Daftar isi
Sepintas klausa dan frasa termasuk dua hal sama, yaitu gabungan kata yang mengisi sebuah kalimat. Apabila frasa dapat menjadi klausa, namun klausa tidak dapat terdiri dari satu frasa atau lebih.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya tersusun atas subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat.
Klausa merupakan satuan yang terdapat pada bahasa dan terdiri atas beberapa kata yang mengandung subjek atau predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kalimat.
Sekilas antara klausa dengan kalimat memang tidak jauh berbeda, namun perbedaan keduanya dapat terlihat dari intonasi dan juga tanda baca yang ada di dalam klausa.
Di dalam sebuah klausa terdapat subjek (S) dan predikat (P) sebagai unsur utamanya, akan tetapi dalam beberapa kasus terkadang unsur subjek hilang dan tidak ditulis namun masih dapat ditemukan secara eksplisit.
Di dalam suatu teks bacaan atau kalimat, klausa terbagi menjadi beberapa jenis. Dan berikut beberapa jenis klausa yang perlu diketahui:
Adapun ciri-ciri dari klausa adalah sebagai berikut:
Berdasarkan strukturnya, klausa bisa dilihat dari unsur-unsur penyusunnya antara lain:
Dari semua unsur di atas, masih dikelompokkan lagi menjadi unsur inti dan unsur tidak ini.
Subjek dan Predikat
Subjek merupakan bagian dari klausa, berupa nomina atau frase nominal, menandai apa yang diungkapkan oleh seorang pembicara.
Sedangkan predikat yakni bagian yang terdapat di dalam klausa, menandai apa yang diungkapkan oleh pembicara mengenai subjek tersebut. Dalam hal ini subjek dalam bentuk ajektiva, nomina, numeralia, pronominal, frase preposisional dan verba.
Pada klausa subjek, biasanya mendahului atau di depan predikat. Untuk predikat dicirikan dengan terletak di belakang subjek, ditandai dengan afiks ber-, me-, seperti yang ada di dalam predikat verbal.
Contoh: Umar Pendongeng
Dalam hal ini Umar sebagai subjek dan Pendongeng adalah predikatnya. Jika dilihat urutannya, S berada di bagian depan P atau dengan kata lain S mendahului P. Di sini subjek klausa yakni Umar termasuk leksem yang takrif.
Namun apabila dibalik menjadi Pendongeng Umar, bukan lagi menjadi klausa. Kata Pendongeng bukan nomina takrif untuk menduduki fungsi S. Oleh karena itu, kata Pendongeng harus diikuti oleh demonstrativa itu, dan menjadi Pendongeng itu Umar.
Objek
Objek merupakan bagian yang berada di dalam klausa berupa nomina atau frasa nomina, yang melengkapi verba transitif. Untuk objek yang dikenai perbuatan disebutkan pada predikat verbal. Untuk objek dapat terbagi menjadi objek langsung atau objek tidak langsung.
Objek langsung merupakan objek yang langsung dikenai perbuatan dan telah disebutkan pada predikat verbal. Untuk objek tidak langsung adalah objek yang menjadi penerimaan ataupun yang diuntungkan dengan perbuatan di dalam predikat verbal.
Contoh objek langsung:
Pada contoh di atas, sepeda merupakan objek bagi verba naik dan sepatu adalah objek bagi verba membeli.
Contoh objek tidak langsung:
Pada contoh di atas, kata adik adalah objek tidak langsung bagi verba memotong. Untuk kata bibi merupakan objek tidak langsung untuk verba membuat.
Pelengkap
Klausa pelengkap merupakan klausa yang terdiri dari nomina, frasa nominal, ajektiva atau frasa adjektival, di mana menjadi bagian dari predikat verbal, dan contohnya seperti:
Keterangan
Keterangan menjadi bagian dari luar inti, berfungsi untuk meluaskan atau membatasi makna subjek ataupun makna predikat. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai keterangan yang terdapat di Bahasa Indonesia, antara lain:
Klausa menggunakan salah satu bagian dari suatu kalimat. Hal ini juga pernah diungkapkan oleh pendapat lain yang menyatakan jika klausa adalah suatu kumpulan kata yang setidaknya atau sedikitnya mempunyai satu objek dan satu predikat.
Tidak hanya itu saja, yang membedakannya dengan kalimat yaitu, pada klausa tidak terkandung jeda, intonasi, tempo, dan nada seperti yang terdapat pada kalimat.
Klausa tersusun dari dua bagian, yakni klausa utama dan klausa bawahan. Klausa utama yakni suatu klausa yang dapat berdiri sendiri dan berisi dari klausa dapat dipahami. Sedangkan pada klausa bawahan adalah suatu klausa yang tidak dapat berdiri sendiri serta isi klausa belum lengkap.
Contoh dari klausa utama dan klausa bawahan sebagai berikut:
Saat matahari bersinar terik, para petani menjemur gabahnya dengan baik. Di sini “saat matahari bersinar terik” adalah klausa bawahan. “Para petani menjemur gabahnya dengan baik” merupakan klausa utama.
Antara klausa utama atau klausa bawahan dapat juga menjadi kalimat majemuk bertingkat dan majemuk campuran. Untuk kalimat majemuk, klausa utama disebut sebagai induk kalimat atau klausa atas.
Klausa bawahan juga demikian dapat dijadikan sebagai kalimat majemuk. Di sini klausa bawahan adalah bentuk perluasan dari satu fungsi yang terdapat di dalam kalimat yakni sebagai anak kalimat. Bahkan klausa bawahan dapat diketahui dari adanya kata sambung.
Meskipun begitu, antara klausa utama atau klausa bawahan bisa menempati posisi di awal sebuah kalimat. Apabila klausa utama berada di bagian awal kalimat, maka perlu ditambahkan tanda koma.
Tanda koma berfungsi untuk memisahkan antara klausa utama dan klausa bawahan. Dan apabila klausa bawahan berada di bagian awal sebuah kalimat, maka tanda baca koma berfungsi sebagai pemisah klausa bawahan dengan klausa utama.
Klausa I: Joni melanjutkan pendidikan ke luar negeri
Klausa II: Joni mendapat pekerjaan lebih baik
Klausa I: Nona berusaha untuk mengerjakannya sendiri
Klausa II: Nona berusaha untuk tidak membebani orang lain.
Klausa I: Dia pantas mendapatkan bantuan
Klausa II: Dia telah kehilangan tempat tinggal
Klausa I: Ibu memanfaatkan jasa pengiriman barang
Klausa II: Ibu mengirim barang ke luar kota
Klausa I: Ahmad batal pergi ke Malaysia
Klausa II: Ahmad kehilangan pasport
Klausa I: Adik masuk sekolah tiga bulan lalu
Klausa II: Adik mempunyai banyak teman
Klausa I: Mereka selalu pergi bersama
Klausa II: Mereka memiliki hobi yang sama