Daftar isi
Pada masa sekarang sudah banyak negara atau bangsa yang berbentuk republik atau dipimpin oleh seorang presiden. Namun pada masa lampau mayoritas bangsa dipimpin oleh seorang raja, kaisar ataupun sultan. Salah satu negara yang dikuasai oleh sebuah kerajaan adalah Tiongkok atau China.
Raja penguasa China disebut dengan kaisar sehingga pemerntahannya disebut kekasairan. Kekaisaran di China bahkan berlangsung selama 40 abad atau setara dengan 4 milenium. Kekaisaran terakhir yang berkuasa di China atau Tiongkok adalah Dinasti Qing yang akan dibahas dalam penjelasan di bawah ini.
Sejarah Dinasti Qing
Dinasti Qing didirikan pada tahun 1636 dan berakhir sekitar tahun 1912 hingga 1917. Pendiri dari kekaisaran ini adalah Huang Taiji setelah jatuhnya Dinasti Ming dan Dinasti Shun. Pada awalnya Huang Taiji bersama dengan kelompok yakni suku Aisin Gioro Nurhaci merupakan bagian dari Dinasti Ming dan merupakan sebuah kerajaan tersendiri yang berada di Tiongkok bagian timur laut dengan klannya yang bernama Jurchen.
Kerajaan tersebut bernama Dinasti Jin Akhir yang akhirnya memisahkan diri setelah Dinasti Ming mulai kehilangan kejayaannya.
Huang Taiji memimpin klan ini pada tahun 1626 dan berhasil menaklukan beberapa wilayah Korea dan Mongolia. Kedudukan dan keberadaan klan Jurchen ini menjadi semakin kuat hingga pada tahun 1635 kekaisaran klan Jurchen diganti menjadi “Manchu”. Satu tahun berikutnya Huang Taiji mengubah Jin Akhir ini diubah menjadi “Great Qing” dan menyatakan dirinya sebagai kaisar.
Kekuasaan Great Qing masih terbatas karena Dinasti Ming masih berkuasa. Sehingga pada tahun 1644 kekaisaran ini memberontak dan melakukan penyerangan terhadap Dinasti Ming. Kekaisaran yang berada di Beijing ini kemudian jatuh dan digantikan oleh Dinasti Qing. Huang Taiji menyatukan seluruh negara-negara yang ada di bawah penguasa Kaisar Shunzhi yakni putra Huang Taiji sekaligus kaisar pertama Dinasti Qing.
Lokasi dan Wilayah Dinasti Qing
Dinasti Qing menancapkan bendera kekuasaannya di kota Beijing dengan luas wilayah yaitu 12 juta kilometer persegi. Setelah menaklukan Beijing, Dinasti Qing kemudian melakukan ekspansi hingga ke wilayah Eurasia Tengah dan terus berkembang hingga menjadi salah satu kekaisaran terbesar di Tiongkok.
Sayangnya pada akhir abad ke 16 Dinasti Qing kehilangan dua wilayahnya yakni Yaksa dan Nibuchu. Peristiwa ini terjadi ketika Dinasti Qing sedang melakukan penyerangan di daerah pedalaman. Di saat yang bersamaan Ketsaran Rusia sedang melakukan ekspansi di belahan timur dan berhasil merebut dua wilayah China tersebut.
Berbagai cara ditempuh Dinasti Qing agar Rusia meninggalkan wilayahnya salah satunya adalah dengan melakukan perjanjian Nerchinsk pada 27 Agustus 1689. Hasilnya adalah memberikan wilayah utara Sungai Amur sampai Stanovoy Range kepada China.
Kemudian pada tahun 1727 perbatasan diubah melalui perjanjian Kyakhta menjadi di wilayah yang saat perbatasan Mongolia di Argun Barat.
Dinasti Qing semakin berjaya pada saat memasuki abad ke 18 yang semula hanya memiliki 18 provinsi bertambah menjadi 22 provinsi. Namun pada abad ke 19 Dinasti Qing harus menyerahkan wilayah Fujian kepada Jepang setelah kekalahannya dalam perang Tiongkok-Jepang Pertama. Provinsi yang dahulu merupakan wilayah kekuasaan Dinasti Qing antara lain Zhili, Hena, Shandong, Shanxi, Shaanxi, Gansu, Hubei, Hunan, Guangdong, Guangxi, Sichuan, Yunna, Guizhou, Jiangsu, Jiangsu, Zhejiang, dan Fujian.
Sistem Pemerintahan Dinasti Qing
Dinasti Qing merupakan sebuah kelompok bangsa yang berbentuk monarki absolut yang artinya dipimpin oleh seorang kaisar (raja). Kaisar tidak hanya menjabat sebagai kepala negara tetapi juga kepala pemerintahan.
Kaisar dibantu oleh 6 buah kementerian eksekutif yang akan diawasi oleh 2 orang presiden dan 4 wakil presiden serta ada 24 divisi militer. Divisi militer akan dipimpin oleh satu orang panglima tertinggi Bagian perdata dan pidana diatur oleh cabang yuridis atau divisi pengadilan.
