Sosiologi

Perilaku Manusia : Pengertian, Faktor, dan Macamnya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perilaku manusia adalah ekspresi dari berbagai interaksi antara faktor-faktor kompleks seperti genetika, lingkungan, budaya, dan pengalaman pribadi. Ini mencakup tindakan, respon emosional, keputusan, dan interaksi sosial.

Studi perilaku manusia melibatkan pemahaman terhadap motivasi, pola perilaku, dan dinamika psikologis yang membentuk cara individu berperilaku. Disiplin ilmu seperti psikologi, antropologi, dan sosiologi berkontribusi pada pemahaman kita tentang perilaku manusia.

Ilmu yang secara khusus mempelajari perilaku manusia mencakup berbagai disiplin seperti psikologi, antropologi, dan sosiologi. Psikologi memfokuskan diri pada pemahaman proses mental dan perilaku individu.

Antropologi memeriksa perilaku manusia dalam konteks budaya dan evolusi. Sosiologi mempelajari perilaku dalam masyarakat dan struktur sosial. Semua ilmu ini bersinergi untuk memberikan wawasan holistik tentang berbagai aspek perilaku manusia.

Lingkungan memiliki pengaruh signifikan pada perilaku manusia. Faktor-faktor lingkungan, seperti tempat tinggal, pekerjaan, budaya, dan pergaulan, dapat memengaruhi cara seseorang berperilaku.

Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat turut berperan dalam membentuk norma, nilai, dan ekspektasi yang memengaruhi perilaku seseorang. Selain itu, pengaruh lingkungan fisik dan sosial juga dapat memainkan peran dalam membentuk kebiasaan, preferensi, dan respons emosional orang tersebut.

Pengertian Perilaku Manusia Menurut Para Ahli

Berikut pengertian dari perilaku manusia berdasarkan pandangan para ahli.

1. John B. Watson

John B. Watson, seorang psikolog Amerika, memandang perilaku manusia melalui lensa behaviorisme. Watson percaya bahwa perilaku dapat dijelaskan dan dipahami melalui observasi objektif terhadap tindakan terlihat dan tanggapan terukur terhadap stimulus eksternal.

Menurut Watson, individu lahir tanpa perilaku yang tetap dan kemudian perilaku tersebut dikembangkan melalui pengalaman belajar. Ia menekankan peran lingkungan dalam membentuk perilaku dan berpendapat bahwa dengan mengubah lingkungan, kita dapat memprediksi dan mengontrol perilaku manusia.

Pendekatan Watson terhadap perilaku manusia menyoroti pentingnya faktor lingkungan dan eksperimen perilaku dalam memahami dan memanipulasi respons individu. Pendekatan ini menjadi dasar bagi perkembangan aliran behaviorisme dalam psikologi.

2. B.F. Skinner

B.F. Skinner, seorang psikolog dan tokoh utama dalam aliran behaviorisme, mengembangkan konsep operant conditioning (pembelajaran melalui konsekuensi perilaku) dalam memahami perilaku manusia. Pandangan Skinner menekankan pada konsep reinforcement (penguatan) dan punishment (hukuman) sebagai faktor kunci dalam membentuk perilaku.

Menurut Skinner, perilaku manusia dipengaruhi oleh konsekuensi dari tindakan yang diambil. Jika suatu tindakan diikuti oleh hasil yang menyenangkan (reinforcement positif) atau menghindarkan konsekuensi yang tidak menyenangkan (reinforcement negatif), kemungkinan besar individu akan mengulangi tindakan tersebut.

Sebaliknya, jika suatu tindakan diikuti oleh hukuman, kemungkinan perilaku tersebut akan berkurang. Skinner juga memperkenalkan konsep operant conditioning melalui penggunaan kotak Skinner atau “Skinner box” untuk mengamati respons hewan terhadap stimulus dan konsekuensi.

Pendekatan ini memperkuat pemahaman kita tentang bagaimana perilaku manusia dapat dipahami dan dimanipulasi melalui konsep reinforcement dan punishment.

