Biografi Delsy Syamsumar, Pelukis, Ilustrator dan Art Director Film Berbakat

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info
Delsy Syamsumar

Delsy Syamsumar, seorang pelukis, ilustrator, wartawan masmedia, pelukis komik dan penata artitik besar asal Ranah Minang, Sumatera Barat. Karya-karyanya di berbagai bidang seni telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan seni Indonesia dan menjadi salah satu seniman yang dikagumi oleh mancanegara.

Banyak ilustrasi-ilustrasi dalam membuat kartun di masmedia, cover novel-novel Indonesia dan juga kiprahnya sebagai Director Film nya yang menarik perhatian seniman luar seperti Prancis dan Australia.

Delsy adalah satu dari tak banyak pelaku seni Indonesia yang mendapatkan penghargaan pada Festival Nasional baik di Indonesia maupun Asia. Delsy, sang pelukis dengan level mahir dalam melukis subjek wanita. Kiprahnya sebagai tokoh perfilman banyak mempengaruhi karya lukisnya baik dari komposisi warna maupun cara pengambilan objeknya. Berikut kita akan membahas biografi sang pelukis Neoklasik ini mulai dari kelahiran, masa remaja termasuk karya-karyanya.

Kelahiran dan Masa Kecil Delsy Syamsumar

Delsy Syamsumar, seniman berdarah Minang lahir pada tanggal 7 Mei 1935 di Kota Medan, Sumatera Utara. Ayahnya berprofesi sebagai pelukis rumah gadang dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Masa kecil Delsy dilewati di Kota Bukittinggi karena orang tuanya memutuskan pindah akibat adanya Perang Revolusi.

Sejak kecil, Delsy sudah menampakkan bakat dan minta dalam dunia seni khusunya seni lukis. Dari umur lima tahun, ia sudah gemar berkarya dengan cat minyak. Pada usia 10 tahun, yaitu tahun 1945 Delsy menempuh pendidikan dasar dari guru Arifin Zainun Exs INS Kayu Tanam hingga tahun 1949.

Masa Remaja dan Dewasa Delsy Syamsumar

Pada tahun 1950, ia bergabung dalam Kelompok Seniman Muda Indonesia (SEMI) yang diprakarsai oleh Zetka dan A. A Navis. Ia tergabung dalam kelompok ini hingga tahun 1954. Selama periode tersebut, Delsy tercatat berkali-kali menjuarai lomba lukis Saat ia masih berumur 17 tahun, ia sudah menjadi sosok pelukis komik yang dikenali hampir seluruh Indonesia karena beberapa karyanya beberapa kali diterbitkan oleh majalah Aneka. Komik Mawar Putih dan Bajak Laut Aceh adalah karya Delsy Syamsunar yang terkenal saat itu.

Tahun 1954, Delsy pergi ke Jakarta dan bekerja di salah satu penerbit. Disana ia bertanggung jawab dalam mengarang dan melukis komik. Delsy pun mendapat sambutan baik atas karyanya tentang komik sejarah pahlawan yang berjudul Komik Sejarah Pahlawan Tanah Air. Pada periode 1955-199, ia bergabung menjadi salah satu anggota “Seniman Senen” yang beranggotakan pers (masmedia), orang perfilman dan teater.

Pada tahun 1960, Delsy melebarkan sayapnya ke dunia perfilman dengan menjadi sutradara. Ia pun mendapat perhargaan kritisi melukis credit title dalam bentuk sketsa untuk film PERFINI yang berjudul Pejuang. Tahun 1962, ia pun menyutradarai sebuah film berjudul Holiday in Bali. Tahun ini juga ia terpilih sebagai dekor tata warna terbaik dalam ajang Festival Film Asia yang digelar di Tokyo, Jepang. Prestasi lainnya pada tahun yang sama adalah menjadi juara I dalam sayembara karikatur PWI.

Pada tahun 1964 hingga 1966, Delsy dipercaya menjadi dekorator Hotel Indonesia yang diprakarsai oleh Teguh Karya. Selanjutnya, Delsy pun terjun ke dunia jurnalistik dengan menjadi wartawan dan ilustrator di majalah CARAKA pada tahun 1966 hingga 1970. Pada periode ini, ia memperoleh penghargaan dari Prancis sebagai I’excellent Dessinateur (lecture seni). Delsy kembali menggarap film pada tahun 1970 dan juga menjadi pelopor penggunaan teknik cetak poster pada film dan majalah Kartini, Lavita dan Variasi.