Pada masa Dinasti Qing wilayah kekuasaan dibagi menjadi sembilan provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur jenderal yang dipilih dan diangkat secara kekaisaran. Di bawah provinsi disebut dengan sub-provinsi yakni dibagi menjadi 11 wilayah yang dipimpin oleh seorang gubernur. Sementara itu di wilayah paling rendah disebut distrik yang dipimpin oleh seorang hakim.
Kehidupan Dinasti Qing
Setiap suku, bangsa dan negara memiliki kebudayaan atau gaya kehidupan yang berbeda dengan kelompok bangsa lainnya. Berikut ini adalah kehidupan yang ada pada masa Dinasti Qing.
Kehidupan Sosial dan Budaya
Dinasti Qing adalah kekaisaran China yang dipegang oleh kelompok etnis Manchu sehingga sistem sosial dan kebudayaannya mengikuti mereka. Salah satu kebudayaan yang khas adalah rakyatnya akan mencukur habis rambut bagian depan namun rambut bagian belakang tetap dipertahankan dan dibiarkan tumbuh memanjang.
Tujuan rambut belakang dipertahankan adalah untuk menghormati leluhur mereka yakni Dinasti Han yang menganggap rambut sebagai warisan leluhur yang wajib dirawat dan dijaga. Sementara itu bangunan-bangunan pada masa Dinasti Qing umumnya bergaya budha.
Dalam kesehariannya rakyat Dinasti Qing mengenakan pakaian tradisional etnik Manchu yang disebut dengan nama Qipao dan Tangzhuang. Masyarakat Qing yang terhormat atau dari kalangan bangsawan dilarang menikah dengan mereka yang merupakan rakyat jelata. Tak hanya itu ujian kenegaraan juga tidak boleh diikuti oleh para kaum rakyat jelata.
Kehidupan Agama
Pada umumnya penduduk Dinasti Qing memegang erat ajaran konfusianisme dan juga budha. Oleh sebab itu banyak bangunan pada masa ini yang bercorak budha. Selain kedua agama ini ada juga agama minoritas seperti Buddhisme tibet, Taoisme, Islam, Shamanisme, dan Kristen.
Kehidupan Ekonomi
Sektor ekonomi bangsa adalah bidang yang paling penting untuk menjaga eksistensi dan menjamin kehidupan rakyatnya. Dinasti Qing mengandalkan sektor pertaniannya dimana kaisar menempatkan sebagian rakyatnya di tempat-tempat yang baru. Rakyat tersebut kemudian diberi benih, ladang serta ternak untuk dikelola.
Dinasti Qing berhasil menjadi bangsa yang mampu memproduksi banyak hasil panen. Hasil panen tersebut kemudian diperjual belikan dengan wilayah-wilayah lainnya. Kaisar juga memberlakukan pajak yang rendah bagi rakyatnya. Hubungan dagang domestik Dinasti Qing tersebar merata namun hubungan luar negeri lebih banyak dilakukan ke negeri di belahan bumi barat, Asia Tengah dan Asia Tenggara. Meski begitu sebenarnya hubungan dagang Dinasti Qing dengan negara-negara luar sangatlah ketat.
Kehidupan Militer
Sejak Pendiriannya, Dinasti Qing merupakan kelompok pasukan militer bersenjata. Pasukan mereka dibagi menjadi 8 panji utama yang dibentuk secara tidak resmi pada tahun 1601. Pasukan ini kemudian diresmikan pada tahun 1615 oleh suku Jurchen dibawah kepemimpinan Nurachi.
Setelah menaklukan Tiongkok dan dipimpin oleh ong Taiji pasukan dibagi menjadi Delapan Panji Mongol dan Delapan Panji Han Tiongkok. Tentara pada masa dinasti sebelumnya yaitu Dinasti Ming sebagian menyerah diri ke Dinasti Qing. Tentara yang jumlahnya 3 kali lipat lebih banyak dari pasukan Qing ini kemudian disatukan dalam satu divisi yang disebut dengan Kamp. Hijau.
Kekuatan pasukan militer Qing dapat terlihat ketika penaklukan di Asia Tengah serta mengalahkan Dzungar Mongol pada 1759. Mereka adalah pasukan yang unggul dalam hal persenjataan dan logistik. Kekuatan militer Qing menurun pada abad ke 19 dan kalah saing dengan dunia barat. Meski begitu Qing sempat menjadi Angkatan Laut paling besar di kawasan Asia Timur.
Masa Kejayaan Dinasti Qing
Dinasti Qing memperoleh masa kejayaannya pada masa kepemimpinan Kaisar Kangxi (1662 – 1722), Yongzheng (1723 – 1735) dan Qianlong (1735 – 1796). Lebih jelasnya simak pembahasan di bawah ini.
