Biografi Popo Iskandar, Sang Pelukis Kucing

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info
Biografi Popo Iskandar, Sang Pelukis Kucing

Popo Iskandar adalah salah satu pelukis Indonesia seangkatan Affandi, Basuki Abdullah, S. Sudjojono, dll. Ia tak hanya mahir di bidang lukis, beberapa lainnya seperti arsitektur, esai, kritikus sastra Sunda juga merupakan keahliannya. Ia juga seorang tenaga pendidik yang pernah tercatat sebagai dosen mata kuliah seni rupa di IKIP (sekarang UPI) Bandung, Jawa Barat.

Berikut kita akan membahas dan mengenal lebih dekat sosok Popo Iskandar mulai dari kelahiran hingga akhir hayatnya serta karya-karya yang pernah ia ciptakan.

Popo Iskandar lahir pada tanggal 18 Desember 1926 di kota Garut, Jawa Barat. Ia adalah anak dari R.H Natamihardja, yang merupakan seorang pensiunan mantri bank. Kala itu, sang ayah menginginkan Popo dewasa berprofesi sebagai seorang arsitek. Popo Iskandar memang gagal menjadi arsitek tapi ia merupakan seorang sarjana matematika. Di masa selanjutnya ia juga seorang master dalam bidang seni lukis. Pada masa revolusi, Popo bergabung dengan organisasi TRIP. Ia menamatkan pendidikan SMP nya di pengungsian.

Ketertarikan Popo pada dunia lukis sudah ada sejak dia masih kecil. Minat ini semakin menjadi karena pengrauh Angkama, kakaknya yang berprofesi sebagai guru gambar di HIS. Sang kakak lah yang awalnya membimbing dan mengarahkan Popo dalam dunia gambar dan lukis. Popo mulai mendalami seni lukis saat Indonesia masih dibawah jajahan Jepang. Hingga akhirnya pada saat beranjak dewasa, ia banyak mendapat bimbingan dari pelukis terkenal Indonesia saat itu, Barli Samitawinata dan Hendra Gunawan.

Dari warna dan gaya lukisan Popo, Hendra Gunawan memberikan pengaruh yang lebih besar. Itu dikarenakan ia memang lebih dekat secara emosional dengan Hendra karena merasa Hendra lebih pandai bergaul, terbuka dan memiliki selera humor yang menyenangkan. Bersama kedua guru pembimbingnya ini, Popo sering keluar masuk perkampungan di Bandung untuk mencari inspirasi dalam melukis. Hingga akhirnya Popo pun mengalami perkembangan dalam karya lukis nya dan menemukan gaya lukisannya sendiri.

Popo pernah mendalami pendidikan formal seni lukis dan tamat pada tahun 1958 dari jurusan seni rupa. Skripsi yang awalnya hanya sebagai syarat kelulusan yang dibuat oleh Popo, akhirnya ia juga membuat esai dan kritik dan dimuat di majalah Siasat (Jakarta) dan Budaya (Yogyakarta). Dalam perkembangannya, Ries Mulder juga pernah memberikan pengaruh kepada gaya lukis Popo. Ries Mulder adalah seorang dosen berkebangsaan Belanda yang saat itu mengajar di jurusan Seni Rupa, dimana gaya lukisnya berkiblat pada mahzab kubisme dan abstrak. Tapi sesungguhnya pengaruh Hendra Gunawan dengan gaya realisme nya masih sangat kuat pada gaya lukisan Popo.

Popo adalah pelukis yang dikenal sebagai ‘pelukis kucing’, dikarenakan ia suka menjadikan kucing sebagai objek lukisannya. Kucing yang ia lukis bergaya ekspresionis dan minimalis, dengan sentuhan cat yang tebal dan memiliki tekstur. Alasan mengapa ia suka melukis kucing pernah ia utarakan semasa masih hidup “Tabiat kucing variatif, manja, binal dan buas, tapi ia penurut. Karena sifat itulah saya menyukai kucing.”