Berkat kemampuannya yang luar biasa, pada tahun 1978 hingga 1982, Delsy dipercaya menjadi wakil ketua Art Director Film dan Televisi Indonesia, hingga diberikan tugas untuk menjadi sutradadara film berjudul Buaya Deli, yang keluar sebagai juara untuk kategori film terbaik berlatar belakang sejarah. Pada tahun 1982, Delsy dipilih untuk menjadi wakil ketua Yayasan Bengkel Seni. Tahun selanjutnya, Delsy berkara dalam 3 hal sekaligus, yaitu menjadi sutradara artistik film berjudul Saur Sepuh untuk seri 3, 4, 5, menjadi penata artistik untuk tiga film salah satunya Jayaprana dan di tahun ini juga ia mengikuti pameran ilustrator seluruh Indonesia.

Delsy pun mengadakan pameran tunggalnya pada tahun 1985. Pada tahun 1991, berkat film Saur Sepuh yang ia garap pada tahun 1982, ia masuk nominasi artistik dalam sebuah penghargaan besar. Selanjutnya, Delsy bersama seniman kondang lainnya yaitu Basuki Abdullah mengadakan pameran lukisan bertempat di Gedung Kesenian Hotel Indonesia pada tahun 1992. pada kurun 1992 hingga 1994, Delsy tercatat juga pernah mengadakan training animasi film kartun.

Karir Delsy Syamsumar terus berlanjut meski usianya tak muda lagi. Tahun 1996, ia ambil bagian dalam film kolosal Fatahillah sebagai supervisor artistik. Tahun selanjutnya ia juga mengikuti pameran-pameran bersama rekan lainnya seperti di Balai Budaya Menteng. Hingga pada tahun 2000, sebuah karya besarnya pun lahir, sebuah karya kolosal berjudul Gelar Perang Sentot Prawirodirjo .

Karya-karya Delsy Syamsumar

Berikut adalah beberapa karya terkenal dari Delsy Syamsumar:

  • Komik Si Semut
    Komik dengan tebal 38 halaman ini diterbitkan pada tahun 1961 oleh Penerbit Pertiwi Djakarta. Berbeda dengan karya Delsy lainnya yang biasa menampilkan potret wanita dalam majalah-majalah tahun 70-an. Komik anak-anak berukuran 15 cm x 20.5 cm ini berisikan ilustrasi-ilustrasi yang bagus dan cocok untuk anak-anak usia sekolah.
  • Komik Bajak Laut Aceh dan Mawar Putih
    Dua komik ini merupakan hasil karya Delsy Syamsumar saat masih muda tepatnya saat ia masih berumur 17 tahun. Saat itu Delsy sudah gemar mengirim karya-karyanya ke penerbit-penerbi di Jakarta yang membuatnya telah dikenal saat usia relatif muda. Dua komik ini diterbitkan di majalah Aneka.
  • Persembahan untuk Diponegoro
    Lukisan berukuran 142 cm x 89.5 cm ini menggambarkan suasana saat Pangeran Diponegoro selesai mengangkat Sentot untuk menjadi panglima pasukan pilihan, yang saat itu Diponegoro pun menerima persembahan tanda setia dari sejumlah bangsawan Surakarta. Lukisan Persembahan untuk Diponegoro ini merupakan hasil karya Delsy saat ia sedang menggarap film Mawar Rimba yang mengambil lokasi syuting di pinggang Gunung Lawu, Tawang Mangu Kota Solo.
  • Lukisan “Ilustrasi Perang Portugis”
    Lukisan berukuran 112 cm x 212 cm ini dibuat diatas kanvas berbahan tripel dan kayu. Pada lukisan ini, Delsy menggambarkan salah satu bagian dari perang Aceh dan Portugis saat pasukan perang Aceh menggunakan minyak mentah untuk menyerang tentara Portugis di tengah laut (Selat Malaka). Dengan melihat lukisan ini, kita dapat membayangkan betapa dahsyatnya perang antara dua armada tersebut.

Akhir Hayat Delsy Syamsumar

Delsy Syamsumar meninggal dunia pada tanggal 20 Juni 2001 di Jakarta dalam usia 66 tahun. Delsy dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kramat Jati dan meninggalkan 5 orang istri dan 9 orang anak.

Semasa hidupnya ada beberapa penghargaan yang pernah diperoleh oleh Delsy Syamsumar seperti: penghargaan kritisi melukis credit title film PERFINI yang berjudul Pejuang dalam bentuk sketsa pada tahun 1961. Pada tahun 1962, mendapat penghargaan sebagai dekor tata warna terbaik dalam ajang Festival Film Asia di Tokyo. Delsy juga pernah mendapat predikat dari Prancis sebagai Litteratures Contemporaines L’ Azie du Sud Est.

fbWhatsappTwitterLinkedIn