Sejarah

5 Tokoh Pahlawan Nasional Asal Maluku

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Maluku dikenal sebagai pulau yang kaya akan rempah-rempah. Kekayaan inilah yang menjadi daya tarik bagi negara asing untuk menjajahnya. Mereka ingin merampas kekayaan alam dari tanah Maluku untuk kemudian diperjualbelikan di negaranya.

Terlebih saat itu, rempah-rempah menjadi salah satu barang dagang yang banyak diincar dan memiliki harga yang tinggi. Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang negara asing untuk menjajah tanah Maluku.

Kedatangan bangsa asing dengan misi menjajah tentunya membuat gerah penduduk Maluku. Terlebih apa yang dilakukan oleh mereka kepada penduduk sekitar yang semena-mena. Bangsa asing seolah mengambil alih kekuasaan yang ada di tanah Maluku.

Mereka berusaha memonopoli kekayaan Maluku dan tak segan menyingkirkan siapa saja yang menghalangi misinya. Hal inilah yang kemudian membuat lahirnya para tokoh heroik untuk melawan penjajahan.

Para tokoh ini yang kemudian ditetapkan menjadi pahlawan nasional. Berikut ini tokoh pahlawan nasional asal Maluku sebagai berikut.

1. Kapitan Pattimura

Siapa sih yang tak kenal dengan kapitan Pattimura? Sosok pahlawan yang wajahnya terpampang di uang kertas Rp1000. Kapitan Pattimura atau Kapten Pattimura merupakan pahlawan nasional asal Maluku. Ia lahir di Haria, Pulau Saparua, Maluku pada tanggal 8 Juni 1783.

Kapitan Pattimura memiliki nama lengkap Thomas Matulessy, namun namanya lebih dikenal dengan Kapitan Pattimura. Kapitan Pattimura banyak memberikan kontribusi bagi kemerdekaan Indonesia. Ia kerap mengatur berbagai pertempuran luar biasa dalam melawan Belanda baik di darat maupun di laut.

Dalam menjalankan aksinya, ia dibantu oleh Melchiot Kesaulya, Anthohi Rebhok, Ulupaha dan Philip Latumahina. Pertempuran yang diikutinya adalah pertempuran perebutan benteng Duurstede, Pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw Olath, Jazirah Hitu dan Seram Selatan.

Di mana dalam pertempuran tersebut ia beserta pejuang lainnya berhasil ditangkap dan dihukum mati oleh Belanda. Kapiten Pattimura kemudian meninggal dunia pada tanggal 16 Desember 1817. Untuk mengenang atas semua jasanya, ia diberikan gelar pahlawan nasional dari Maluku pada tanggal 6 November 1973.

2. Brigjen Anumerta Karel Sasuit Tabun

Brigjen Anumerta Karel Sasuit Tabun lahir di Maluku Tenggara pada tanggal 14 Oktober 1928. Ia merupakan seorang Brigjen polisi yang ikut dalam berbagai pertempuran.

Perjuangannya dimulai setelah ia lulus menjadi anggota POLRI. Ia ditempatkan di Kesatuan Brimob Ambon dengan pangkat Agen Polisi Kelas Dua atau Bhayangkara Dua Polisi. Ia terlibat dalam operasi Trikora yang menuntut pengembalian irian barat ke tangan Indonesia.

Perjuangannya ini pun membuahkan hasil. Irian barat berhasil kembali ke tangan Indonesia. Setelah keberhasilan itu, ia kembali ditempatkan di Irian Barat namun dengan tugas yang berbeda. Ia ditugaskan untuk mengawal kediaman dr. J. Leimena yang saat itu menjabat sebagai wakil perdana menteri.

Perjuangan Brigjen K.S Tubun dalam memperjuangkan NKRI tidak diragukan lagi. Ia bahkan rela mengorbankan nyawanya hanya demi mempertahankan NKRI. Brigjen K.S Tubun tewas dalam peristiwa G 30S PKI.

Atas segala jasa yang telah diberikannya ia diberi gelar pahlawan revolusi. Namanya pun diabadikan dalam Kapal Perang RI berjenis Fregat kelas Ahmad Yani yakni KRI Karel Sasuit Tubun.

3. Johannes Leimena

Johannes Leimena merupakan pahlawan nasional yang lahir di Ambon, Maluku pada tanggal 6 Maret 1905. Ia dilahirkan dalam lingkungan kelurga yang berprofesi guru yang ada di Desa Ema, Ambon. Ia pernah menempuh pendidikan dokter di STOVIA Jakarta dan lulus pada tahun 1930.