3. Margaret Mead

Margaret Mead, seorang antropolog terkenal, melihat perilaku manusia dari perspektif antropologi budaya. Ia menekankan peran budaya dalam membentuk perbedaan perilaku antar masyarakat. Menurut Mead, norma-norma budaya, nilai-nilai, dan ekspektasi sosial sangat mempengaruhi bagaimana individu di dalam suatu masyarakat berperilaku.

Ia melakukan penelitian etnografis yang terkenal, seperti di Samoa, dan menyimpulkan bahwa perilaku manusia, terutama terkait dengan seksualitas dan peran gender, bukanlah konstan atau universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.

Pandangan Mead menyoroti keanekaragaman perilaku manusia dan menekankan bahwa budaya memiliki peran kritis dalam membentuk dan memandu tindakan individu. Dengan kata lain, apa yang dianggap sebagai perilaku yang normal atau sesuai dapat bervariasi secara signifikan antar budaya.

4. Émile Durkheim

Émile Durkheim, seorang sosiolog terkemuka, memandang perilaku manusia dalam konteks struktur sosial dan interaksi sosial. Ia dikenal karena karyanya dalam mengkaji integrasi sosial dan dampaknya terhadap perilaku kolektif.

Durkheim menyatakan bahwa perilaku manusia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor individual, tetapi juga oleh struktur sosial di mana mereka berada. Ia memandang fenomena sosial, termasuk perilaku, sebagai sesuatu yang lebih besar dari individu dan dihasilkan oleh dinamika hubungan sosial.

Contohnya, Durkheim mempelajari tingkat bunuh diri dan menunjukkan bahwa tingkat tersebut dapat terkait erat dengan tingkat integrasi sosial dalam suatu masyarakat. Pandangannya menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial dan kolektif memainkan peran penting dalam membentuk perilaku manusia, dan pemahaman terhadap perilaku harus melibatkan analisis struktural sosial.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Manusia

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia adalah sebagai berikut.

Faktor Internal

Faktor internal memengaruhi perilaku manusia. Faktor internal mencakup berbagai aspek, semua faktor tersebut saling terkait dan berkontribusi pada perilaku manusia. Pemahaman terhadap faktor internal tersebut sangat penting untuk merinci kompleksitas dan keunikan setiap individu dalam merespons dan beradaptasi dengan lingkungan. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Jenis Ras atau Keturunan

Jenis ras atau keturunan sebagai faktor internal yang secara langsung menentukan perilaku manusia dapat menjadi pendekatan yang terlalu simplistik dan tidak memperhitungkan kompleksitas sebenarnya. Genetika mungkin memainkan peran dalam menentukan sebagian karakteristik fisik dan kemampuan kognitif.

Satu kelompok ras atau etnis memiliki ciri-ciri perilaku tertentu dapat memunculkan stereotip dan prasangka, yang dapat merugikan dan tidak akurat. Manusia memiliki keragaman genetik yang signifikan, dan setiap individu di dalam kelompok etnis atau ras tertentu dapat memiliki perbedaan besar dalam perilaku, kepribadian, dan preferensi.

Pendekatan terbaik adalah melihat perilaku manusia sebagai hasil dari interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Dengan memahami keunikan setiap individu dan menghormati keragaman, masyarakat dapat mendorong lingkungan yang inklusif dan menghindari generalisasi berlebihan berdasarkan ras atau keturunan.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat dianggap sebagai faktor internal yang memengaruhi perilaku manusia. Perbedaan biologis antara pria dan wanita, termasuk perbedaan hormon dan struktur otak, dapat memainkan peran dalam membentuk karakteristik perilaku yang berbeda.

Pada umumnya, terdapat kecenderungan untuk melihat perbedaan dalam kecenderungan perilaku, preferensi, dan respons emosional antara pria dan wanita. Namun, penting untuk diingat bahwa ini adalah tren umum dan tidak mutlak.

