Daftar isi
Terdapat beberapa rumus harga jual yang dapat digunakan untuk menentukan harga jual produk yang ideal bagi para pelaku usaha. Rumus dalam menghitung harga jual menjadi penting untuk diketahui dan dipahami oleh pemilik bisnis.
Tujuan menghitung harga jual adalah menghindari terjadinya kerugian akibat salah mematok harga jual. Oleh karena itu, berikut beberapa cara menghitung harga jual.
Sebelum mengenal lebih jauh dengan istilah harga jual ada baiknya terlebih dahulu memahami pengertian dari harga jual. Harga jual merupakan harga yang ditawarkan oleh badan usaha dengan jumlah moneter yang telah ditentukan kepada konsumen atau pelanggan.
Dalam buku Akuntansi Biaya tahun 2005, Mulyadi mendefinisikan harga jual sebagai besaran harga yang akan dibebankan kepada konsumen, dan dihasilkan atau dihitung dari biaya produksi ditambah dengan biaya non produksi, serta laba.
Dalam menentukan laba yang akan diperoleh maka perhitungan atau penentuan harga jual menjadi sangat penting bagi suatu perusahaan atau badan usaha.
Kerugian dapat terjadi apabila terdapat kesalahan perhitungan harga pokok penjualan atau HPP. Cara dan rumus menentukan harga jual harus dipahami oleh penjual untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan-kesalahan dalam berbisnis.
Ketika menghitung harga per unit barang ataupun jasa meskipun terlihat mudah namun dalam secara praktik terdapat tantangan yang dihadapi dalam menghitung harga jual.
Berikut beberapa tantangan dalam menghitung harga jual.
Berikut beberapa cara dan rumus dalam menghitung harga jual produk yang perlu diketahui oleh pemilik usaha.
Cara menghitung harga jual pertama adalah mark up pricing. Mark up Pricing merupakan salah satu cara menghitung harga jual yang paling sederhana dan cukup simpel. Menghitung harga jual menggunakan cara ini hanya membutuhkan jumlah modal dan keuntungan yang diinginkan.
Berikut ini rumus harga jual dengan cara mark up pricing:
Modal + Mark Up = Harga Jual
Contoh
Pemilik usaha X memiliki 50 produk tas kerajinan dengan harga modal Rp 50.000 per pasang. Dari setiap tas yang dijual pemilik usaha ingin mendapat keuntungan sebesar Rp 20.000 per pasang. Maka harga jual untuk tas kerajinan adalah:
Rp 50.000 + Rp 20.000 = Rp 70.000
Maka harga jual produk setiap tas kerajinan adalah Rp 70.000.
Maka untuk semua tas kerajinan yang terjual pemilik usaha akan mendapatkan omzet sebesar 50 x Rp 70.000 = Rp 3.500.000.
Sedangkan keuntungan yang pemilik usaha dapat dari 50 tas kerajinan yang terjual adalah 50 x Rp 20.000 = Rp 1.000.000.
Cara menghitung harga jual yang kedua adalah margin pricing. Dalam menghitung margin pricing perlu diketahui perkiraan harga jual yang dikehendaki untuk menentukan margin.
Berikut rumus dalam menentukan harga jual menggunakan margin pricing:
Margin = (Harga Jual – Harga Perolehan)/Harga Jual
Dengan rumus margin pricing maka pemilik usaha dapat ditentukan apakah harga jual tersebut terlalu murah atau mahal. Tujuannya agar dapat bersaing dengan sehat dan baik dengan kompetitor.
Contoh
Pemilik usaha A akan menjual suatu produk olahan makanan dengan perkiraan harga jualnya Rp40.000 untuk setiap boxnya. Biaya yang pemilik usaha A butuhkan untuk membuat produk tersebut sebesar Rp20.000. Maka margin yang akan pemilik usaha A dapatkan yaitu:
Margin = (40.000 – 20.000)/40.000.
Margin = 0,5
Cara menghitung harga jual berikutnya adalah cost plus pricing. Cara ini digunakan melengkapi rumus mark up pricing. Perhitungan harga jual melalui cara cost plus pricing terlihat lebih kompleks.
Dalam menghitung harga jual menggunakan metode cost plus pricing yang dibutuhkan bukan hanya modal saja namun biaya operasional juga perlu dihitung seperti gaji karyawan, tagihan internet, listrik toko, biaya pengantaran, biaya perawatan produk di gudang, dan lain-lain.
Berikut cara menghitung harga jual dengan metode cost plus pricing:
(Modal + Biaya Operasional + Tagihan/Pajak) + % Laba dari modal = Harga Jual
Contoh
Pemilik usaha B memiliki 100 pasang sepatu bola dengan harga modal Rp 250.000 per pasang. Di toko pemilik usaha tersebut terdapat 3 orang karyawan. Kemudian, biaya operasional yang dibebankan untuk jenis sepatu yang ingin dijual tersebut adalah sebesar Rp 100.000.
Tagihan listrik, internet, dan pajak yang dibebankan untuk jenis sepatu yang dijual sebesar Rp 30.000. Dalam menghitung Cost Plus Princing dibutuhkan besaran laba yang ingin dicapai. Dalam kasus ini pemilik usaha B menargetkan laba sebesar 10% dari modal. Maka berikut cara menghitung harga jual berdasarkan indikator-indikator yang ada:
(250.000 + 100.000 + 30.000) + (10% x 250.000) = harga jual
380.000 + 25.000 = Rp 405.000
MSRP merupakan kepanjangan dari Manufacturer Suggested Retail Price. MSRP adalah harga yang disarankan produsen untuk dijual kembali tidak lebih dari harga yang telah ditentukan. Cara ini mempermudah penjual dalam menentukan harga jual barang. Salah satu bentuk MSRP yang dikeluarkan oleh pemilik pabrik adalah HET.
HET merupakan singkatan dari harga eceran tertinggi atau penetapan harga maksimal dari suatu produk yang dijual. Meskipun demikian, secara praktik harga jual produk di pasaran masih dapat berubah-ubah sesuai dengan keinginan harga jual pemilik toko.
Guna mengantisipasi terjadinya pelampauan batas harga jual produk antara retailer di pasaran maka MSRP hadir untuk menstabilkan harga produk di pasaran. MSRP diterapkan pada produk manufaktur seperti otomotif, barang elektronik, dan lain sebagainya.
Contoh
Harga jual MSRP sebuah minuman kaleng tertulis HET atau harga eceran tertinggi Rp 18.000. Penjual dapat menjual minuman kaleng tersebut di harga yang sama dengan HET atau lebih sedikit, misalnya Rp 18.500. Jika ingin produk lebih laku penjual dapat pasang harga jual di bawah harga MSRP misalnya Rp 17.500.
Itulah beberapa cara dan rumus menghitung harga jual produk yang paling sering digunakan oleh penjual atau pebisnis. Metode perhitungan harga jual produk dapat diterapkan baik saat jualan secara online maupun secara offline