IPS

Invasi Rusia ke Ukraina: Penyebab, Tujuan dan Dampak

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Invasi?

Invasi merupakan istilah yang sudah ada sejak lama dan lebih sering terdengar ketika sedang membicarakan perang dunia, masa penjajahan oleh kolonial, dan bentuk-bentuk aksi konfrontatif lainnya. Menurut KBBI, invasi memiliki pengertian tindakan yang dilakukan oleh sekelompok bersenjata untuk menyerang suatu wilayah negara untuk mendapatkan pengaruh kekuasaan.

Invasi memiliki ruang lingkup yang besar berkaitan dengan keadaan politik suatu negara, keselamatan warga negara, identitas, keamanan suatu negara, ideologi sebuah negara, perdamaian dunia bahkan keadaan ekonomi dunia sehingga dapat dikatakan dampak yang diakibatkan tidak main-main.

Invasi merupakan tindakan yang dilakukan agar dapat mengubah sistem pemerintahan dan kekuasaan yang sedang berlangsung, terdapat ketidakpuasan terhadap struktur maupun sistem yang telah mendistraksi sistem ideologi yang lain. Invasi memerlukan strategi militer yang besar, pasukan bersenjata yang besar, dukungan sipil yang besar, serta kontrol dan otoritas pemimpin yang memiliki kuasa yang besar pula.

Salah satu contoh invasi yang sering dibicarakan oleh publik saat ini adalah invasi Rusia ke Ukraina. Pertegangan ini bermula ketika Presiden Rusia yakni Vladimir Putin menentang perluasan wilayah NATO hingga ke Ukraina karena dianggap sebagai ancaman bagi Negara Rusia.

Penyebab Invasi Rusia ke Ukraina

Pada tahun 1940 an, Rusia, Ukraina, dan beberapa negara lain merupakan kesatuan negara yang disebut sebagai Negara Federasi Uni Soviet yang kala itu merupakan negara besar dan paling ditakuti oleh dunia. Namun saat ini terjadi ketegangan di antara Rusia dan Ukraina. Pasalnya pada bulan Februari lalu Presiden Putin menyatakan ingin melakukan invasi ke Ukraina.

Menurut ahli hukum internasional alasan Rusia menginvasi wilayah Ukraina adalah tawaran NATO kepada Ukraina dengan tujuan ekspansi asosiasi negara-negara barat. Ternyata tawaran tersebut ditanggapi serius dan menyulut api konfrontasi bagi Rusia.

Negara-negara sekitar Rusia semakin lama perlahan mulai bergabung dengan NATO. Sedangkan Ukraina sendiri tengah menjalin hubungan baik dengan negara-negara barat, sehingga tidak sedikit penduduk Ukraina perlahan pun ikut memihak barat.

Dalam catatan sejarah perluasan NATO sejak perang dingin merupakan sebuah ancaman keamanan bagi pemerintahan Rusia. Terlebih lagi NATO memiliki dekrit bahwa akan memberikan jaminan kepada seluruh anggota bilamana terjadi penyerangan dari negara lain terhadap satu anggota, maka akan dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota NATO.

Dari pernyataan tersebut pemerintah Rusia seperti kebakaran jenggot apabila banyak negara yang bergabung dengan NATO maka akan dianggap sebagai ancaman. Presiden Putin pernah menjelaskan bahwa dahulu Rusia dan Ukraina berasal dari satu rumpun yakni bangsa Slovia.

Maka narasi besar yang menyatakan bahwa penyebab invasi Rusia ke Ukraina hanya disebabkan karena “kecemburuan” politik merupakan cara berpikir yang kurang menyeluruh. Lebih tepatnya pemerintah Rusia melakukan invasi ke Ukraina ditujukan untuk melanggengkan rezim pemerintahan.

Tujuan Invasi Rusia ke Ukraina

Terdapat argumen yang mengatakan bahwa tujuan Rusia menginvasi Ukraina adalah kontinuitas ambisi imperialisme Rusia terhadap wilayah-wilayah tinggalan Soviet dahulu. Argumen ini diperkuat dengan terlihat dari tindakan dan persepsi Presiden Putin yang terlalu berambisi dan emosional untuk menyelamatkan rezimnya dengan segala cara.

