oleh adanya keinginan Belanda untuk menguasai Bali. Belanda ingin membuat Bali memisahkan diri dari Indonesia dan berada di bawah kekuasaan Bali. Tentu saja hal tersebut di tolak mentah-mentah oleh warga Bali terkhusus I Gusti Ngurah Rai.

Pertempuran tidak dapat terelakkan antara masyarakat Bali dengan Belanda. Belanda yang memiliki persenjataan secara penuh berpotensi memenangkan pertempuran. Belanda berhasil memukul mundur pasukan I Gusti Ngurah Rai. Banyak yang menjadi korban dalam peperangan ini. Baik dari pihak Belanda ataupun dari masyarakat Bali itu sendiri. Peristiwanya Puputan di Bali menjadi penanda aksi heroik dan patriotisme masyarakat Bali.

Berikut ini penjelasan terkait Puputan di Bali beserta sejarah, penyebab dan tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya.

Sejarah Puputan di Bali

Perang Puputan di Bali terjadi pada tanggal 20 November 1946. Perang ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Inf. I Gusti Ngurah Rai. Puputan sendiri dalam bahasa Bali berarti perang yang dilaksanakan sampai mati atau hingga titik darah penghabisan.

Sementara itu, margarana mengacu kepada sebuah desa yang ada di Bali yang menjadi tempat pertempuran berlangsung. Latar belakang Puputan Margarana di Bali bermula dari kedatangan kembali Belanda setelah Indonesia merdeka.

Belanda tidak hanya datang ke daerah yang ada di Jawa saja melainkan juga daerah-daerah yang ada di Bali. Pada mulanya kedatangan ini hanya untuk melucuti senjata tentara jepang. Namun, justru kedatangannya ditentang oleh sejumlah rakyat Bali dan para pejuang kemerdekaan. Dari sinilah kemudian pertempuran itu dimulai.

Belanda melakukan negosiasi melalui surat yang dikirimkan oleh Letnan Kolonel J.B T Konig kepada I Gusti Ngurah Rai. Namun, permintaan negosiasi ditolak mentah-mentah oleh beliau. Ia mengatakan bahwa selama Belanda ada di Bali maka selama itu pula para pejuang dan rakyat Bali akan terus melakukan perlawanan.

Perang Puputan pun dimulai, Belanda membawa pasukannya dengan mengepung desa yang menjadi basis pertahanan tentara rakyat Bali. Kejadian tersebut berlangsung pada tanggal 20 November 1946 pagi hari.

Aksi tembak-tembakan di antara keduanya tidak dapat dihindari lagi. Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melawan para barisan pejuang Bali. Belanda terus mengepung dan mengirimkan banyak pasukan. Meskipun begitu, pasukan I Gusti Ngurah Rai tidak gentar, mereka tetap melawan pasukan Belanda.

Mereka terus melakukan untuk menegakkan kemerdekaan Indonesia. Tak heran jika pada perlawanan ini banyak menyebabkan korban jiwa dari kedua belah pihak. Dari pasukan Bali sendiri, sebanyak kurang lebih 100 orang gugur dalam pertempuran terutama I Gusti Ngurah Rai yang menjadi komandan dalam peperangan ini.

Sedangkan dari pihak Belanda, sekitar 400 orang tentara Belanda tewas dalam pertempuran. Meskipun banyak tentara Belanda yang tewas, namun pertempuran berhasil dimenangkan oleh pihak Belanda. Perang Puputan tidak hanya melibatkan pasukan I Gusti Ngurah Rai saja melainkan juga seluruh elemen masyarakat ikut terlibat.

Dalam pertempuran ini masyarakat desa marga banyak berperan penting seperti menjaga pos pengintaian. Dalam Puputan di Bali terdapat tiga pos penjagaan dari pihak Indonesia yakni pada pos pertama merupakan pos pengintaian. Masyarakat bertugas untuk melihat situasi apabila Belanda datang.

Pos kedua dinamakan dengan pos penerima berita. Para petugas yang berjaga bertugas untuk menerima berita dari pos pertama. Sementara itu, pos terakhir merupakan pos induk pasukan. Pos yang digunakan untuk menyiapkan pasukan yang lebih banyak. Setelah mendapatkan informasi terkait Belanda dari pos pertama dan kedua.