Faktor-faktor seperti budaya, pendidikan, dan pengalaman pribadi juga memiliki dampak signifikan pada perilaku individu. Sementara jenis kelamin dapat memberikan dasar biologis, kompleksitas perilaku manusia tetap dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks antara faktor internal dan eksternal.

3. Sifat Fisik

Beberapa sifat fisik, seperti kesehatan fisik, tinggi badan, kekuatan fisik, dan daya tahan, dapat memengaruhi kemampuan dan preferensi individu dalam berbagai aktivitas. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa persepsi orang lain terhadap sifat fisik individu dapat memengaruhi perilaku sosial dan interaksi interpersonal.

Citra tubuh dan penampilan fisik juga dapat berperan dalam membentuk kepercayaan diri dan konsep diri, yang dapat memengaruhi perilaku seseorang dalam berbagai konteks. Meskipun sifat fisik dapat memainkan peran penting, perlu diingat bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks antara faktor-faktor internal dan eksternal.

4. Kepribadian

Kepribadian mencakup pola-pola kognitif, emosional, dan perilaku yang konsisten pada seseorang. Faktor-faktor seperti tingkat ekstroversion, ketidakstabilan emosional, keterbukaan terhadap pengalaman, kesetujuan, dan ketekunan dapat memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan dunia dan merespon situasi tertentu.

Kepribadian dapat memengaruhi bagaimana seseorang mengambil keputusan, menanggapi stres, dan berinteraksi dengan orang lain. Meskipun ada ciri-ciri umum dalam kepribadian manusia, setiap individu memiliki kombinasi yang unik dan kompleks dari faktor-faktor tersebut.

Sehingga, sementara faktor-faktor lain seperti lingkungan dan pengalaman hidup memainkan peran penting, kepribadian juga merupakan faktor internal yang sangat memengaruhi perilaku manusia.

5. Intelegensia

Intelegensia atau kecerdasan juga dianggap sebagai faktor internal yang memengaruhi perilaku manusia. Intelegensia dapat meliputi kemampuan kognitif, pemahaman, dan kecerdasan umum individu. Tingkat kecerdasan dapat mempengaruhi cara seseorang memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Orang yang memiliki tingkat intelegensia yang tinggi mungkin cenderung lebih efektif dalam memproses informasi, menyelesaikan tugas kompleks, dan berprestasi dalam berbagai bidang. Namun, perlu dipahami bahwa intelegensia hanya salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Faktor-faktor lain, seperti kepribadian, motivasi, dan pengalaman hidup, juga berkontribusi pada pola perilaku individu.

6. Bakat

Bakat adalah kemampuan alami atau kecenderungan individu dalam suatu bidang tertentu. Orang dengan bakat khusus mungkin cenderung menunjukkan minat dan keahlian yang lebih besar dalam aktivitas atau profesi yang sesuai dengan bakatnya masing-masing.

Bakat dapat memengaruhi pilihan karir, hobi, dan kegiatan sehari-hari seseorang. Bagaimana seseorang mengembangkan dan menggunakan bakatnya juga dapat membentuk perilaku dan pencapaian mereka dalam berbagai konteks.

Meskipun bakat bisa menjadi faktor pendorong dalam membentuk perilaku, pengalaman, latihan, dan motivasi juga memainkan peran penting dalam mengembangkan potensi bakat tersebut.

Faktor Eksternal

1. Pendidikan

Pendidikan memberikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai tertentu yang dapat membentuk cara individu berpikir, merespons, dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Pendidikan membantu membentuk pemahaman individu tentang norma sosial dan etika yang memengaruhi perilakunya.

Melalui pendidikan, seseorang belajar berinteraksi dengan orang lain dan memahami perannya dalam masyarakat, yang mempengaruhi perilaku sosial serta membuka pemahaman tentang dunia, budaya, dan nilai-nilai yang memengaruhi pandangan seseorang terhadap kehidupan.