Presiden Putin sangat mengantisipasi terjadinya perluasan demokratisasi dari Ukraina ke Rusia. Tentunya hal tersebut semakin memanas ketika Ukraina diberitakan dekat dengan negara-negara barat, yang mana dari negara-negara tersebut memiliki kecondongan ideologi demokrasi liberal.

Menurut Ibrahim Kalin, seorang juru bicara presidensial dan penasihat khusus Presiden Turki, terdapat beberapa tuntutan Rusia terhadap Ukraina sebelum invasi terjadi. Tuntutan utama oleh Rusia adalah Ukraina diminta untuk bersikap netral dan tidak berusaha maupun berkeinginan menjadi salah satu anggota NATO.

Melalui tulisan yang dibuat oleh Presiden Putin yang berisikan ketegasan bahwa Ukraina dan Rusia merupakan satu bangsa yang sama dan menyatakan bahwa Ukraina merupakan negara yang diciptakan seutuhnya oleh komunis Rusia. Dengan hal tersebut Rusia menganggap bahwa Ukraina tidak sepantasnya berkoalisi dengan negara-negara yang berbeda ideologi.

Selain itu, untuk memastikan bahwa Ukraina bukanlah sebuah ancaman bagi Rusia maka tuntutan selanjutnya adalah Ukraina diminta untuk melakukan pelucutan senjata atau yang dapat disebut sebagai de-Nazitifikasi. Informasi terbaru menyatakan bahwa Ukraina bersedia untuk menindak segala bentuk neo-Nazisme.

Tuntutan selanjutnya yang paling kontroversial adalah Rusia meminta Ukraina untuk menyerahkan Krimea. Ukraina dituntut secara resmi mengakui bahwa wilayah Krimea bagian dari Rusia secara legal. Jika ditilik ke belakang pada saat Vladimir Putin belum berkuasa Rusia telah menandatangani perjanjian internasional bahwa Krimea merupakan bagian dari Ukraina.

Secara hukum jelas Rusia tidak memiliki hak untuk mengklaim bahwa Krimea bagian dari Rusia. Namun pada tahun 2014 Rusia telah menggaet Krimea, yang merupakan bagian dari semenanjung otonom Ukraina selatan. Hal tersebut dilakukan Rusia atas dasar membela kepentingan penduduk negara yang berbahasa Rusia.

Dampak Kemanusian

Lembaga Kemanusiaan Amnesty International menyatakan bahwa terdapat hingga lima juta orang mengungsi akibat invasi Rusia ke Ukraina. Jutaan pengungsi tersebut mencari perlindungan atas hidup ke negara-negara Eropa. Salah satunya seperti Polandia, yang mana merupakan salah satu negara yang berbatasan darat dengan Ukraina, telah membukakan pintu bagi para pengungsi yang berasal dari Ukraina.

Invasi Rusia ke Ukraina yang terjadi selama tiga minggu berdampak pada fasilitas kesehatan di Ukraina. World Health Organization atau WHO telah memperingatkan bahwa sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Ukraina sudah genting, alat kesehatan harus dipasok terus-menerus pada siang dan malam hari.

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB sekitar sejumlah 12 orang pekerja medis dan pasien tewas, sejumlah 34 orang terluka, sejumlah 18 juta orang di Ukraina terkena dampak, serta sebesar 6.7 juta penduduk di Ukraina kehilangan tempat tinggal akibat dari invasi Rusia ke Ukraina.

PBB juga menyatakan bahwa akan memberikan bantuan sekitar $20 juta untuk alokasi bantuan kemanusiaan di Ukraina akibat invasi oleh Rusia. Keadaan akibat dari invasi menjadi memperburuk aspek kemanusian, banyak orang yang tewas, ketakutan, kesedihan, penderitaan, dan terkena teror dimana-mana. Orang yang tidak bersalah menanggung beban untuk membayar harga paling tinggi.

Sementara itu selain PBB yang memberikan alokasi dana, Komite Internasional Palang Merah atau ICRC juga memberikan bantuan dengan mengirimkan air, makanan, alat untuk meningkatkan kebersihan dan nutrisi ke rumah sakit di Ukraina. 

Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi yang dirasakan oleh Rusia diakibatkan dari kejadian invasi Rusia ke Ukraina adalah gempuran ekonomi dari berbagai negara-negara barat seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. 