Tidak hanya itu, masyarakat juga bertugas sebagai penjaga di tempat perlindungan. Tempat yang digunakan sebagai tempat persembunyian pasukan dan I Gusti Ngurah Rai jika sewaktu-waktu Belanda datang menyerang.

Masyarakat juga bertugas untuk menyiapkan keperluan logistik. Logistik sangat diperlukan dalam sebuah pertempuran. Pasukan membutuhkan makanan agar kuat dalam menjalankan pertempuran. Beberapa masyarakat Marga bertugas untuk menyiapkan makanan dengan memasak bahan makanan untuk pasukan I Gusti Ngurah Rai. Tidak hanya menyiapkan makanan, warga juga menyiapkan tempat sebagai tempat istirahat pasukan.

Penyebab Terjadinya Puputan di Bali

Pertempuran Margarana di Bali selain dipicu karena kedatangan pasukan Belanda di Bali, tetapi juga karena adanya perjanjian Linggarjati. Isi perjanjian Linggarjati membuat masyarakat Bali menjadi sentimen terhadap pasukan Belanda. Di mana secara de facto wilayah yang diakui oleh Belanda sebagai wilayah Indonesia hanya Madura dan Jawa saja sedangkan Bali tidak.

Mendengar hal itu tentu saja Bali tidak terima dan hal tersebut bertepatan dengan kedatangan Belanda ke Bali membuat emosi masyarakat Bali tersulut. Sekitar tanggal 2-3 Maret 1949, Belanda mendaratkan lebih dari 2000 tentaranya di Bali.

Dan hal tersebut tanpa persetujuan atau tidak diketahui oleh I Gusti Ngurah Rai selaku Komandan Resimen Nusa Tenggara. Saat itu, I Gusti Ngurah Rai sedang melakukan perjalanan dinas ke Yogyakarta. Tidak hanya itu saja, Belanda juga mendaratkan kapalnya di pelabuhan lepas pantai Baling.

  • Niatan Untuk Mendirikan Negara Indonesia Timur

Ketika itu, Belanda memiliki niatan untuk menjadikan Bali sebagai negara bagian timur Indonesia agar dapat meningkatkan kekuatan militer Belanda di Bali. I Gusti Ngurah Rai pada saat itu pernah ditawari oleh pihak Belanda agar berpihak kepada mereka.

Namun, ia menolaknya dan lebih memilih membela dan mempertahankan Indonesia. Dengan tegas ia menolak ajakan negosiasi dari Belanda yang memiliki niatan mendirikan Negara Indonesia Timur. Bahkan pada tanggal 18 November 1946, ia mengerahkan pasukannya untuk menyerang tentara militer Belanda.

Belanda yang tidak terima dengan perlawanan yang dilakukan oleh I Gusti Ngurah Rai pun membalasnya dengan mengirimkan pasukan tentara militer dengan jumlah yang lebih banyak. Pertempuran Margarana pun terjadi dan banyak korban yang berguguran.

  • Dendam Masa Lalu

Jauh sebelum ini sebenarnya Belanda sudah pernah berurusan dengan kerajaan Bali. Hal ini dikarenakan keinginan Belanda untuk menguasai Bali. Sejak dulu, Belanda memang memiliki niatan untuk menguasai pulau Dewata.

Maka tak heran jika masyarakat Bali begitu anti dengan Belanda. Ketika itu, berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Klungkung. Kerajaan ini termasuk kerajaan besar di Bali. Keduanya terlibat peperangan karena mempertahankan kekuasaan di Bali.

Semua ini bermula dari tim keamanan Belanda yang melakukan patroli di daerah Klungkung pada tanggal 13 April. Patroli tersebut tentu saja menganggu kenyamanan pihak kerajaan karena melanggar kedaulatan kerajaan.

Belanda beralasan bahwa tujuan patroli tersebut untuk mengamankan dan memeriksa tempat penjualan opium. Hal ini dikarenakan ketika itu Belanda yang memegang monopoli komersial opium. Cokorda Gelgel selaku kerabat dari pihak kerajaan bersiap untuk memberikan serangan kepada tim patroli.

Sebuah serangan dadakan dilakukan oleh pihak Cokorda dan berhasil membuat 10 orang tentara Belanda tewas terbunuh. Meksipun, pihak Cokorda mengalami kemenangan, jumlah yang tewas dari pihak ini juga lebih banyak dibandingkan pihak Belanda yakni sekitar 12 orang. Salah satu yang gugur dalam serangan dadakan adalah I Putu Gledeg.

