6 Komitmen Pendiri Negara dalam Perumusan Dasar Negara

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Komitmen adalah sikap perilaku yang ditandai oleh rasa memiliki, memberikan perhatian, serta melakukan usaha untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dengan sungguh-sungguh. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap bangsa adalah orang yang akan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan peribadinya.

Ciri – ciri komitmen pribadi perumusan dasar negara

  • Mengutamakan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme.
  • Adanya rasa memiliki terhadap bangsa Indonesia
  • Selalu bersemangat dalam berjuang
  • Mendukung dan berupaya secara aktif dalam mencapai cita-cita bangsa yaitu merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
  • Melakukan pengorbanan pribadi dengan cara menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi. Serta mendukung keputusan yang menguntungkan bangsa dan negara

Berikut beberapa bentuk komitmen para pendiri bangsa.

1. Bersatu dalam perbedaan

Bhinneka Tunggal Ika artinya meskipun berbeda-beda, kita adalah satu. Perbedaan-perbedaan yang ada bukan menjadi penghalang untuk bekerja sama, tolong menolong, dan hidup rukun. Perbedaan-perbedaan itulah yang menjadikan kita perlu saling mengenal, menghormati, menolong, dan bekerjasama.

Para pahlawan telah memberi contoh bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu. Semangat persatuan dan perjuangan itu harus ditiru dan teladani. Perbedaan-perbedaan di sekeliling kita bukanlah penghalang untuk bersatu. Kini kita telah merdeka dari penjajah. Ini bukan berarti kita tidak lagi memerlukan persatuan dan kesatuan.

2. Nilai kebersamaan dalam pancasila

Pancasila tidak hanya dirumuskan oleh satu orang. Para tokoh. seperti Bung Karno, Muh. Yamin, dan Soepomo , berusaha keras menyumbangkan buah pikiran mereka. Mereka bahu-membahu untuk merumuskan sebuah dasar negara yang kuat.

Meski berbeda prinsip dan pendapat, mereka tidak menunjukkan sikap saling memusuhi. Bahkan, mereka saling memberikan masukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Semua itu dilakukan atas kesadaran untuk kepentingan bersama.

Kepentingan tersebut yaitu demi kedaulatan negara dan kokohnya dasar negara Indonesia. Selain itu, dalam perumusan pancasila juga melibatkan banyak pihak. Misalnya bung Hatta yang mengusulkan perubahan bunyi kalimat dalam sila pertama.

Usulan tersebut, sesungguhnya juga merupakan masukan dari sebagian komponen bangsa yang tidak terlibat secara langsung dalam perumusan dasar negara. Hal itu menunjukkan bahwa semua elemen bangsa merasa senasib dan seperjuangan. Mereka pun turut menyumbangkan pemikiran.

Mereka ikut berjuang dalam semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Terbukti pula bahwa pancasila yang dirumuskan dalam semangat kebersamaan mampu bertahan sampai sekarang pancasila pun mampu menyatukan seluruh komponen bangsa dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia.

Itulah nilai kebersamaan yang dapat kita teladani dalam perumusan pancasila. Segala sesuatu yang dilakukan dalam semangat kebersamaan dan kekeluargaan tentu hasilnya akan lebih baik. Hasilnya pun akan dirasakan sebagai milik bersama sehingga terpelihara.

3. Musyawarah

Musyawarah sangat dianjurkan untuk mencapai tujuan bersama. Musyawarah adalah cara yang ditempuh anggota BPUPKI ketika merumuskan pancasila. Dengan banyaknya perbedaan, pengambilan keputusan memang sulit dilakukan.

Namun, para perumus pancasila membuktikan bahwa mereka dapat bekerjasama. Padahal, mereka memiliki banyak perbedaan. Dengan kerjasama, sebuah keputusan bersama berupa pancasila pun berhasil disepakati. Kerja sama tersebut terwujud dalam musyawarah.

4. Berbeda-beda tapi tetap satu cita-cita

Usulan-usulan dalam sidang BPUPKI berbeda-beda. Anggota BPUPKI dibentuk dari berbagai daerah yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Nali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Bahkan adapula anggota yang berasal dari keturunan Tinghoa, Arab, dan India.

Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan adanya pendapat yang beragam. Akan tetapi perbedaan yang ada tidak menghalangi mereka bekerja sama. Mereka mengabaikan perbedaan-perbedaan itu demi tercapainya tujuan. Sebab, semua anggota BPUPKI memiliki tujuan dan cita-cita yang sama.

Tujuan dan cita-cita itu adalah kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, semua tenaga dan pikiran dicurahkan untuk meraih cita-cita mulia tersebut. Pada akhirnya, semua anggota BPUPKI yang berbeda-beda dapat bersatu mewujudkan Indonesia merdeka.

5. Menghargai perbedaan

Kesediaan menghargai perbedaan merupakan salah satu kunci keberhasilan musyawarah. Tanpa adanya kesediaan ini, keputusan dalam musyawarah tidak akan tercapai. Menghargai perbedaan terletak pada kesediaan untuk menerima pendapat yang berbeda demi kepentingan yang lebih besar.

Dalam perumusan pancasila, hal ini terbukti penghapusan kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Namun, dengan adanya kesediaan menghargai perbedaan, perdebatan tersebut tidak menjadi permusuhan.

Dengan kesediaan menghargai perbedaan lahirlah keputusan untuk mengganti rangkaian kata tersebut. Akhirnya, para perumus memutuskan untuk mengubah kata-kata tersebut menjadi “ketuhanan yang maha esa”.

6. Toleransi

Toleransi masih berkaitan dengan menghargai perbedaan. Latar belakang yang berbeda dari para perumus dasar negara disatukan dalam wadah BPUPKI. Tentu saja perbedaan ini terbawa ke dalam sidang. Latar belakang yang berbeda pendapat bahkan kadang saling bertentangan.

Agar dapat melahirkan sebuah dasar negara yang kokoh, perbedaan ini tidak boleh menjadi penghambat. Disinilah arti penting toleransi. Tanpa adanya toleransi, keputusan bersama tidak akan terwujud.

fbWhatsappTwitterLinkedIn