Kaisar Kangxi
Kaisar Kangxi adalah putra keempat dari kaisar sebelumnya yaitu Shunzhi yang meninggal pada usia 24 tahun. Pemilik asli Aixinjueluo Xuan Yue adalah kaisar keempat dari Dinasti Qing serta merupakan kaisar dengan masa pemerintahan terlama sepanjang sejarah Tiongkok yakni selama 61 tahun. Kekuasaan Kangxi berakhir pada tahun 1722.
Selama pemerintahannya , ia berhasil membuat kamus yang dianggap paling sempurna dan dijadikan standarisasi bahasa Han. Selain itu kasiar ini juga berhasil mengembangkan wilayahnya hingga menjadi yang paling luas. Di bawah kekuasaannya beberapa masalah seperti, korupsi, pajak yang tinggi, serta perampasan tanah berhasil diatasi. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi rakyat kecil seperti petani.
Pada masa kepemimpinannya hampir terjadi pemberontakkan yang sekaligus dilakukan oleh 3 raja namun berhasil digagalkan oleh Kaisar Kangxi.
Kaisar Yongzheng
Setelah Kaisar Kangxi wafat, tahta diberikan kepada Kaisar Yongzheng yang memiliki nama lahir Yinzhen. Kaisar Yongzheng naik tahta pada tahun 1723 dan berakhir pada 1735. Kaisar Yongzheng dikenal sebagai raja yang selalu bekerja keras dan meneruskan kedamaian yang telah dibangun oleh ayahnya yaitu Kaisar Kangxi.
Pada masa kekuasaan nya, Kaisar Yong membentuk “Junji Chu” yang semakin menguatkan pemerintahan pusat. Beliau juga menugaskan pejabat yang handal ke daerah tertinggal. Sistem pajak pun diperbaiki dengan memperhitungkan luas tanahnya. Begitu juga aspke pemerintahan yang semakin diperketat pengawasannya.
Kaisar Qianlong
Kaisar Qialong merupakan penguasa Dinasti Qing pada periode 1735–1796 atau selama 60 tahun. Putra keempat ini naik tahta untuk meneruskan kekuasaan ayahnya yakni Kaisar Yongzheng. Kaisar Qianlong berhasil memperluas wilayahnya dengan melakukan ekspansi besar-besaran hingga ke Turki yang kemudian disebut Xinjiang.
Masa Keruntuhan Dinasti Qing
Setelah berkuasa selama lebih dari 2,5 abada, Dinasti Qing mengalami nasib yang sama dengan dinasti-dinasti lain sebelumnya. Masa kekuasaan Dinasti Qing berakhir pada tahun 1911 sekaligus menjadi dinasti terakhir di Tiongkok. Sejak tahun 1894 sejumlah pemberontakan telah terjadi sebagai bentuk revolusi Tiongkok.
Pasukan pemberontak didirikan oleh Sun Zhongshan di Hawaii yang disebut sebagai Kebangkitan Tiongkok. Kelompok ini didirikan sebagai bentuk rasa kecewa terhadap pemerintahan Dinasti Qing yang mulai menurun dan masyarakatnya menderita.
Kelompok tersebut kemudian mulai mengumpulkan beberapa fraksi pada tahun 1905 dan mendapat dukungan dari Jepang. Fraksi tersebut bersatu menjadi satu partai yaitu Partai Nasionalis China dan menulis Tiga Prinsip Rakyat yaitu nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat.
Partai Nasionalis China melancarkan pemberontakan di Wuchang pda tahun 1911 dengan bantuan dari tentara Dinasti Qing. Setidaknya ada 15 provinsi yang menyatakan melepaskan diri Dinasti Qing. Pemberontakan kemudian berakhir setelah beberapa minggu kemudian dengan disetujuinya Yuan Shikai sebagai presiden dan mengubah negara menjadi bentuk Republik.
Kaisar terakhir yang memimpin Tiongkok adalah Kaisar Puyi atau Xuantong yang naik tahta pada tahun 1644.
Daftar Kaisar Dinasti Qing
Dinasti Qing telah memimpin daratan Tiongkok selama 261 tahun, kekaisaran ini memiliki 13 penguasa yang diantaranya adalah sebagai berikut.
- Kaisar Nurhaci (17 Februari 1616–30 September 1626)
- Kaisar Hong Taiji (20 Oktober 1626–21 September 1643)
- Kaisar Shunzhi (8 October 1643–5 Februari 1661)
- Kaisar Kangxi (5 Februari 1661–20 Desember 1722)
- Kaisar Yongzheng (27 Desember 1722–8 Oktober 1735)
- Kaisar Qianlong (8 Oktober 1735–7 Februari 1799)
- Kaisar Jiaqing (9 Februari 1799–2 September 1820)
- Kaisar Daoguang (3 September 1820–26 Februari 1850)
- Kaisar Xianfeng (9 Maret 1850–22 Agustus 1861)
- Kaisar Tongzhi (11 November 1861–12 JanuarI 1875)
- Kaisar Guangxu (25 FebruarI 1875–14 November 1908)
- Kaisar Xuantong ( 2 Desember 1908–12 Februari 1912)