Tak hanya kucing yang sering ia jadikan sebagai objek. Binatang lain dengan beragam motif juga sering ia lukis seperti bebatuan, lautan, perkebunan, ayam, anjing, dll. Saat ia melukis kucing, ia cenderung melukiskan kegarangan, kelucuan, dan daya magis yang dilihat dari kucing. Saat melukis lautan, ia menggambarkan dengan suasana yang tenang, menyejukkan mata, jauh dan juga ganas. Untuk pengelompokkan karya lukisnya, sama dengan pelukis lainnya, karya Popo juga bisa dibagi ke dalam beberapa periode, seperti periode jambangan bunga, periode perkebunan bambu, periode lautan, dll.

Popo Iskandar sering menggelar pameran lukisan baik tunggal maupun bersama-sama kawan seprofesinya. Ia tak hanya mengadakan pameran di dalam negri saja, ia juga pernah mengadakan pameran di luar negri. Contohnya pada tahun 1976, Popo mengadakan pameran tunggal di Den Haag Belanda. Tahun 1960, Popo dipercaya untuk menjadi ketua BPB Kiwari Bandung yang saat itu aktif mengadakan diskusi dan menggelar pertunjukan seni tradisional. Selanjutnya pada tahun 1970, Popo terpilih menjadi anggota Akademi Jakarta, yang memiliki tugas untuk menyusun calon anggota Dewan Kesenian Jakarta dan memberikan saran-saran dalam bidang kebudayaan kepada Gubernur Jakarta. Pada tahun 1980, Popo Iskandar memdapatkan penghargaan Anugerah Seni.

Pada saat peringatan 70 tahun umur maestro lukis Indonesia, Affandi, Popo ditugaskan untuk menulis sebuah buku tentang Affandi yang berisi kehidupan dan karya-karya Affandi. Buku ini selesai pada tahun 1977 dengan judul, Affandi: Suatu Jalan Baru dalam Realisme, yang diterbitkan di Jakarta. Popo juga menjadi salah satu anggota tim untuk menyusun buku Sejarah Seni Rupa Indonesia pada tahun 1982 dan diterbitkan oleh Direktorat Kebudayaan Depdikbud. Seni Lukis Indonesia pra-persegi juga merupakan salah satu karyanya yang lain.

Lukisan-lukisan karya Popo Iskandar banyak dikoleksi dan dijadikan sebagai hiasan untuk rumah-rumah modern dengan gaya minimalis. Karya-karya nya juga sering mendapatkan apresiasi baik dari pengamat dalam maupun luar negri.

Karya-karya Popo Iskandar

Selama hidup dan berkarya, Popo Iskandar telah menghasilkan banyak lukisan. Berikut beberapa lukisan kaya Popo Iskandar:

  • Ayam. Lukisan ini berukuran 48 cm x 61 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1995 dan merupakan salah satu masterpiece dari seorang Popo Iskandar.
  • Bulan diatas Bukit. Lukisan ini berukuran 95 cm x 80 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1996 yang juga tergolong karya masterpiece.
  • Kucing. Lukisan ini berukuran 113 cm x 82 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1989 yang juga tergolong karya masterpiece.
  • Two panthers and red sunset. Lukisan ini berukuran 100 cm x 145 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1996 yang juga tergolong karya masterpiece.
  • Bunga. Lukisan ini berukuran 70 cm x 65 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini tergolong karya masterpiece.
  • Cat. Lukisan ini berukuran 75 cm x 95 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1994yang juga tergolong karya masterpiece.
  • Mother and Child. Lukisan ini berukuran 100 cm x 80 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1975 yang juga tergolong karya masterpiece.
  • Young leopard. Lukisan ini berukuran 70 cm x 75 cm, dengan medium oil on canvas. Lukisan ini dibuat pada tahun 1998 yang juga tergolong karya masterpiece.

Wafatnya Popo Iskandar

Pada tanggal 29 Januari 2000, Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya dalam dunia lukis. Popo Iskandar yang wafat di Rumah Sakit St. Boromeus menjadikan suasana UPI Bandung menjadi hening dan berduka karena telah kehilangan salah satu pengajar terbaiknya.

Berita kematian pelukis sekaligus pendidik ini dimuat di Surat Kabar Pikiran Rakyat dalam bentuk salam terakhir dan juga menceritakan sedikit tentang kisah hidup Popo Iskandar sebagai penutup. Sang pencinta kucing kini telah tiada, tapi kucing-kucing dua dimensinya akan tetap ada.

fbWhatsappTwitterLinkedIn