Sejak menjadi mahasiswa ia telah aktif mengikuti berbagai agenda seperti politik dan masuk organisasi politik yang bernama Sarekat Ambon. Oleh karena itulah ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Yong Ambon sejak tahun 1925.

Dalam kancah nasional ia juga turut berperan aktif dan terlibat dalam persiapan sumpah pemuda yang digelar pada tanggal 28 Oktober 1928.

Selama hidupnya ia pernah menduduki beberapa posisi penting dalam kursi pemerintahan. Seperti Wakil Perdana Menteri, Menteri Sosial, Menteri Distribusi, Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, Ketua Umum Partai Kristen Indonesia atau Parkinda, Menteri Kesehatan serta pendiri GMKI.

Johannes Leimena kemudia wafat pada tanggal 29 Maret 1977 saat usianya memasuki 72 tahun. Atas segala perjuangannya, ia dinobatkan sebagai pahlawan nasional dari Maluku berdasarkan SK No 52/TK/2010. Penetapan ini dilakukan pada tanggal 11 November 2010.

4. Martha Christina Tiahahu

Kita tahu, pahlawan Indonesia tidak hanya berasal dari kalangan laki-laki saja melainkan juga ada beberapa yang merupakan seorang perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu lemah dan harus di rumah saja tidak berlaku bagi pahlawan-pahlawan nasional perempuan.

Mereka begitu berani dan tangguh melawan musuh. Mereka tak kenal kata takut walaupun dihadapkan dengan sosok laki-laki yang membawa senjata tajam. Salah satu dari pahlawan tersebut adalah pahlawan yang berasal dari Maluku yakni Martha Christina Tiahahu.

beliau merupakan salah seorang pejuang yang masih tergolong belia karena pada saat itu ia berusia 17 tahu. Ia lahir di Nusa Laut pada tanggal 4 Januari 1800. Martha nama sapaannya merupakan seorang gadis yang berasal dari Desa Abubu di Pulau Nusa Laut.

beliau adalah anak dari Kapitan Paulus Tiahahu yang merupakan seorang pembantu dari Thomas Matulessy. Ayahnya pernah membantu Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura dalam perang Pattimura tahun 1817.

Saat ayahnya terlibat peperangan, Martha dengan setia mendampingi ayahnya serta memberikan semangat. Sosok Martha mengajarkan kepada para wanita lain untuk ikut berjuang dalam mempertahankan Indonesia.

Suatu saat ayahnya ditangkap dan divonis dengan hukuman tembak, ia berusaha untuk menggagalkan usaha tersebut dengan membebaskan ayahnya. Namun, usahanya ini gagal dan ia memutuskan untuk melakukan gerilya.

Sayangnya, ia berhasil ditangkap hingga akhir ajalnya di Kapal Perang Eversten. Jasadnya kemudian diarungkan ke laut Banda dengan penghormatan militer. Atas perjuangannya, ia mendapatkan gelar pahlawan nasional ada tanggal 20 Mei 1969.

5. Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan

Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan merupakan pahlawan yang lahir di Soasiu, Tidore pada tanggal 1738. Ia merupakan seorang Sultan dari Kesultanan Tidore yang dinobatkan pada tanggal 13 April 1779.

Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan memiliki gelar Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan. Ayahnya bernama Sultan Jamaluddin. Saat ia menjabat sebagai Sultan, wilayah pemerintahannya meliputi Pulau Tidore, Halmahera Tengah, Pantai Barat dan Utara Irian Barat.

Melihat penderitaan yang terjadi karena penjajahan, Sultan Nuku rela berjuang dari satu wilayah ke wilayah lain untuk melawan dan melakukan diplomasi dengan Belanda. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk membebaskan rakyat dari penjajahan yang dilakukan Belanda.

Sultan Nuku meninggal dunia pada tanggal 14 November 1805 di Tidore. Atas semua jasa nya, ia kemudian diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 7 Agustus 1955.

Semua tokoh memiliki andil yang besar dalam melepaskan Indonesia dari belenggu penjajahan meskipun caranya berbeda-beda. Ada yang melakukannya secara terang-terangan atau lewat jalur diplomasi. Namun, semua itu memiliki tujuan yang sama yakni melepaskan Indonesia dari belenggu penjajahan agar rakyat tidak lagi merasakan penderitaan.