Sejarah

8 Fakta Menarik Kerajaan Sriwijaya Yang Jarang Diketahui

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kerajaan Sriwijaya, sebuah kerajaan maritim di Asia Tenggara, memegang peran penting dalam sejarah kepulauan Nusantara. Berdiri sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di wilayah ini, Sriwijaya telah meninggalkan jejak-jejak kejayaan dan kekayaan budaya.

Berikut fakta menarik tentang Kerajaan Sriwijaya yang mencakup sejarah, budaya, ekonomi, dan pengaruhnya dalam membentuk peradaban di wilayah Asia Tenggara.

1. Lokasi yang strategis sebagai pusat perdagangan maritim

Sriwijaya didirikan pada abad ke-7 Masehi, dan pusat kerajaan ini terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Sumatra Selatan, Indonesia. Sejarah awalnya diduga bermula dari perpaduan berbagai kerajaan kecil di sekitar sungai Musi dan Batanghari.

Lokasi ini memberikan Sriwijaya keunggulan strategis sebagai pusat perdagangan maritim, karena letaknya yang dekat dengan Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan utama antara India dan Tiongkok.

Sekitar abad ke-7, wilayah Sumatra menjadi pusat perdagangan penting, dengan pelabuhan-pelabuhan seperti Palembang dan Jambi sebagai titik transit utama. Sriwijaya memanfaatkan posisi geografis strategisnya di Selat Malaka untuk mengontrol perdagangan rempah-rempah, emas, dan barang-barang lainnya. Kerajaan ini juga menjadi pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara, dengan pengaruh kuat dari India dan Tiongkok.

Abad ke-8 dan ke-9 awal dianggap sebagai masa transisi, di mana Sriwijaya mulai memperluas pengaruhnya ke wilayah sekitarnya. Kerajaan ini menghadapi persaingan dari kerajaan lain seperti Mataram di Jawa dan Kerajaan Champa di Vietnam.

2. Sebagai Pusat Perdagangan dan Keagamaan

Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 hingga ke-12 Masehi. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan, terutama dalam jalur perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Timur Tengah, India, Tiongkok, dan Nusantara.

Para pedagang dari berbagai belahan dunia berlayar ke pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya, menjadikannya pusat pertukaran budaya dan ekonomi yang dinamis. Selain sebagai pusat perdagangan, Sriwijaya juga memainkan peran penting dalam penyebaran agama Buddha di wilayah ini.

Terdapat bukti kuat bahwa Buddha Mahayana dianut oleh penguasa Sriwijaya, dan vihara-vihara megah dibangun sebagai tempat ibadah dan pusat penyebaran agama Buddha ke daerah sekitarnya.

3. Kekuatan militer yang signifikan, terutama di laut

Sriwijaya dikenal memiliki kekuatan militer yang signifikan, terutama di laut. Angkatan laut Sriwijaya memastikan keamanan jalur perdagangan di Selat Malaka dan memberikan perlindungan terhadap serangan dari laut.

Kekuatan militer ini memungkinkan Sriwijaya untuk memperluas wilayah ke berbagai pulau di sekitarnya, termasuk Jawa, Bali, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya membentang dari wilayah yang sekarang dikenal sebagai Palembang hingga Semenanjung Malaysia.

Keberhasilan Sriwijaya dalam mempertahankan wilayahnya dan mengendalikan jalur perdagangan memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian dan kehidupan masyarakat di Nusantara.

4. Sebagai pusat peradaban dan kebudayaan

Sriwijaya tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan dan kekuatan militer, tetapi juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan. Peninggalan arkeologis menunjukkan keberagaman budaya dan agama yang berkembang di Sriwijaya. Artefak seni, arsitektur, dan prasasti menggambarkan perpaduan budaya Hindu-Buddha yang kental.

Vihara-tample, seperti Candi Muara Takus di Riau dan Candi Kedukan Bukit di Palembang, adalah contoh kemegahan arsitektur Sriwijaya. Prasasti-prasasti yang ditemukan juga membuktikan tingginya tingkat literasi dan pengetahuan masyarakat Sriwijaya pada masa itu.

5. Kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara

Kerajaan Sriwijaya, sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara, memiliki pengaruh agama dan peninggalan sastra yang mencolok. Dalam konteks agama, Hindu-Buddha memberikan fondasi spiritual dan budaya, sementara dalam hal sastra, peninggalan berupa prasasti dan manuskrip menjadi bukti keberagaman budaya dan tingkat literasi yang tinggi di dalam masyarakat Sriwijaya.