Sementara pendidikan adalah faktor eksternal yang kuat, perlu diingat bahwa interaksi dengan faktor internal seperti kepribadian, bakat, dan pengalaman hidup juga membentuk perilaku manusia secara holistik.

2. Agama

Agama sering memberikan panduan moral dan etika yang memengaruhi keputusan dan tindakan seseorang serta praktek keagamaan, seperti ritual dan upacara, dapat membentuk perilaku sehari-hari. Hal itu karena agama dapat membentuk hubungan sosial dan norma dalam komunitas keagamaan, mempengaruhi cara berinteraksi dengan sesama.

Prinsip-prinsip agama dapat mendorong seseorang untuk terlibat dalam kegiatan kebajikan dan amal, memengaruhi perilaku sosial. Meskipun agama dapat memberikan panduan moral dan etika, namun perlu dipahami bahwa pengalaman keagamaan dan interpretasi terhadap ajaran agama dapat bervariasi di antara pribadi masing-masing, bahkan dalam komunitas keagamaan yang sama.

3. Kebudayaan

Kebudayaan membentuk norma sosial dan nilai-nilai yang memandu berperilaku dalam masyarakat. Kebudayaan menentukan bahasa yang digunakan, dan bahasa memainkan peran penting dalam komunikasi dan pemahaman budaya, memengaruhi interaksi sosial dan perilaku berkomunikasi.

Selain itu, memiliki tradisi dan ritual yang membentuk cara seseorang berperilaku dalam konteks upacara, perayaan, atau peristiwa kehidupan lainnya dan memengaruhi sistem pendidikan, yang pada gilirannya membentuk pemikiran, nilai, dan perilaku generasi muda.

Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kebudayaan tempatnya tinggal dan tumbuh. Kebudayaan juga berperan penting dalam membentuk identitas dan cara individu berinteraksi dengan dunia sekitarnya.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah faktor eksternal yang memiliki dampak besar pada perilaku manusia. Lingkungan fisik, seperti iklim, topografi, dan infrastruktur kota, dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari dan gaya hidup orang yang tinggal didalamnya.

Interaksi dengan keluarga, teman, dan masyarakat sekitar memainkan peran dalam membentuk norma, nilai, dan perilaku sosial. Sementara itu, lingkungan pendidikan dan pekerjaan juga bisa mempengaruhi cara seseorang untuk belajar, berkembang, dan berpartisipasi dalam masyarakat.

Kemudian, adanya media, termasuk televisi, internet, dan sosial media, memainkan peran dalam membentuk pandangan dunia dan perilaku konsumsi informasi. Dengan memahami pengaruh lingkungan tersebut, masyarakat dapat lebih baik mengerti bagaimana faktor-faktor eksternal dapat membentuk dan memengaruhi perilaku manusia.

5. Sosial Ekonomi

Tingkat pendapatan dan kesejahteraan ekonomi keluarga dapat mempengaruhi akses terhadap pendidikan, perumahan, kesehatan, dan kesempatan lainnya, yang semuanya dapat membentuk perilaku serta memengaruhi akses ke pendidikan dan peluang pendidikan, yang dapat membentuk keputusan dan perilaku individu.

Tersedianya peluang pekerjaan dan pilihan karir, bersamaan dengan kondisi kerja dan penghasilan, akan mempengaruhi bagaimana seseorang menghabiskan waktunya dan membuat keputusan. Sosial ekonomi memiliki dampak yang kompleks dan saling terkait dengan banyak aspek perilaku manusia.

Pemahaman terhadap pengaruh sosial ekonomi dapat membantu merancang kebijakan dan inisiatif yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Macam-macam Perilaku Manusia

Berikut merupakan macam-macam dari perilaku manusia.

1. Perilaku Kognitif

Perilaku kognitif lebih berkaitan pada tindakan atau proses mental yang melibatkan pemikiran, pengetahuan, dan pengolahan informasi oleh otak individu. Hal itu mencakup berbagai aspek kognitif, seperti persepsi, memori, perhatian, bahasa, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.