Negara-negara tersebut memberikan beberapa saksi ekonomi terhadap Rusia atas tindakan penginvasian ke Ukraina. Dampak terhadap aset-aset bank sentral Rusia mengalami pembekuan serta bank-bank utama yang dimiliki oleh Rusia akan dikeluarkan dalam jaringan transfer uang internasional. 

Lalu dalam pemberlakuan gas dan minyak, di Uni Eropa akan memotong impor gas dalam dua per tiga dalam setahun, di Amerika Serikat dalam impor gas dan minyak akan dikenai larangan, dan di Inggris juga akan memberhentikan penggunaan minyak Rusia pada akhir tahun 2022. Selain itu masih banyak dampak lain bagi Rusia.

Dampak ekonomi dalam skala global akan bersifat domino antara lain bersinggungan dengan harga minyak dunia, ancaman inflasi, gejolak pasar saham, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, kenaikan suku bunga, hingga pada kejahatan dalam dunia teknologi dan informasi atau serangan siber.

Kenaikan harga minyak dunia menjadi salah satu dampak dari peristiwa invasi Rusia ke Ukraina. Dapat diketahui bahwa Rusia merupakan negara kedua terbesar penghasil minyak setelah Amerika Serikat. Sekitar 9,7 juta barel minyak per hari yang dapat diproduksi oleh Rusia sehingga dapat dikatakan negara ini kaya akan sumber daya energi.

Jika pendistribusian minyak dari Rusia terhambat oleh akibat adanya peristiwa serangan Rusia ke Ukraina, maka harga minyak dunia bisa sangat mudah meningkat secara signifikan diprediksi akan mengalami kenaikan sekitar US$120 per barel. Hal ini akan berimplikasi pada inflasi di beberapa negara dan pertumbuhan ekonomi akan memburuk.

Peningkatan harga minyak akan mendistraksi perusahaan yang bergerak dalam bidang konsumsi. Bidang tersebut menjadi yang paling menanggung beban karena minyak sebagai salah satu bahan pokok proses pemproduksian. Selain inflasi terhadap harga produk perusahaan juga akan berpengaruh terhadap komoditas lain seperti logam, aluminium, dan paladium yang juga mengalami peningkatan harga.

Ketika harga-harga menjadi tidak stabil, di lain sisi para investor juga akan mengalami transaksi yang stagnan. Hal ini disebabkan oleh tingkat kepercayaan antara konsumen dan para pelaku bisnis menjadi turun. Maka dari itu para investor juga memiliki kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi di dunia akibat harga-harga meningkat dan inflasi tersebut.

Kenaikan suku bunga terjadi apabila inflasi mengalami peningkatan hingga mencapai 10%. Suku bunga akan dikendalikan oleh The Fed. The Fed atau Federal Reserve System merupakan bank sentral Amerika Serikat yang memiliki tugas penting yakni menjadi otak dari seluruh bank yang ada di dunia. Jika The Fed meningkatkan nilai suku bunga maka akan meningkatkan segala biaya pinjaman bagi konsumen.

Reaksi Organisasi Internasional

Berdasarkan hasil sidang pemungutan suara pada sesi khusus darurat ke-11 Majelis Umum PBB yang digelar di New York, terdapat sebanyak 141 dari 193 anggota Majelis Umum PBB setuju untuk dikeluarkannya resolusi yang menuntut Rusia agar mengakhiri invasi ke Ukraina.

PBB dengan tegas menegur Rusia yang melakukan penyerangan terhadap Ukraina, serta menuntut agar Moskow menarik pasukan militer dan berhenti menembakkan gencatan senjata. Dalam resolusi tersebut juga menegaskan agar Rusia patuh terhadap Piagam PBB pasal 2 yakni dilarang menggunakan pasukan militer untuk mengalihfungsikan integritas wilayah negara lain.

PBB juga menyatakan tidak akan mengakui wilayah-wilayah yang telah direbut dengan menggunakan kekuatan militer karena hal tersebut merupakan perebutan wilayah dengan cara ilegal. Wilayah Ukraina yang direbut oleh Rusia dengan menggunakan kekuatan pasukan militernya antara lain Donetsk, Luhansk, dan Semenanjung Krimea.

Sedangkan reaksi NATO terhadap invasi Rusia ke Ukraina dengan mengirimkan ribuan tentara dan jet tempur pada 30 titik lokasi di Ukraina. NATO juga membantu Ukraina untuk memperkuat pertahanan dan keamanan melalui jalur udara di sisi timur Ukraina.