Pengaruh agama Buddha Mahayana sangat kuat di Sriwijaya. Para raja Sriwijaya mendukung pembangunan vihara sebagai pusat keagamaan dan pendidikan. Peninggalan sastra dalam bentuk prasasti dan manuskrip juga menunjukkan perkembangan literasi dan sistem pendidikan pada masa itu.

Meskipun memiliki pengaruh Hindu-Buddha, Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan yang toleran terhadap keberagaman agama. Agama-agama lokal juga tetap diakui dan dihormati.

6. Membangun Strategi Jitu

Ketika kita membahas kejayaan maritim di Nusantara, tak bisa lepas dari sorotan terhadap kerajaan maritim terkuat pada masanya, Sriwijaya. Kejayaan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui penerapan strategi-strategi jitu yang diimplementasikan oleh para penguasa Sriwijaya. Inilah lima strategi yang menjadi kunci keberhasilan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim terkemuka.

Para penguasa Sriwijaya menyadari pentingnya mengukuhkan dominasi mereka dengan memudarkan pengaruh dan kekuasaan kerajaan-kerajaan pelabuhan pesisir di Sumatra, Semenanjung Malaya, hingga Jawa. Strategi ini memastikan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan kekuasaan yang tak tertandingi.

Sriwijaya tidak hanya memonopoli jalur pelayaran Nusantara, tetapi juga berhasil mengendalikan jalur niaga maritim dari dan ke Nusantara, Cina, hingga India, termasuk Laut Tengah. Kontrol ini memberikan keunggulan ekonomi dan politik yang sangat signifikan.

Melakukan pendekatan dengan daerah vassal dalam hubungan niaga dan politik menjadi salah satu strategi ampuh Sriwijaya. Ini menciptakan keseimbangan kekuatan dan menjadikan Sriwijaya sebagai pemain utama dalam diplomasi regional.

Cina memiliki pengaruh besar dalam perdagangan pada masa itu, dan Sriwijaya cerdik mengenali kebutuhan untuk menjalin hubungan erat dengan Cina. Ini melibatkan diplomasi ekonomi yang berhasil memperkuat posisi Sriwijaya dalam jaringan perdagangan internasional.

7. Memiliki Pelabuhan Kuno Bernama Barus

Pelabuhan kuno Barus, terletak di pantai barat Sumatra, menjadi simbol kejayaan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan dan budaya. Didirikan pada abad ke-10, Barus menjadi tempat singgah para pedagang asing, terutama dari India, Persia, dan Timur Tengah. Sriwijaya menjual kapur barus sebagai komoditas utama, menciptakan hubungan dagang yang makmur.

Melalui strategi yang cerdik, Sriwijaya menjalin hubungan dagang yang erat dengan Cina dan India. Sejarah mencatat kehadiran duta Sriwijaya di Cina, memperkuat ikatan perdagangan. Hubungan dengan kerajaan India Selatan, Chola, juga terjalin, lebih fokus pada pengembangan agama Buddha Mahayana.

8. Kerjasama dengan “Orang Laut”

Strategi unik Sriwijaya melibatkan kerja sama dengan “orang laut” atau pengembara dan bajak laut. Mereka membantu mempertahankan wilayah Sriwijaya, khususnya di pesisir Kepulauan Riau. Pajak dari kegiatan perdagangan digunakan untuk membayar upeti kepada para “orang laut.”

Dalam upaya memperkuat pertahanan wilayah, terutama di laut, Sriwijaya mengandalkan kerja sama dengan “orang laut” atau pengembara dan bajak laut yang dianggap andal dan berpengalaman. Kerja sama ini, meski unik, membuktikan kecerdikan Sriwijaya dalam memanfaatkan sumber daya dan keahlian lokal.

Kerajaan Sriwijaya, dengan sejarahnya yang panjang dan kekayaan budayanya, menjadi salah satu pilar peradaban di wilayah Asia Tenggara. Dari kejayaannya sebagai pusat perdagangan hingga warisan budayanya yang kaya, Sriwijaya memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan masyarakat di Nusantara.

Meskipun masa kejayaannya telah berlalu, pengaruh dan warisan Sriwijaya tetap hidup dalam cerita-cerita dan peninggalan sejarah, membawa semangat peradaban yang berkelanjutan bagi generasi-generasi selanjutnya.