Dengan kata lain, perilaku kognitif mencakup cara seseorang memproses, menyimpan, dan menggunakan informasi untuk merespons dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perilaku kognitif sering menjadi fokus dalam studi psikologi kognitif dan neurosains kognitif untuk memahami bagaimana pikiran manusia beroperasi. Perilaku kognitif mencerminkan cara pikiran manusia beroperasi dan berinteraksi dengan lingkungan.

2. Perilaku Afektif

Perilaku afektif merupakan perilaku seseorang yang berkaitan pada ekspresi dan respons emosional individu terhadap stimulus atau situasi tertentu serta melibatkan segala sesuatu yang terkait dengan perasaan, suasana hati, dan respons emosional yang mungkin timbul pada individu dalam berbagai konteks.

Perilaku afektif memainkan peran penting dalam interaksi sosial, komunikasi, dan pengambilan keputusan. Pemahaman perilaku afektif membantu manusia untuk menggali bagaimana emosi memengaruhi perilaku manusia dan bagaimana ekspresi emosional dapat memainkan peran dalam dinamika interpersonal.

3. Perilaku Psikomotorik

Perilaku psikomotorik adalah segala aktivitas atau gerakan fisik yang mencerminkan interaksi antara proses mental dan keterlibatan motorik. Kemudian melibatkan koordinasi kompleks antara pikiran, perasaan, dan tindakan fisik individu.

Perilaku psikomotorik mencakup berbagai aspek, seperti keterampilan motorik kasar, keterampilan motorik halus, koordinasi mata dan tangan, serta reaksi fisik terhadap rangsangan eksternal. Contoh perilaku psikomotorik melibatkan tindakan yang memerlukan koordinasi dan interaksi antara pikiran dan gerakan fisik, seperti menari, menulis, mengemudi, atau bermain alat musik.

Pemahaman tentang perilaku psikomotorik membantu kita menggali kompleksitas bagaimana sistem saraf, kognitif, dan motorik bekerja bersama untuk menghasilkan gerakan dan aktivitas fisik.

4. Perilaku Tampak

Perilaku tampak lebih terlihat pada segala tindakan, ekspresi, atau gerakan yang dapat diamati atau dilihat secara langsung oleh orang lain. Hal itu meliputi semua aspek perilaku yang dapat terlihat atau teramati oleh pengamat.

Perilaku tampak dapat mencakup ekspresi wajah, gerakan tubuh, tindakan fisik, atau bahkan respons verbal yang dapat diamati oleh orang lain dalam suatu situasi atau konteks tertentu. Dalam konteks psikologi dan ilmu perilaku, pemahaman perilaku tampak penting untuk menganalisis interaksi sosial dan dinamika antarindividu.

5. Perilaku Tidak Tampak

Perilaku tidak tampak adalah perilaku yang tidak dapat diamati atau terlihat secara langsung oleh orang lain seperti proses mental, perasaan, atau reaksi emosional yang tidak secara jelas terlihat melalui tindakan atau ekspresi fisik.

Perilaku tidak tampak mencakup hal-hal seperti pemikiran, perasaan dalam hati, atau keputusan internal yang tidak selalu tercermin melalui gerakan fisik atau respons yang dapat diamati oleh orang lain. Contoh perilaku tidak tampak termasuk proses kognitif seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau perasaan seperti cemas atau bahagia yang mungkin tidak tampak dari luar.

Memahami perilaku tidak tampak sering melibatkan introspeksi dan analisis internal terhadap pikiran dan perasaan seseorang.

6. Perilaku Molekuler

Perilaku molekuler merujuk pada perilaku yang dapat dijelaskan dan dipahami melalui proses-proses biologis dan molekuler di tingkat sel dan molekuler. Semua itu mencakup aspek-aspek perilaku yang terkait dengan interaksi molekuler, struktur genetik, dan ekspresi gen.