Akibat dari serangan dadakan dan kekalahan Belanda ini membuat Belanda melakukan serangan balik yang dilakukan pada tanggal 17 April 1908 pada esok harinya. Melihat potensi peperangan yang besar, Raja Klungkung berusaha untuk menghentikan peperangan dengan mengajukan perdamaian. Perdamaian tersebut diwakili oleh sang anak.

Niatan untuk damai, tentu saja ditolak oleh Belanda. Belanda kembali melakukan penyerangan dan berhasil memenangkan pertempuran. Pasukan Gelgel dapat dikalahkan oleh Belanda. Akibat adanya pertempuran ini hubungan kedua pihak yang berpengaruh di Bali ini semakin memanas.

Tidak tanggung-tanggung Belanda mengirimkan ekspedisi khusus untuk mengebom kota Bali saat itu. Ekspedisi didatangkan dari Batavia untuk mengepung kerajaan Klungkung. Secara berturut-turut Klungkung dibom selama 6 hari lamanya.

Akibatnya raja Klungkung memilih untuk menyerah atas serangan yang dilakukan oleh pihak Belanda. Raja meminta waktu lima hari untuk melakukan diplomasi dengan pihak belanda. Lagi-lagi usulan tersebut ditolak. Belanda kembali melancarkan serangan melalui meriam dari kapal.

Tokoh yang Terlibat dalam Puputan di Bali

I Gusti Ngurah Rai tokoh dalam Perang Puputan Margarana Bali

Peristiwa Puputan di Bali tidak melibatkan banyak tokoh hal ini dikarenakan pada pertempuran ini yang banyak terlibat adalah masyarakat Bali. Namun, dalam pertempuran ini dipimpin oleh sosok I Gusti Ngurah Rai yang merupakan Komandan Resimen Nusa Tenggara pada saat itu.

Ia bersama pasukannya yang bernama Tokring Garing Box. Ia menolak mentah-mentah ajakan untuk bergabung bersama pihak Belanda. Ia justru melakukan perlawanan kepada pihak Belanda dengan tetap mempertahankan dan membela Indonesia.

Dia menolak adanya pendirian Negara Indonesia Timur yang di mana salah satunya adalah Bali. Bersama pasukannya dan rakyat ia berjuang melawan Belanda. Akhirnya para pemuda berhasil mengusir tentara Belanda dan mendapatkan barang rampasan dari hasil pertempuran.

Namun sayangnya ternyata pertempuran tersebut belum juga selesai. Tentara NICA rupanya melancarkan aksi serangan melalui pesawat. Hal inilah yang kemudian membuat I Gusti Ngurah Rai tewas di medan perang pada tanggal 20 November.

Tewasnya I Gusti Ngurah Rai memberikan duka yang mendalam bagi masyarakat Bali. Atas aksi heroiknya, ia ditetapkan sebagai salah satu pahlawan nasional dan mendapat penghargaan kehormatan bintang Mahaputra.

Selain itu, ia juga dipromosikan menjadi Brigadir Jenderal secara anumerta. Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan menjadi nama bandara di Bali yakni Bandara Ngurah Rai. Tidak hanya itu, akibat dari pertempuran ini didirikannya Monumen Nasional Margarana.

Di mana di dalam monumen tersebut terdapat candi pahlawan margarana setinggi 17 meter. Di dalam candi tersebut terdapat pahatan isi surat jawaban dari I Gusti Ngurah Rai yang melukiskan perjuangan dan aksi patriotisme bangsa khususnya masyarakat Bali.

Di sebelah Utara dan Timur laut candi pahlawan, terdapat pula tamana bahagia. Di taman tersebut terdapat sekitar 1372 nisan yang menjadi simbol jumlah para pejuang yang gugur dalam peperangan. Peristiwa Puputan di Bali menjadi salah satu bukti kesetiaan masyarakat Bali terhadap Indonesia.

Meskipun sudah ditawari untuk memisahkan diri dari Indonesia, namun mereka begitu gigih mempertahankan dan membela Indonesia. Mereka masih ingin menjadi bagian dari Indonesia.

fbWhatsappTwitterLinkedIn