Contoh-contoh perilaku molekuler dapat mencakup reaksi seluler terhadap stimulus eksternal, perubahan dalam ekspresi gen tertentu, atau aktivitas molekuler yang terlibat dalam proses biologis seperti pembelahan sel atau respons terhadap zat kimia tertentu.

Studi perilaku molekuler sering terkait erat dengan bidang-bidang ilmu seperti biologi molekuler, biokimia, dan genetika molekuler, di mana penelitian berfokus pada pemahaman dasar tentang bagaimana tingkat molekuler memainkan peran dalam berbagai aspek perilaku dan fungsi biologis.

7. Perilaku Stereotip

Perilaku stereotip merupakan tindakan atau respons yang didasarkan pada stereotip, yaitu pandangan umum atau keyakinan terhadap kelompok tertentu. Stereotip adalah persepsi atau gagasan umum tentang karakteristik yang diyakini umumnya dimiliki oleh individu dari kelompok tertentu, seringkali tanpa mempertimbangkan variasi individual.

Perilaku stereotip dapat mencakup tindakan atau respons yang mencerminkan pemahaman atau asumsi yang terkait dengan stereotip tertentu. Hal itu dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk sosial, profesional, atau budaya.

Perlu di pahami bahwa perilaku stereotip dapat mengarah pada generalisasi yang tidak akurat dan tidak adil terhadap individu-individu dalam kelompok tersebut. Pemahaman yang lebih baik tentang keunikan dan keragaman individu lebih dianjurkan daripada mengandalkan stereotip dalam menilai atau berinteraksi dengan orang lain.

8. Perilaku Tertutup

Perilaku tertutup dapat terlihat pada kecenderungan seseorang untuk tidak berbagi atau menunjukkan informasi, ide, atau perasaan secara terbuka. Orang yang menunjukkan perilaku tertutup cenderung lebih hati-hati atau merahasiakan informasi pribadi mereka.

Hal itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti rasa privasi yang kuat, ketidaknyamanan untuk berbicara secara terbuka, atau keinginan untuk melindungi diri dari penilaian atau kritik. Perilaku tertutup tidak selalu bersifat negatif, dan setiap individu memiliki batasan privasi yang berbeda.

Namun, jika perilaku tertutup menghambat komunikasi yang sehat atau menghambat hubungan interpersonal, dapat menjadi bermanfaat untuk memahami dan mengelola kecenderungan ini dengan membangun kepercayaan dan keterbukaan.

9. Perilaku Terbuka

Perilaku ini lebih cenderung untuk berbagi informasi, ide, atau perasaan secara jelas dan terus terang. Orang yang menunjukkan perilaku terbuka cenderung transparan, mudah berkomunikasi, dan bersedia membuka diri terhadap orang lain. Seseorang tidak ragu untuk menyampaikan pendapat, perasaan, atau informasi yang relevan.

Perilaku terbuka dapat menciptakan suasana komunikasi yang sehat, memperkuat hubungan interpersonal, dan membangun kepercayaan. Hal itu juga dapat membantu dalam pemecahan masalah, resolusi konflik, dan berkontribusi pada lingkungan di mana ide dan informasi dapat bertukar dengan mudah. Perilaku terbuka merupakan aspek penting dalam membangun hubungan yang positif dan produktif.

10. Perilaku Sadar

Perilaku sadar terkait dari tindakan atau respons yang dilakukan dengan kesadaran penuh dan pemahaman atas apa yang dilakukan serta keberanian untuk mengambil keputusan berdasarkan pemahaman dan penilaian yang menyeluruh tentang situasi atau konsekuensi yang mungkin terjadi.

Perilaku sadar melibatkan tingkat kesadaran diri dan keterlibatan mental yang tinggi dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Hal itu sangat berlawanan dengan tindakan impulsif atau tanpa pertimbangan. Orang yang menunjukkan perilaku sadar cenderung mempertimbangkan nilai-nilai, tujuan, dan dampak dari tindakan mereka sebelum bertindak.

11. Perilaku Tidak Sadar

Perilaku yang tidak dapat dilihat secara langsung, seperti dalam mengambil keputusan atau tindakan yang diambil tanpa pertimbangan yang mendalam atau tanpa kesadaran akan dampak yang mungkin terjadi.

Perilaku tidak sadar bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk kebiasaan, reaksi otomatis terhadap stimulus tertentu, atau kurangnya refleksi diri pada saat pengambilan keputusan. Terkadang, perilaku tidak sadar dapat muncul sebagai respons terhadap pengaruh lingkungan atau impuls yang tidak disadari.

Mengidentifikasi perilaku tidak sadar dapat membantu seseorang untuk lebih memahami motivasi di balik tindakannya dan jika diperlukan, membuat perubahan yang lebih disengaja dan sadar.

12. Perilaku Id

Istilah Perilaku Id berasal dari teori psikoanalisis Sigmund Freud dan merujuk pada bagian kepribadian yang didasarkan pada naluri dan dorongan biologis. Freud mengemukakan bahwa kepribadian terdiri dari tiga bagian yaitu Id, Ego, dan Superego.

Bagian Id beroperasi di tingkat tidak sadar dan mengandung dorongan-dorongan biologis dan naluri dasar. Id berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, keinginan seksual, dan hasrat primordial serta bekerja dengan prinsip kenikmatan, berusaha untuk memenuhi keinginan segera tanpa memedulikan norma sosial atau konsekuensi.

Dengan kata lain, perilaku Id mencerminkan dorongan-dorongan primitif dan naluri yang ada dalam diri seseorang. Hal itu menjadi bagian kepribadian yang berkembang dari ketidakpuasan dan memerlukan mediasi dari bagian-bagian lainnya, seperti Ego dan Superego, untuk mencapai keseimbangan yang sehat dalam kepribadian.

13. Perilaku Ego

Perilaku ego merupakan respons dan tindakan yang muncul dari fungsi kepribadian yang disebut ego. Dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud. Ego adalah bagian kepribadian yang berusaha untuk menjembatani antara keinginan-keinginan dasar yang dinyatakan oleh Id dan norma-norma sosial serta realitas lingkungan, sebagaimana dinyatakan oleh Superego.

Berbeda dengan Id yang beroperasi di tingkat tidak sadar dan dipandu oleh prinsip kenikmatan, ego berusaha untuk memenuhi keinginan-keinginan tersebut dengan cara yang realistis dan sesuai dengan norma-norma sosial.

Ego berfungsi untuk mengendalikan impuls-impuls Id dan beradaptasi dengan realitas luar. Perilaku ego mencerminkan usaha untuk mencapai keseimbangan antara keinginan-keinginan naluri yang mendasar dan tuntutan-tuntutan realitas lingkungan.

14. Perilaku Superego

Superego adalah salah satu bagian dari struktur kepribadian dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud. Superego berperan sebagai norma internal dan moral individu yang berkembang seiring waktu melalui pengaruh orang tua, masyarakat, dan nilai-nilai moral yang diajarkan kepada seseorang.

Pada dasarnya, Superego mencerminkan aturan, nilai-nilai, dan norma moral yang dipertahankan dan ditanamkan dalam diri seseorang. Fungsi Superego adalah mengontrol perilaku dengan menerapkan standar moral yang diinternalisasi, serta memberikan rasa bersalah atau rasa puas sebagai respons terhadap tindakan yang sesuai atau tidak sesuai dengan norma-norma moral tersebut.

Perilaku Superego mencerminkan penilaian moral dan etika dalam tindakan individu. Ini bertindak sebagai pengendali internal yang berusaha untuk mencapai standar moral tertentu, yang dapat berbeda-beda antara seseorang berdasarkan pengalaman hidup dan nilai-nilai yang diterima selama perkembangan.